TRIBUNNEWS.COM - Tudingan Ducati dan Marc Marquez menyakiti hati Francesco 'Pecco' Bagnaia menggema, jelang balapan seri ke-13 MotoGP 2025 di Austria.
MotoGP Austria 2025 sebagai pananda dimulainya paruh musim kedua, akan berlangsung di Sirkuit Red Bull Ring, Spielberg, Jumat (15/8/2025) hingga Minggu (17/8/2025).
Sorotan tertuju kepada Marc Marquez. Pembalap kelahiran Cervera, Spanyol, 17 Februari 1993 ini tengah berada di momentum yang tepat untuk menggasak gelar juara dunia MotoGP 2025.
MM93 sementara memuncaki klasemen MotoGP 2025 bermodal 381 poin, hasil dari 8 kali memenangkan balapan utama dan 11 kali finis terdepan sprint race dalam 12 grand prix.
The Baby Alien, julukan Marc Marquez, berjarak 120 poin dari pembalap BK8 Gresini Racing, Alex Marquez, yang tak lain adalah adiknya sendiri.
Melihat performa MM93, dipercaya kekasih Gemma Pinto ini tinggal menunggu waktu untuk menyegel gelar juara dunia MotoGP ketujuhnya. Sebab dalam sejarah perburuan juara dunia, tidak ada pembalap yang mampu membalikkan ketertinggalan lebih dari 100 poin.
Sayangnya, di tengah euforia Ducati melalui penampilan impresif Marc Marquez, justru ada tudingan miring yang dialamatkan kepada pabrikan asal Bologna, Italia.
Pengamat MotoGP yang juga pernah menjadi manajer beberapa pembalap, Carlo Pernat, menyatakan Pecco Bagnaia sakit hati terhadap Bos Ducati, Gigi Dall'Igna dan Marc Marquez.
Bagnaia merupakan pembalap yang sudah menunggangi Ducati sejak kali pertama tampil di MotoGP pada 2019.
Sempat terseok-seok pada dua musim awal, Bagnaia kemudian berhasil menjadi juara dunia pada 2022 dan 2023.
Setelah menjadi pembalap andalan Ducati setelah enam musim, Bagnaia kemudian menjalani musim balap MotoGP 2025 dengan kedatangan rekan baru yang juga berstatus sebagai kolektor gelar juara dunia.
Pernat menilai keputusan Ducati merekrut Marc Marquez membuat Bagnaia tersakiti.
"Langkah Gigi Dall'Igna mengambil Marc Marquez aadlah pilihan yang melukai Pecco Bagnaia," buka Carlo Pernat, yang juga pernah menjadi orang kepercayaan Valentino Rossi, dikutip dari laman Motosan.
"Dengan kata lain hal itu membuat mereka (Ducati) tidak menghargainya. Dall'Igna tahu satu-satunya cara untuk memperbaiki motor GP24 adalah menempatkan pembalap terbaik di atasnya dan dia melakukannya," ucap pria yang kini menjadi manajer pembalap KTM, Enea Bastianini.
Ducati memang memiliki idealisme yang kuat. Pabrikan Borgo Panigale menciptakan motor terkuat "dari Italia untuk pembalap Italia".
Faktanya, pakem itu perlahan mulai luntur dengan memfokuskan Ducati Lenovo Team kepada Marc Marquez, meski dalam pengembangan motor tetap dipegang oleh Pecco Bagnaia.
Valentino Rossi, Andrea Dovizioso, Enea Bastianini, hingga Pecco Bagnaia adalah deretan pembalap asal Italia di Ducati, sekaligus bentuk komitmen pabrikan Bologna itu di MotoGP.
"Secara pribadi saya mengkritik langkah itu, dan saya tidak menyembunyikannya karena faktanya itu mengecewakan bagi tim yang sudah terkenal melahirkan pembalap-pembalap juara," jelasnya.
Terlepas dari pandangan tersebut, Pernat melihat dominasi Marc Marquez pada musim ini dipastikan memuaskan bos-bos Ducati.
Tidak ada yang mengetahui bagaimana penilaian hati Pecco Bagnaia terhadap Marquez.
Hembusan pandangan Carlo Pernat bertumpu kepada performa kedua rider Ducati yang beda penampilan di atas lintasan.
Marquez yang memenangkan 8 balapan utama berbanding 1 milik Pecco, menggambarkan jelas bagaimana ketimpangan yang terjadi.
Padahal, Marquez dan Pecco memperoleh spek motor yang sama Desmosedici GP25. Bahkan, di antara penunggang motor Ducati kini, suami Domizia Castagnini menjadi yang paling lama.
Ledakan ada ketegangan antara Marquez dan Pecco semakin meruncing karena sebuah pernyataan. Pecco mengeluhkan soal motor, sementara MM93 mampu menutupi kekurangan motornya memakai skillnya.
"Saya sudah mengeluh tentang masalah pengereman dan (masalah saat) masuk tikungan sejak beberapa waktu lalu, sejak di Thailand," kata Pecco Bagnaia kepada Sky Italia.
"(Kini) saya (menjadi) salah satu yang terburuk, semua orang menyalip saya saat (melakukan) pengereman, saya tidak bisa mengerem dengan keras," lanjut pembalap Italia.
"Kami memulai untuk memenangkan kejuaraan, tapi saat ini sulit melawan Marc atau merebut gelar. Jadi kami harus fokus mengejar Alex, lalu meningkatkan performa hingga akhir musim untuk mempersiapkan tahun depan," pungkasnya.
(Giri)