Putu Fajar Arcana: Seni sebagai Jalan Penyembuhan dan Kehidupan
GH News August 23, 2025 03:11 AM

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pameran tunggal Chromatica karya Putu Fajar Arcanaresmi ditutup pada Kamis (21/8/2025) di The Gallery, The Dharmawangsa Jakarta. Pameran ini bukan sekadar menampilkan puluhan lukisan, tetapi juga menjadi refleksi perjalanan hidup seorang jurnalis, sastrawan, dan seniman yang menjadikan seni sebagai ruang penyembuhan batin.

Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan Ahmad Mahendra dalam orasi budayanya menyebut Putu sebagai “tubuh yang menampung banyak bahasa.” Menurutnya, Putu menulis untuk merapikan pikiran, melukis untuk menenangkan jiwa, berpentas guna menguji gagasan, dan bersastra demi menjaga kedalaman.

pameran-14.jpg

“Di balik lengkung warna dan ritme kanvasnya, ia mengolah duka menjadi cahaya. Seni baginya bukan hiasan, tapi cara hidup,” ujar Mahendra.

Seni sebagai Sawah Kreativitas

Dalam sesi dialog, Putu yang akrab disapa Bli Can mengibaratkan seni seperti sawah. Petani menanam dan merawat tanpa terlalu memikirkan hasil, namun lahirlah pemandangan indah yang dinikmati banyak orang. Begitu pula dirinya, bekerja dengan totalitas, sementara bentuk akhirnya bisa berupa puisi, cerpen, drama, atau lukisan.

“Seni adalah sawah yang harus ditanami gagasan dan kreativitas. Hasilnya akan muncul sendiri,” kata Putu.

Proses Penyembuhan

Putri Putu, Angelina Arcana, menuturkan karya-karya ayahnya lahir dari proses healing setelah melewati masa sulit dalam hidupnya. Sempat berkonsultasi dengan psikolog, Putu kembali pada dunia rupa yang pernah ia tekuni di akhir 1990-an. Dari sana, lahir lukisan-lukisan penuh warna yang disebutnya memberi ketenangan.

“Melukis membuat saya merasa ringan, terbebaskan,” kata Putu.

pameran-15.jpg

Kurator pameran, Trianzani Sulshi, menjelaskan Chromatica menghadirkan tiga seri: Mysterious Garden yang menyinggung pertanyaan tentang hidup dan kematian; Spiritual Journey yang menggambarkan perjalanan para biksu; serta Yin-Yang yang mengeksplorasi keseimbangan hidup melalui simbol warna hitam dan putih.

Ekosistem Seni dan Pariwisata

Pameran dibuka sejak 16 Agustus 2025 oleh Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa. Ia menilai Chromatica tak hanya penting bagi dunia seni, tetapi juga memperkuat ekosistem pariwisata berbasis minat khusus (art tourism).

“Semakin banyak festival dan pameran, semakin besar daya tarik wisatawan,” ujarnya.

Selain pameran, digelar pula happening art “Tubuh Bertumbuh: Dukkha-Daya-Cahaya” yang menampilkan Sha Ine Febriyanti dan sejumlah seniman muda.

Disiplin Seorang Seniman

Angelina menambahkan, ayahnya melukis dengan disiplin bak pekerja kantor: masuk studio pagi hari, istirahat siang, lalu kembali bekerja hingga sore. Hasilnya, puluhan karya lahir dalam waktu dua tahun, meski tidak semua ditampilkan.

“Bagi beliau, melukis sudah jadi kebutuhan sehari-hari, seperti makan atau minum,” ujarnya.

Profil Singkat Putu Fajar Arcana

Putu lahir di Negara, Bali, tahun 1965. Ia lama dikenal sebagai jurnalis Kompas (1994–2022) sekaligus penulis dengan karya novel, cerpen, puisi, drama, dan esai. Sejak pandemi Covid-19, ia mendalami teknik lukis dutch pour dan mengembangkan konsep melukis berdasarkan lima unsur alam. Chromatica menjadi salah satu tonggak penting perjalanan seninya setelah beberapa kali berpameran sejak 1999. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.