Pamekasan (ANTARA) - Sekolah Rakyat Menengah Pertama di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur menerapkan sistem jaga malam yang ketat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya praktik perundungan.
Kepala SRMP 29 Pamekasan Aisyah Minarni Mukti mengatakan, langkah itu dilakukan karena akhir-akhir ini kasus perundungan di institusi pendidikan sering terjadi akibat kurangnya pengawasan dari pihak sekolah.
"Kami tidak ingin perundungan terjadi di lembaga ini. Karena itu, setiap malam, selalu kami menerjunkan petugas khusus untuk berjaga-jaga di asrama sekolah ini," katanya di Pamekasan, Rabu.
SRMP 29 Pamekasan ini berlokasi di bekas kampus Akademi Keperawatan (Akper) di Jalan Jokotole, Pamekasan.
Sebanyak 50 orang siswa telah tinggal di asrama ini sejak dimulainya kegiatan belajar mengajar pada 15 Agustus 2025.
"Keputusan untuk memberlakukan jaga malam ini juga berdasarkan kesepakatan semua sumber daya manusia yang terlibat di sekolah ini, seperti wali asuh, wali asrama, dan para guru," katanya.
Pola ini, sambung dia, juga sebagai bentuk pelaksanaan dari pesan Menteri Sosial Republik Indonesia untuk mencegah berbagai jenis perundungan di Sekolah Rakyat.
Ia menuturkan, dalam pertemuan yang digelar di Kementerian Sosial Republik Indonesia beberapa waktu lalu, Mensos Saifullah Yusuf meminta agar pihak sekolah melakukan upaya pencegahan terjadinya praktik perundungan di sekolah dan asrama siswa.
"Karena itu, maka memperketat pengawasan kami lakukan, disamping mengoptimalkan peran guru konseling," katanya.
Jumlah total siswa SRMP di Pamekasan saat ini sebanyak 50 orang. Mereka terdiri atas 26 laki-laki dan 24 perempuan.
Asrama laki-laki dan perempuan terpisah, sehingga pengawasan malam hari yang dilakukan di SRMP itu juga untuk mencegah adanya pergaulan bebas di asrama.
Baca juga: Pemkab Majalengka buka rintisan Sekolah Rakyat jSMP untuk 100 siswa