MUI dan Aliansi Bela Palestina Serukan Solidaritas untuk Jurnalis yang Gugur di Gaza 
Wahyu Septiana August 15, 2025 08:32 AM

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) menggelar aksi solidaritas untuk para jurnalis yang gugur akibat agresi militer Israel ke Gaza, Palestina. 

Aksi ini menjadi seruan awal untuk menghentikan kekejaman yang dianggap sudah melewati batas kemanusiaan.

Diketahui, lima jurnalis tewas pada 10 Agustus 2025 usai tenda jurnalis yang terletak di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza Utara dibom oleh Israel.

Sekretaris ARI-BP, Oke Setiadi, menegaskan bahwa pembunuhan terhadap jurnalis di Gaza merupakan bukti nyata kegagalan penjajah untuk membungkam kebenaran.

"Banyaknya kekejaman terhadap para jurnalis, khususnya di Gaza, membuktikan kegagalan penjajah membungkam kebenaran,"  tegas Oke dalam acara solidaritas yang digelar di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (14/8/2025).

"Dan kebenaran itu adalah genosida, kekejaman, dan bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan," sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Oke mewakili Ketua MUI Bidang Hubungan Internasional, KH Sudarnoto, menyatakan bahwa aksi ini merupakan titik awal. 

Ia mendesak agar pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dan menekankan bahwa solidaritas terhadap jurnalis internasional harus tetap menjadi perhatian utama.

"Kami tidak bisa tinggal diam melihat pelanggaran kemanusiaan seperti ini. Harapan kami, setelah ini ada tindakan nyata secara hukum internasional untuk menghentikan genosida di Gaza," ujarnya.

Oke juga menyindir dukungan Amerika Serikat terhadap Israel. 

Menurutnya, dukungan tersebut justru menjadi kerugian besar bagi Amerika sendiri secara moral dan diplomasi global.

Sementara itu, Ketua Komite Pelaksana ARI-BP, Zaitun Rasmin menyoroti bagaimana jurnalis menjadi target dalam serangan Israel. 

Ia menyebut pembunuhan terhadap awak media merupakan usaha sistematis untuk membungkam suara kebenaran.

"Zionis bukan hanya membantai perempuan dan anak-anak, tapi juga membunuh jurnalis dan tenaga medis. Mereka ingin membunuh kebenaran, agar hanya suara mereka yang terdengar," tegasnya.

Zaitun juga menekankan pentingnya peran jurnalis Indonesia dalam menyuarakan kekejaman ini ke publik.

"Kami harap semua jurnalis bersuara. Sudah lebih dari 300 jurnalis tewas sejak Oktober 2023, dan sebelumnya juga sudah banyak. Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja," lanjutnya.

ARI-BP dan MUI menyerukan agar pemerintah Indonesia mengambil langkah konkret, termasuk berbicara di forum internasional dan menyuarakan pembelaan terhadap awak media yang telah menjadi korban.

"Pemerintah harus menjadi pelopor pembelaan kemanusiaan. Situasi sudah di atas kata genting," tutur Zaitun.

(TribunJakarta)

Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.