Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) mendorong para pelaku kekayaan intelektual (IP) lokal menembus industri strategis melalui kolaborasi lintas sektor.

"Kami hadir untuk memastikan bahwa pelaku IP lokal, terutama generasi muda didorong untuk melampaui batas konvensional dan menjalin kolaborasi lintas sektor," kata Wakil Menteri Ekraf Irene Umar, dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu.

Kementerian Ekraf dalam mendorong membuka pasar bagi kreator Indonesia khususnya di sektor otomotif, salah satunya berkolaborasi Volkswagen Indonesia melalui mobil listrik ID. Buzz yang dihiasi karya seni IP lokal dari Beemala dan Tenka Street, yang dihadirkan dalam ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.

"Kekayaan intelektual adalah masa depan ekonomi kreatif. Jika selama ini karya IP lebih banyak hidup di layar digital atau panggung kreatif, hari ini kita melihatnya menempel langsung di produk global seperti VW ID. Buzz," ujar Irene.

Kolaborasi itu resmi berlangsung sejak pertengahan 2025, dimulai dengan aksi live painting di Jogja Volkswagen Festival (JVWF) 2025, berlanjut ke GIIAS sebagai titik kulminasi.

VW dan Kementerian Ekraf menyusun tiga pilar utama kolaborasi, yakni live painting langsung di mobil ID. Buzz, kompetisi desain untuk seniman muda binaan, dan Ekraf Corner di booth VW yang menghadirkan produk kreatif pilihan.

GIIAS menjadi puncak dari rangkaian inisiatif ini, menampilkan hasil akhir dari kolaborasi serta membuka diskusi terbuka bersama para kreator.

Adapun Kementerian Ekraf terus menegaskan komitmennya dalam membuka ekosistem kolaborasi antara pegiat IP lokal dan industri berskala besar.

Kolaborasi seperti itu menjadi wajah baru dari ekonomi berbasis kreativitas—the new engine of growth—yang tidak hanya mendorong nilai tambah ekonomi, tetapi juga memperkuat identitas budaya bangsa di tengah arus globalisasi.

Sementara, VW Indonesia menegaskan kolaborasi tersebut membuka peluang bagi para seniman dan kreator untuk menjadikan mobil bukan sekadar kendaraan, tetapi kanvas ekspresi.

"Kami tidak mencari kolaborasi untuk sekadar gaya-gayaan. Kami ingin karya ini menyuarakan cerita, karakter, bahkan mimpi dari para kreatornya—dan pada akhirnya, mendorong personalisasi yang ikonik. Kolaborasi ini tidak berhenti di sini," ujar Rony Syarif selaku Head of PR & Marketing Volkswagen Indonesia.

Proyek itu menggandeng dua IP lokal dengan karakter berbeda, yakni Beemala yang dikenal lewat pendekatan artistik yang spiritual dan mitologis—membawa eksplorasi yang emosional ke dalam desainnya.

"Melukis langsung di bodi mobil menjadi pengalaman tak biasa, sangat intuitif, dan kami bersyukur bisa menjadi bagian dari narasi baru antara seni, teknologi, dan mobilitas," ujar Tabe Thay, kreator di balik Beemala.

Sementara, Tenka Street yang berangkat dari dunia digital street culture turut menandai tonggak baru dalam kiprah IP-nya.

"Biasanya karya kami hidup di layar, kini tampil di ruang nyata dan dilihat langsung oleh publik otomotif. Ini langkah besar bagi kami, sekaligus bukti bahwa IP Indonesia bisa relevan lintas industri,” ujar Tan dan Kay, kreator di balik Tenka Street.