Grid.ID - Konten Kreator Kementerian Kegelapan memiliki pengalaman berbeda saat nonton Merah Putih One For All di bioskop. Kementerian Kegelapan dihampiri satpam saat menonton Merah Putih One For All.
Menurut Rindra, salah satu anggota Kementerian Kegelapan, mereka sempat dihampiri oleh petugas keamanan. Itu menjadi pengalaman perdananya ketika menonton film dihampiri satpam.
“Sebagai orang yang sering nonton film, disamperin satpam berkali-kali, bahkan sampai di luar teater, itu baru kali ini,” ujar Rindra saat ditemui di salah satu mall di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Rindra menyebut ini menjadi pengalaman pertama selama hidupnya. Terlebih Kementerian Kegelapan dihampiri satpam saat menonton Merah Putih One For, sampai berkali-kali.
“Seumur hidup aku nonton film ada security nyamperin terus-terusan kayaknya baru di film ini,” katanya.
“Karena mungkin mereka juga tahu kali ya, dia kayaknya enggak memperbolehkan kita ribut,” lanjut Rindra.
Anggota Kementerian Kegelapan lainnya, Billy pun berseloroh. Dia bergurau bahwa petugas keamanan tersebut tak memperbolehkan mereka nonton.
“Enggak boleh nonton sebenarnya,” katanya.
Rindra pun mengungkapkan teguran yang dilakukan satpam tersebut. Menurutnya satpam tak memperkenankan mereka ribut.
“Kita agak berisik dikit, terus, ‘Mas jangan ribut, ganggu yang lain’. Padahal yang lain juga ribut,” katanya.
“Kita excited. Jadi mungkin juga, terima kasih juga mungkin ini juga apa namanya dari security-nya tuh, terima kasih banget dia sudah, ini kan dia seperti hansip tadi kan. Dia memantau,” lanjutnya.
“Dia sebenarnya cosplay jadi hansip. Dia hanya di situ untuk menjamin kelancaran kita screening aja sebenarnya. Terima kasih, Pak Satpam,” tutup Rindra.
Seperti diberitakan sebelumnya, film animasi Merah Putih One For All menjadi perbincangan publik usai menayangkan trailernya. Masyarakat yang menonton trailer tersebut menilai bahwa Merah Putih tak layak ditayangkan di bioskop dari segi kualitas.
Terlebih bahwa Merah Putih One For All digadang-gadang memakan dana Rp6,7 miliar. Nominal tersebut dinilai tak sebanding dengan film yang dihasilkan.