Akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bakir Ihsan mengaku heran dengan sikap pemerintah yang menganggap fenomena pengibaran bendera One Piece jelang Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai upaya pemecah belah bangsa.
Padahal, pengibaran bendera tersebut hanya bagian dari ekspresi masyarakat.
A Bakir Ihsan yang bergelar doktor ini adalah seorang akademisi dan peneliti di bidang ilmu politik, yang aktif mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia dikenal karena kontribusinya dalam kajian ideologi politik, perilaku politik, dan politik identitas, terutama dalam konteks Indonesia.
Bakir Ihsan sering mengangkat isu pluralisme, moderasi beragama, dan peran agama dalam ruang publik, menjadikannya salah satu pemikir yang relevan dalam diskursus politik dan keislaman kontemporer.
One Piece sendiri merupakan salah satu karya dalam dunia anime dan manga asal Jepang, buatan Eiichiro Oda.
Bendera berlatar hitam dan bergambar tengkorak itu merujuk pada Jolly Roger, sebuah simbol tengkorak yang digunakan sebagai identitas bajak laut.
"Ya (keliru), stigmatisasi dan simplifikasi, terlalu menyederhanakan masalah. Bendera kok jadi tertuduh pemecah belah bangsa," kata Bakir kepada wartawan, Senin (4/8/2025).
Pemerintah, kata Bakir, tidak perlu terlalu reaktif terhadap kemunculan bendera One Piece.
Apalagi, demokrasi memang memberi ruang bagi individu maupun kelompok untuk berekspresi.
"Ya, tidak perlu. Bila Indonesia yakin dengan demokrasi, maka pengibaran bendera One Piece dan sejenisnya adalah bagian di dalamnya, tinggal bagaimana pemerintah memahaminya," jelas Bakir.
Ia kemudian menyinggung soal pemberian abolisi dan amnesti kepada koruptor.
Padahal tindakan koruptor lebih jelas dalam memecah belah bangsa.
"Korupsi itu pemecah belah bangsa, karena koruptor tidak peduli dengan bangsa, hanya pada diri dan kelompoknya," jelasnya.
Sebelumnya Menteri Politik dan Keamanan (Polkam) Budi Gunawan mengatakan, kegiatan pengibaran bendera One Piece sebagai sebuah upaya provokasi sejumlah kelompok demi menurunkan marwah bendera Merah Putih.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami mencermati dengan serius adanya provokasi dari sebagian kelompok untuk menurunkan marwah bendera perjuangan kita dan mengganti dengan bendera simbolsimbol fiksi tertentu. Ini tentu sangat memprihatinkan kita semua," ucap Budi.
Tentang One PieceSebagai informasi, bendera One Piece merupakan simbol yang digunakan di kapal milik Monkey D. Luffy, kapten dari kru Bajak Laut Topi Jerami (Straw Hat Pirates).
Di balik desainnya yang sederhana, terdapat makna dan filosofi yang kuat dari dunia fiksi ciptaan Eiichiro Oda.
Logo tersebut menampilkan gambar tengkorak putih dengan senyum lebar yang memperlihatkan deretan gigi, mengenakan topi jerami di atas dua tulang bersilang.
Desain itu merupakan bentuk adaptasi dari simbol klasik Jolly Roger, ikon khas bajak laut di lautan.
Topi jerami dalam logo tersebut merujuk pada nama julukan sang kapten, Luffy.
Topi itu merupakan peninggalan dari sosok Shanks, bajak laut legendaris berjuluk Rambut Merah.
Dalam semesta One Piece, topi itu melambangkan impian, kebebasan, dan warisan semangat petualangan.
Senyuman tengkorak mencerminkan karakter Luffy yang selalu optimistis, berani menghadapi dunia, dan menjunjung tinggi kebebasan.
Logo ini menjadi simbol semangat pantang menyerah untuk mengejar mimpi besar: menjadi Raja Bajak Laut.
Banyak penggemar dan penafsir cerita melihat bendera Topi Jerami sebagai lambang perlawanan terhadap tirani.
Khususnya bendera Bajak Laut Topi Jerami milik Monkey D. Luffy, tengkorak dengan topi jerami bukan hanya sekadar tanda bajak laut.
Ia adalah simbol kebebasan dari segala bentuk penindasan dan perlawanan terhadap Pemerintah Dunia yang sering digambarkan sebagai otoritas korup dan absolut.
Bendera Bajak Laut Topi Jerami pertama kali dikibarkan di kapal Going Merry, lalu diteruskan di kapal kedua mereka, Thousand Sunny.