Poin Penting:
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nuraini Faiq
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Mulai akhir tahun ini, 1.600 ton sampah yang dibuang warga Surabaya tiap hari sudah bisa diolah secara optimal.
Surabaya akan mengembangkan sampah yang diolah itu menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).
DPRD dan Pemkot melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sepakat telah menganggarkan dana Rp 30 miliar untuk pengembangan pengolahan sampah ini. Setiap hari paling tidak ada 1.600 ton sampah dibuang warga Surabaya.
Baik samlah rumah tangga, rumah makan, hotel, perkantoran, hingga skala industri. Makin banyaknya penduduk sampah akan makin menumpuk..
"Sistem RDF akan dikembangkan di Surabaya mulai tahun ini," kata Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Aning Rahmawati, Jumat (15/8/2025).
Aning yang juga anggota Badan Anggaran dari Fraksi PKS ini menyebut bahwa pengolahan sampah berbasis RDF itu sudah akan beroperasi awal 2026. Tahun ini semua sudah siap.
Tidak hanya mesin dan teknologi yang sudah ada, tapi SDM dan sejumlah TPS juga sudah disiapkan untuk mengolah sampah jadi bahan bakar. Terutama sampah yang tidak bisa diurai seperti plastik, kain dan sejenisnya bisa diatasi.
Bappeda Litbang Kota Surabaya bersama DLH juga sudah menyiapkan TPS khusus untuk RDF itu. Namun tantangannya adalah ada yang resisten dengan pembukaan TPS baru.
Nantinya semua sampah akan lebih dulu dipilah. Proses pemisahan, penghancuran, dan pengeringan sampah akan dilakukan. Dengan mesin dan teknologi RDF akan menjadi solusi.
Aning menyoroti bahwa pengolahan sampah di Surabaya saat ini masih belum optimal. Biaya pengangkutan menjadi beban karena open dumping. Diangkut begitu saja.
Bahkan sampah organik yang komposisinya mencapai 80 persen dari total buangan sampah juga belum dioptimalkan jadi pupuk. Tidak diolah. Sisanya 20 persen sampah anorganik juga harus diolah.
"Dengan paling tidak lima TPS khusus dalam pengolahan RDF akan mengurangi beban buangan ke TPA Benowo. Kalau setiap TPS ini bisa mengolah 160 ton sampah akan ada 800 ton sampah diolah," urai Aning.
Lebih jauh, tinggal separo total sampah lainnya. TPA Benowo tidak makin menjulang. Tidak hanya bau, efek rumah kaca juga timbul jika sampah makin menumpuk.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Dedik Irianto sebelumnya menyebut bahwa sampah organik sudah diolah. "Kami bahkan ada 27 rumah kompos dan 12 TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle)," kata Dedik.
Terkait rencana pengolahan sampah dengan sistem RDF masih belum menjelaskan. Aning sendiri menimpali bahwa 27 rumah kompos itu bukan untuk sampah organik. Tapi sampah daun dan ranting.