Status Waspada Kebakaran Hutan dan Lahan di 4 Provinsi Berlaku Hingga September 2025
Adi Suhendi August 13, 2025 05:32 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menggelar rapat koordinasi penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

Dalam rapat koordinasi ini, disampaikan angka dan titik karhutla di Sulawesi Utara per Selasa, 12 Agustus 2025 sudah terkendali. 

"Per 12 Agustus ini Sulut berada pada posisi titik yang aman terkendali," kata Raja Antoni dalam keterangannya, Selasa.

Namun, status waspada masih diberlakukan sampai akhir September 2025 untuk wilayah Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Alasannya intensitas turunnya hujan di 4 provinsi tersebut masih variatif.

Sehingga, Kemenhut, BMKG dan BNPB sepakat tetap memberlakukan status waspada pada daerah-daerah tersebut, serta meminta instansi daerah berhati-hati atas potensi karhutla ke depan.

"Tapi tadi kami sepakat mengumumkan pada masyarakat, Gubernur, bapak Pangdam dan Kapolda untuk tetap alert sampai akhir September, karena cuaca hujan masih variatif, sampai September saya kira di Riau, Kalsel, Kalteng dan Kalbar harus tetap hati-hati," jelasnya.

Lebih lanjut, Menhut mengingatkan arahan dari Presiden Prabowo Subianto soal upaya penurunan angka karhutla hingga 0 kasus, nihilnya asap lintas batas ke negara tetangga, hingga penegakan hukum yang tegas.

Jika ketiga hal tersebut dapat dijalankan, Menhut meyakini kejadian karhutla dapat ditanggulangi.

Adapun Menhut menyebut dari sisi penegakan hukum, sudah 55 orang ditetapkan sebagai tersangka untuk kasus karhutla di Riau.

"Bisa kita kontrol ketika ada asap ada yang melintas batas ke Malaysia, Singapura dan sebagainya. Ketiga penegakkan hukum, di Riau itu sudah 55 orang menjadi tersangka. Kombinasi tadi, udara, darat plus partisipasi masyarakat peduli api, ini yang menjadi modal kita menekan terus angka karhutla," sambungnya. 

Dalam kesempatan serupa, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menyebut bahwa hasil perhitungan cuaca yang sebelumnya dibuat BMKG terus diperbarui setiap 10 hari. 

Hal ini membuat titik-titik yang mudah terbakar dapat terlihat. 

Tujuannya agar operasi modifikasi cuaca bisa dijalankan lebih akurat dalam mencegah potensi kebakaran hutan dan lahan di daerah tersebut. 

"Jadi dasar operasi modifikasi cuaca yang kami lakukan ada berdasarkan prediksi. Sebelumnya 6 bulan sebelumnya, diperbarui setiap 10 hari diprediksi, akhirnya setiap sepekan sudah terdeteksi titik - titik mana yang akan mudah terbakar," tuturnya.

Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di 4 Provinsi

Berdasarkan data, sepanjang Juli 2025 telah terjadi 142 kejadian karhutla di Riau dengan luas terbakar 1.768,01 hektare.

Hanya dalam sembilan hari pertama Agustus, jumlahnya melonjak menjadi 93 kejadian dengan luas 1.150,60 hektare.

Kemudian di Kalimantan Selatan (Kalsel) tercatat sebanyak 75 titik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan lebih dari 1.900 titik api terdeteksi yang tersebar di 13 kabupaten/kota hingga akhir Juli 2025.

Di Kalimantan Tengah, berdasarkan catatan Walhi periode 1 Juli–28 Juli 2025, tercatat sebanyak 446 titik hotspot tersebar di 14 kota/Kabupaten di kalimantan Tengah, paling besar titik hotspot ada di Lamandau (75), Gunung Mas (66), Katingan (56), Kapuas (52), dan Kotawaringin Timur (46).

Di Kalimantan Barat, sepanjang Mei hingga akhir Juli 2025, Walhi mencatat 8.644 hotspot di seluruh wilayah Kalimantan Barat.

Walhi Kalbar mencatat titik api ditemukan di seluruh wilayah kabupaten dan kota dengan 5 wilayah tertinggi yaitu Sanggau 1.816 hotspot, Mempawah dan Sambas masing-masing 1.190 hotspot, Landak 807 hotspot, Ketapang 657 hotspot.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup di Indonesia. 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.