Jembatan Bambu Jadi Penyelamat Pejalan Kaki di Tengah Penutupan Total Proyek Jembatan Kaligung
rival al manaf August 10, 2025 08:30 PM

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN – Pekerjaan penggantian Jembatan Kaligung di Jalan MT Haryono, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, masih terus berlangsung. 

Tidak hanya badan jembatan yang telah diruntuhkan, namun infrastruktur di sekitarnya juga ikut dibongkar, membuat akses kendaraan maupun pejalan kaki terputus total.

Sejak awal Agustus 2025, ruas jalan utama yang menghubungkan Kelurahan Sidomulyo dan Kalirejo itu ditutup sepenuhnya. 

Rambu-rambu penutupan jalan telah terpasang sejak simpang Makam Gatot Subroto hingga sisi timur Alun-alun Bung Karno Kalirejo. 

Di lokasi, alat berat berupa ekskavator dioperasikan untuk meratakan sisa struktur jembatan lama. 

Timbunan material konstruksi menggunung di kedua sisi jalan.

Namun kini, secercah solusi datang bagi para pejalan kaki. 

Sebuah jembatan darurat berbahan bambu dan jenis kayu lain telah dibangun di sisi proyek.

Sebelumnya, seorang pejalan kaki sempat  menyeberang dengan turun ke dasar sungai, dan mendaki timbunan atau reruntuhan material.

Hal tersebut tentunya dilarang dan berbahaya, ditambah sudah terpasang papan tanda tentang timbunan material.

Pantauan pada Minggu (10/8/2025) menunjukkan, beberapa warga sudah mulai memanfaatkan jembatan darurat tersebut.

Papan bertuliskan "Khusus Jalan Kaki" telah dipasang sebagai peringatan bahwa jalur itu tidak boleh dilintasi kendaraan bermotor.

Satu di antara warga, Totok, warga Kelurahan Sidosari, mengaku merasa terbantu dengan adanya jembatan sementara itu. 

Sebelumnya, dia terpaksa memutar jauh hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

"Berputarnya agak jauh sebelumnya karena tidak ada jembatan lain, jadi harus pakai motor. 

Karena saya mau ke warung atau beli makanan di sekitar sini, maka saya sekarang memanfaatkan jembatan ini," kata dia.

Pemerintah: Bukan Mengatasi Persoalan Banjir, Tapi Mempercepat Surutnya Genangan

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Semarang, Valeanto Soekendro, menyampaikan bahwa proyek itu tidak sekadar mengganti jembatan lama, tapi juga bagian dari peningkatan struktur untuk mempercepat aliran sungai saat musim hujan.

Namun demikian, perlu digarisbawahi, pekerjaan itu bukan solusi akhir untuk banjir.

“Tujuan pemugaran ini selain untuk pemeliharaan, bukan mengatasi banjir ya, tapi mempercepat aliran.

Jadi yang selama ini penyempitan, ada banjir yang di kawasan Sidomulyo dan Sidosari ini genangannya jadi lebih cepat surut,” kata Soekendro.

Dengan desain baru, genangan yang sebelumnya surut dalam waktu satu jam, diharapkan bisa hilang hanya dalam 30 menit.

"Tadinya kan satu jam (genangan bertahan), kami perkirakan nanti maksumal setengah jam sudah surut.

Nanti juga akan kerja sama untuk memanfaatkan polder air di perumahan Amaya,” imbuh dia.

Musim Hujan Dimanfaatkan untuk Uji Coba

Proyek penggantian Jembatan Kaligung dibiayai dari Bantuan Keuangan Khusus Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dengan nilai kontrak sebesar Rp1,94 miliar dan masa kerja 120 hari kalender. 

Ditargetkan rampung pada akhir November 2025, proyek ini diharapkan sudah siap diuji saat musim hujan tiba.

“Uji cobanya ya nanti musim hujan itu,” pungkas Soekendro.

Di lapangan, proses pembongkaran dilakukan setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Besi-besi bekas struktur lama dievakuasi satu per satu untuk didaur ulang.

Supadi, satu di antara pekerja proyek, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan baru dimulai dari nol.

"Kami bongkar dahulu semua dari pondasinya," ungkapnya, beberapa waktu lalu.

Jalur Alternatif

Selama penutupan Jembatan Kaligung, warga yang hendak menuju Kalirejo, Leyangan, atau kawasan Alun-alun Bung Karno, disarankan mengambil rute alternatif melalui Jalan Kutilang Raya, Jalan Kolonel Sugiono, atau Tol Ungaran untuk kendaraan roda empat ke atas.

Bagi warga yang hanya mengandalkan jalan kaki, jembatan bambu sementara menjadi satu-satunya solusi praktis saat ini. (*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.