Mamuju (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Barat (Sulbar) Salim S Mengga mengajak generasi muda di daerah itu untuk mengenal dan mencintai budaya sendiri.

"Jika generasi muda kita saat ini tidak mengenal budayanya sendiri, maka eksistensi kebudayaan kita ke depan terancam hilang," kata Salim Mengga pada Festival Keris dan Badik Kamardikan, di Kabupaten Polewali Mandar, Sabtu.

Festival Keris dan Badik Kamardikan itu diikuti puluhan peserta dari berbagai daerah, yang menampilkan berbagai koleksi keris dan badik dengan berbagai motif dan teknik tempa tradisional.

Kegiatan yang dilaksanakan di Taman Budaya dan Museum Buttu Cipping, Desa Batulaya, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar itu disambut antusias oleh masyarakat.

Sejumlah tokoh budaya, perajin, dan kolektor benda pusaka turut hadir memeriahkan festival tersebut.

Wagub menyampaikan apresiasi kepada para peserta, perajin, dan komunitas pencinta keris dan badik yang terus menjaga eksistensi budaya lokal.

"Keris dan badik bukan hanya senjata, tetapi juga simbol identitas, kearifan lokal, dan spiritualitas bangsa kita. Kegiatan ini adalah bentuk nyata pelestarian budaya," ujar Salim Mengga.

Menurut dia, Festival Keris dan Badik Kamardikan sebagai upaya konkret menjaga dan merawat kekayaan budaya, agar Mandar ke depan bisa lebih maju.

Sekretaris DPRD Sulbar Arianto menyampaikan apresiasi dan dukungan atas pelaksanaan Festival Keris dan Badik Kamardikan sebagai pelestarian dan perlindungan kebudayaan.

"Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya pelestarian warisan budaya Nusantara, khususnya senjata tradisional yang memiliki nilai sejarah dan filosofi tinggi," ujar Arianto.

Festival Keris dan Badik itu juga dimeriahkan dengan pameran benda pusaka, pameran UMKM lokal, pameran batu akik Ngalo, serta panggung seni dan budaya yang menampilkan berbagai pertunjukan tradisional.

"Festival dan pameran ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah," kata Arianto.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar dr Nursyamsi Rahim yang turut hadir menyampaikan bahwa festival itu merupakan bagian dari upaya pelestarian dan perlindungan kebudayaan daerah, yang memiliki nilai historis dan filosofis tinggi di kalangan masyarakat Sulbar.

"Pelestarian budaya adalah bagian dari pembangunan manusia dan kesehatan secara holistik. Melalui kegiatan ini, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat identitas dan semangat kebersamaan," kata Nursyamsi Rahim.