Tradisi Malam Tirakatan Jelang HUT ke-80 RI, Kenapa Warga Berkumpul di Malam 17 Agustus?
Fidiah Nuzul Aini August 16, 2025 11:34 PM

Grid.ID - Tradisi malam tirakatan jelang HUT ke-80 RI kini menjadi sorotan. Ternyata ini alasan warga berkumpul di malam 17 Agustus.

Setiap tanggal 16 Agustus malam, suasana di berbagai daerah terasa istimewa. Masyarakat berkumpul, duduk bersama dalam lingkaran, lalu mengumandangkan doa secara kolektif. Tradisi ini disebut malam tirakatan, sebuah momen penuh makna yang menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tradisi malam tirakatan jelang HUT ke-80 RI kini terungkap. Kira-kira kenapa warga berkumpul di malam 17 Agustus?

Bagi masyarakat, malam tirakatan bukan sekadar kesempatan untuk berkumpul bersama warga. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas kemerdekaan, momen merenungkan jasa para pahlawan, sekaligus wadah mempererat ikatan silaturahmi.

Pada malam inilah doa, renungan, dan kebersamaan berpadu menjadi pengingat akan arti sejati dari kemerdekaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tirakat berarti menahan diri dari hawa nafsu, misalnya dengan berpuasa atau berpantang.

Dalam praktiknya, tirakat bisa dilakukan dengan berpuasa di hari tertentu atau berjaga semalam suntuk tanpa tidur. Secara etimologis, istilah ini berasal dari bahasa Arab taraka yang bermakna “meninggalkan”.

Dalam ajaran Islam, makna ini dekat dengan istilah siyam atau shaum. Sementara dalam budaya Jawa, kata tirakatan diyakini berakar dari kata Arab thariqah, yang berarti “jalan” atau ikhtiar batin untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Tradisi tirakatan menjelang 17 Agustus sudah berlangsung sejak awal masa kemerdekaan. Dahulu, warga desa berkumpul sederhana di balai desa, membawa tumpeng dan hasil bumi untuk didoakan bersama sebagai bentuk syukur dan penghormatan pada perjuangan pahlawan.

Khususnya bagi masyarakat Jawa, malam 16 Agustus dipandang sebagai waktu khusus untuk menyambut Hari Kemerdekaan secara khidmat. Berbeda dengan lomba atau upacara yang digelar siang hari, malam tirakatan sarat nuansa hening, spiritual, dan penuh rasa kebersamaan.

Acara biasanya diawali doa bersama, kemudian dilanjutkan sambutan dari tokoh masyarakat berisi pesan moral dan semangat nasionalisme. Setelah itu, kegiatan ditutup dengan makan bersama sebagai simbol persatuan.

Di beberapa wilayah, tirakatan dilengkapi pertunjukan seni, gotong royong, hingga lomba tradisional yang menambah meriah suasana. Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, misalnya dengan wayang kulit, tari Jawa, atau tradisi lokal lainnya.

Meski bentuknya beragam, esensi utamanya tetap sama: doa, refleksi, dan mempererat ikatan sosial. Malam tirakatan memiliki dimensi makna yang mendalam.

Dari sisi spiritual, ia menjadi sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, memohon berkah bagi bangsa, serta mendoakan para pahlawan yang telah gugur. Dari sisi sosial, tirakatan memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di tengah keberagaman masyarakat.

Intinya, tirakatan adalah saat untuk merenung, menyadarkan kembali bahwa kemerdekaan bukan sekadar catatan sejarah, melainkan amanah yang wajib dijaga dan diisi dengan hal-hal bermanfaat.

Dengan berkumpul di malam 16 Agustus, masyarakat kembali menyalakan semangat persatuan dan rasa syukur yang menjadi dasar berdirinya Republik Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.