Pimpinan Gontor Kunjungi Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Ribuan Santri Turut Menyambut
Machmud Mubarok August 03, 2025 02:30 AM

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Suasana khidmat menyelimuti Pesantren Bina Insan Mulia (BIMA) Cirebon pada Sabtu, (2/8/2025) saat ribuan santri menyambut kedatangan KH. Amal Fathullah Zarkasyi, Pimpinan Pondok Modern Gontor. 

Kunjungan ini merupakan momen istimewa yang mempertemukan dua pemimpin pesantren dengan visi yang kuat, yakni Pengasuh Pesantren BIMA, KH. Imam Jazuli dan KH. Amal Fathullah Zarkasyi dari Pondok Modern Gontor. 

Di hadapan ribuan santri, keduanya berbagi pandangan dan inspirasi tentang peran pesantren dalam menciptakan generasi muslim yang adaptif dan berakhlak mulia.

KH. Imam Jazuli membuka acara dengan menyampaikan kekagumannya terhadap Gontor, yang beliau sebut sebagai pelopor modernisasi pesantren di Indonesia. 

Beliau menyoroti keberanian Gontor dalam beradaptasi dengan zaman, seperti mengadopsi bahasa Inggris di era yang masih menganggap pendidikan Barat tabu.

Gontor, dengan disiplin dan sistem pendidikannya yang rapi, telah berhasil mencetak tokoh-tokoh besar, termasuk Idham Chalid yang menjadi Ketua NU di usia muda.

"Gontor adalah 'role model' pendidikan modern. Kontribusinya besar di Indonesia, satu-satunya pesantren yang mencetak tokoh ormas seperti Idham Chalid yang menjadi Ketua NU di usia 27 tahun," kata KH. Imam Jazuli.

Beliau juga menambahkan bahwa hubungan erat antara BIMA dan Gontor diharapkan dapat menginspirasi santri-santri BIMA untuk meraih kemajuan.

Menanggapi sambutan hangat tersebut, KH. Amal Fathullah Zarkasyi, bangga dan bersyukur dengan berbagai kemajuan Pesantren BIMA sebagai pesantren yang adaptif dengan perkembangan zaman kekinian. 

Kyai Amal lalu menjelaskan filosofi pendidikan Gontor.
Beliau menegaskan bahwa Gontor bertujuan mencetak ulama yang sekaligus intelek, yang mengamalkan ilmu untuk kemaslahatan umat.

"Konsep "anfauhum linnaas" (sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama) menjadi landasan utama" Kata Kyai Amal. 

Beliau juga menjelaskan bahwa Gontor menolak dikotomi ilmu pengetahuan, serta mengintegrasikan pendidikan modern seperti kepemimpinan, olahraga, dan musik untuk menciptakan santri yang sehat fisik dan mental.

"Kami ingin mencetak manusia yang 'anfauhum linnaas'. Alumni kami tersebar di mana-mana, bahkan di berbagai partai politik, dengan tujuan menjadi perekat umat," ungkap KH. Amal Fathullah. 

Beliau juga berbagi kisah bagaimana persaudaraan (ukhuwah) antar-alumni Gontor berhasil mendamaikan konflik besar, seperti dalam perundingan Helsinki antara pemerintah Republik Indonesia dan GAM.

 "Ini adalah bukti kekuatan ukhuwah Islamiyah kami yang berakar dari satu guru," tegasnya.

Kunjungan ini diakhiri dengan harapan agar kedua pesantren dapat terus berkolaborasi dalam melahirkan generasi muslim yang berilmu, adaptif, dan memiliki akhlak mulia. 

Pidato dari kedua tokoh ini memberikan semangat dan inspirasi bagi ribuan santri yang hadir, menegaskan bahwa pesantren, baik dengan tradisi maupun inovasinya, memiliki peran vital dalam membangun masa depan bangsa.

Sementara Sekertaris Badan Wakaf Gontor, KH. Husnan Bey Fananie, menyampaikan motivasi dengan berapi-api di hadapan ribuan santri BIMA. 

Beliau menegaskan pentingnya santri memiliki tujuan yang jelas selama belajar di pesantren.

"Pesantren adalah tempat terbaik bagi kalian saat ini, kalian di BIMA tidak hanya diberi ilmu tapi juga dibentuk untuk menjadi manusia yang berkarakter, " Kata Kyai Husnan. 

Kyai Husnan adalah cucu salah satu Pendiri Gontor dari jalur KH. Zaenudin Fananie. Beliau menceritakan perjalanan hidupnya yang lahir dan dibesarkan di Pesantren tapi kemudian berkarier di dunia luar pesantren. 

Beliau pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dan Dubes Azerbaijan untuk Indonesia periode 2016 - 2022."Kita di pesantren dididik untuk siap terjun ke berbagai bidang, " ujar Kyai Husnan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.