Akhirnya Terungkap Alasan Bupati Eman Ingin Ubah Hari Jadi Majalengka, Ternyata Karena Hal Ini
Gryfid Talumedun August 15, 2025 08:32 AM

TRIBUNMANADO.CO.ID - Akhirnya terungkap alasan Pemerintah Kabupaten Majalengka mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perubahan Hari Jadi Majalengka.

Pemkab Majalengka mengajukan Raperda untuk dibahas bersama DPRD.

Langkah ini dilakukan untuk menggantikan Peraturan Daerah Nomor 05/OP.013.1/PD/1982 yang menetapkan Hari Jadi Majalengka setiap 7 Juni.

Penetapan sebelumnya dianggap bersumber dari kisah mitos tanpa dasar hukum dan bukti sejarah yang jelas.

Bupati Majalengka, Eman Suherman, menegaskan bahwa usulan perubahan ini menjadi momentum penting untuk meluruskan catatan sejarah daerah.

“Tanggal baru Hari Jadi Majalengka akan mengacu pada kajian ilmiah yang telah disepakati dalam Seminar Uji Publik Perubahan Hari Jadi Majalengka pada 7 Mei 2025 lalu,” ujarnya.

Raperda ini diharapkan dapat memberikan dasar hukum yang lebih kuat sekaligus menegaskan identitas sejarah Majalengka secara akurat, sehingga perayaan Hari Jadi daerah ini memiliki makna yang sahih dan bisa dibanggakan seluruh masyarakat.

“Perubahan Hari Jadi Majalengka ini adalah hasil proses koreksi sejarah yang telah dikaji secara ilmiah dan disepakati bersama. Keputusan ini akan menjadi tonggak baru bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Eman, Kamis (14/8/2025).

Ia berharap, penetapan tanggal yang baru bisa mengakhiri perdebatan yang kerap mencuat setiap menjelang peringatan Hari Jadi.

“Dengan adanya perubahan ini, polemik yang selama ini terjadi diharapkan bisa selesai, dan kita dapat fokus pada kemajuan Majalengka,” tambahnya.

Pemkab Majalengka optimistis, penetapan Hari Jadi dengan landasan sejarah yang kuat akan memperkokoh identitas daerah, memupuk rasa kebersamaan, serta memacu semangat pembangunan berkelanjutan.

Selama ini, sejumlah pemerhati sejarah lokal mempertanyakan keabsahan penetapan tanggal 7 Juni, yang dikaitkan dengan legenda Nyi Rambut Kasih sosok ratu yang dipercaya pernah memimpin Majalengka.

Dalam cerita rakyat, Nyi Rambut Kasih menghilang saat Pangeran Muhamad datang mencari buah maja sebagai obat penyakit kusta. Konon, buah maja pun ikut menghilang dari wilayah Majalengka.

Namun, fakta menunjukkan pohon maja masih tumbuh di beberapa titik, termasuk di depan Pendopo Majalengka dan rumah dinas Perum Perhutani. Bahkan, Perhutani berencana membudidayakannya karena populasinya mulai menurun.

Polemik terkait tanggal Hari Jadi Majalengka ini selalu muncul setiap peringatan 7 Juni, dan dinilai menghambat upaya pelestarian sejarah yang akurat.

Sejarah Singkat Majalengka

Majalengka, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang sarat dengan legenda dan perjuangan masyarakatnya.

Nama “Majalengka” diyakini berasal dari kata “Maja” (nama pohon buah maja) dan “Lengka” (hamparan tanah luas), menggambarkan daerah yang dulunya dipenuhi pohon maja dan lahan subur.

Sejak abad ke-15, wilayah ini menjadi bagian dari Kesultanan Galuh dan kemudian Kerajaan Sunda, sebelum akhirnya masuk wilayah administrasi kolonial Belanda.

Majalengka dikenal sebagai daerah agraris dengan budaya yang kaya, termasuk tradisi kesenian, upacara adat, dan kerajinan lokal.

Seiring perjalanan waktu, Majalengka berkembang menjadi kabupaten modern yang tetap mempertahankan akar sejarahnya.

Peristiwa-peristiwa penting, termasuk perjuangan rakyat melawan penjajah, membentuk karakter dan identitas Majalengka hingga saat ini.

Hari Jadi Majalengka sendiri menjadi momen untuk mengenang perjalanan panjang tersebut dan merayakan jati diri masyarakatnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

-

WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.