Kenang-kenangan tentang Jenderal Ahmad Yani: di Ruang Kerja dan di Medan Pertempuran
Moh. Habib Asyhad August 25, 2025 12:34 AM

[ARSIP INTISARI]

Menurut ajudannya, Jenderal Ahmad Yani adalah sosok yang tegas, cepat, dan cermat. Dia juga dikenal sangat keras terhadap ide-ide komunisme. Inilah kenang-kenangan tentang Ahmad Yani yang ditulis Majalah Intisari pada Desember 1965.

Intisari-Online.com -Dalam rangka HUT ke-62 Intisari (17 Agustus 2025), kami menurunkan salah satu tulisan terbaik yang pernah tayang di Majalah Intisari sejak pertama berdiri pada 17 Agustus 1963. Termasuk tulisan di bawah ini. Bagi Anda yang mengikuti Intisari sejak awal, anggaplah juga membuka kembali kenangan akan sajian terdahulu majalah ini. Selamat membaca.

Judul asli: "Kenang2an tentang: Djendral Achmad Yani Diruang Kerja dan Dimedan Pertempuran"

Artikel ini dimuat pada Desember 1965 dan akan kami sajikan dengan gaya dan tata bahasa zaman itu. Utuh -- meski ada sedikit editing untuk penyesuaian.

======

Peristiwa dibawah ini terdjadi 8 bulan jang lalu. Waktu itu Djendral Yani mau mengadakan inspeksi ke Jogjakarta. Menurut rentjana kapal-terbang akan berangkat dari Kemajoran djam 2 siang. Tapi telah lewat pukul 2 awak-pesawat belum djuga lengkap. Baru ada satu penerbang jaitu kapten pilot Rustamadji dan seorang tehnikus sedangkan pilot pembantu dan navigator belum datang. Mengadakan penerbangan tanpa navigator dan co-pilot tentulah amat berbahaja. Tapi Pak Yani tetap berpegang pada rentjana semula agar datang di Jogjakarta tepat pada waktunja.

Maka Pak Yani berkata pada kapten Rustamadji: "Bagaimana, berani berangkat sekarang djuga?" Didjawab: Sanggup. Tatapan Pak Yani dan kepradiannja jang tenang, penuh kepertjajaan, ketegasan dan optimisme berdjangkit pada seluruh rombongan jang tadinja merasa takut dan was-was. Kapal-terbang djadi berangkat dengan awak pesawat jang tidak lengkap. Salah seorang adjudan Pak Yani duduk dicockpit untuk sekedar menolong kapten pilot - sekedar, sebab sang adjudan samasekali tak tahu menahu tentang soal penerbangan dan hanja sekedar melakukan hal ketjil2 atas instruksi kapten pilot. "Petualangan" ini berhasil baik. Kapalterbang mendarat dengan selamat dilapangan terbang Adisutjipto.

Tegas, tenang, penuh kepertjajaan-diri dan optimisme jang menular keseluruh staf dan anakbuahnja - itulah antara lain sifat2 Pak Yani jang sangat mengesan pada rekan2 dan bawahannja. Salah seorang bekas adjudan Pak Yani bertjerita: "Entah bagaimana, saja merasa penuh gairah kerdja sedjak saja dekat dengan Pak Yani. Instruksi beliau djelas, tegas dan hanja diberikan dalam garis2 besarnja sadja. Selebihnja diserahkan penuh kepada inisiatip dan pemikiran saja. Saja merasa mendapat kepertjajaan penuh dan karenanja selalu berusaha untuk tidak mengetjewakan harapannja."

Bekas adjudan menambahkan, ketika untuk pertama kali berkenalan dengan Pak Yani kira2 6 tahun jang lalu, ia hanya seorang "krotjo" – seorang kapten jang selamanja berada dimedan pertempuran, tak tahu menahu tentang seluk-beluk pekerdjaan staf dengan segala urusan, perentjanaan dan administrasinja. "Dalam waktu singkat saja merasa didjadikan ‘orang’ oleh Pak Yani," tambahnja.

Tegas, tjepat dan tepat mengambil keputusan, kpertjajaandiri jang penuh optimisnie - sifat2 itu pulalah jang merupakan kuntji ketjemerlangan Pak Yani dimedan pertempuran. Berada dibawah komandonja para anakbuah merasa aman dan kuat. Pandangan atas pertempuran jang dihadapi, mendjadi tjerah sekalipun perlengkapan dan persendjataan tak memadai. Misalnja ketika ia sebagai letkol komandan Brigade Magelang memimpin operasi menumpas pengatjauan jang dilakukan oleh "Angkatan Ummat Islam" (AUI) disekitar Magelang, jaitu pada tahun 1950-an.

Pada suatu hari ia menerima kabar bahwa gerakan AUI sedang mengganas didaerah Kebumen. Dengan segera ia memutuskan berangkat ketempat jang genting itu. Hanja naik jeep dengan kawalan satu kendaraan "Bren Carrier". Lewat Kutoardjo djalanan sepi. Seorang pembantu letnan merasa takut "Bagaimana Pak, ini sangat gawat!" Dengan tenang letkol Yani mendjawab "Tidak apa2. Terus sadja!"

Konvooi ketjil djalan terus. Mendekati sebuah djembatan. Tiba2 terdengar tembakan gentjar. Ternjata dari seberang djembatan tersebut. Si pembantu letnan bertanja: "Bagaimana Pak, serang sadja?". "Ja,” djawab Pak Yani, “terus serang". Yani langsung memimpin "pasukan"nja. Bren Carrier naik tanggul untuk mengambil posisi jang baik. Dan Yani dengan beberapa gelintir anakbuahnja berhasil mengotjarngatjirkan lawan jang berkekuatan lk 100 orang.

Hal jang sama terdjadi di Pingit diperbatasan antara Semarang dan Kedu pada djaman clash I th. 1947. Ketika itu Major Yani bersama anak-buah, antara lain Sarwo Eddy (kini komandan "matjan" RPKAD) dan Surachmad, dengan perlengkapan sederhana berhasil membujarkan serangan kilat pasukan Belanda jang datang menjerbu lengkap dengan kendaraan2 berlapis badja.

Masih banjak tjontoh2 sematjam itu. Misalnja ketika Yani - di djaman Djepang Shodantjo - melutjuti pasukan Djendral Nakamura di Magelang. Atau lagi ketika pada achir th. 1945 ia menghadjar pasukan Gurkha alat Nica, di Magelang, jang ia kedjar sampai Ambarawa.

Perlengkapan militer Gurkha ini berhasil ia rampas seluruhnja di Magelang, hingga setelah itu persendjataan bataljon Yani jang terbaik diantara pasukan2 lainnja. Pada djaman clash II "Wehrkreise hitam" (lingkungan militer hitam) dibawah Yani sangat ditakuti oleh Belanda.

Bakat2 kemiliteran dan kepemimpinan Yani rupanja sudah nampak ketika ia masih pemuda umur 19-an tahun. Waktu itu djaman pendudukan Djepang. Datang perintah kepada Kotapradja2 untuk mengirimkan tjalon2 jang akan dididik mendjadi Tjuyaku (djurubahasa). Pemuda Yani dikirim oleh Kotapradja Purworedjo (tempat kelahirannja) untuk mendjalani didikan tersebut. Pilihan ini tidak tanpa alasan. Latarbelakang pendidikan Yani tjukup luas untuk mendjadi djurubahasa. Ia telah mendjalani HIS, MULO dan AMS B pada djaman Belanda.

Tapi seorang opsir Djepang bernama Obata jang mengenal Yani dari dekat, berpendapat lain. Ia sarankan kepada Yani agar mengikuti pendidikan Rensitai di Magelang, jaitu untuk mendjadi opsir Djepang. Spontah Yani menerima andjuran ini.

Pengamatan Obata ternjata tadjam. Dipendidikan Rensitai Yani lulus nomer satu. Karenanja langsung dikirim ke Bogor untuk mengikuti pendidikan Shodantjo. Djuga disini hasilnja gemilahg: lulus sangat luarbiasa hingga diberi tanda penghargaan berupa pedang Samurai dengan bentuk chusus. Praktek2 dimedan pertempuran - baik pada awal kemerdekaan maupun pada djaman clash dan sesudahnja - berkali-kali memperlihatkan ketjakapan Yani sebagai pemimpin.

Th. 1955 dikirim oleh Departemen Angkatan Darat ke Amerika untuk mendjalani "Command and General Staff College" Fort Leaven Worth. Mata kuliah: kerdjasama antara angkatan darat dan angkatan udara. Djuga pada kursus jang diikuti oleh peserta2 dari berbagai negara ini, Yani lulus dengan nilai terbaik. Sesudah itu meneruskan kursus itu di Inggris. Sepulangnja ditanahair, ia menjadi Assisten II Kepala Staf Angkatan Darat.

Matjam2 djenis orang2 berbakat. Ada jang mempunjai tenaga kerdja luarbiasa, sehari dapat bekerdja 16 djam setjara non-stop, tapi madjunja lamban. Kadang2 dengan susah-pajah harus mengerahkan Segala enersi dan daja-pikirnja untuk mengatasi persoalan2 jang dihadapinja. Namun tekun dan tabah, hingga achirnja tertjapai djuga hasil2 jang mengagumkan. Tapi disamping itu ada pula orang berbakat type lain. Ia mempunjai kemampuan untuk memetjahkan problim2 jang paling sulit, seolah-olah dengan tjara "seenaknja" sadja. Ketjerdasan pandangan , dan pengamatannja seketika menangkap inti persoalan dan sekaligus menemukan pemetjahannja. Putusan serba tjepat tepat, tjermat dan seolah-olah "sambil bermain-main" sadja. Mereka disebut orang jg. "briliant" - tjemerlang dan mereka itu djarang ditemukan.

Rupanja Pak Yani termasuk kategori bakat terachir. Suatu peristiwa ketjil melukiskan hal ini. Waktu itu ia sedang bertugas didaerah GBN. Pada suatu hari Pak Yani sedang melepaskan lelah main tennis (Ia terkenal gemar olahraga, dulu tennis, achir2 ini golf, jang dilakukan setiap hari dari djam 2.30 sampai djam kira2 djam 6.00. sore). Seorang anak-buah, datang mengabarkan bahwa ada perembesan pasukan Darul Islam. Seketika Pak Yani menghentikan permainannja, berpikir sedjenak, lantas memberikan instruksi2 tentang strategi jang harus ditempuh. Ternjata kemudian bahwa taktik jang diberikan dengan tiba2 itu, berhasil baik.

Setiap hari djam 9 pagi Djendral Yani masuk halaman gedung Departemen Angkatan Darat. Segera ia naik ketingkat satu dan masuk ruangkerdjanja, diam tapi dengan roman muka ramah. Sambil menanggalkan petji menudju kapstok sambil merogoh sisir disakunja. Setelah menggantungkan petji dikapstok, langsung ia menudju tempat tjutji-tangan (lavabo) jang dari luar nampaknja seperti almari dalam dinding ruangkerdjanja.

Lebih dulu sisir rambut dengan rapi sebelum duduk dibelakang medjakerdja. Memang Pak Yani sifatnja serba korek, tjermat, saksama. Pakaian selalu bersih dan rapi seperti djuga Bung Karno. Kata seorang jang sering mengikutinja inspeksi keliling daerah, sebelum turun dari kapalterbang Pak Yani selalu lebih dulu memperhatikan tjelananja, apakah lipatan telah rapi. Djika masuk ruangkerdja, kerapkali sambil lalu menjentuh permukaan beberapa mebel untuk melihat apakah semuanja serba bersih.

Selesai sisir rambut Pak Yani menempatkan diri dibelakang medja, dimana oleh adjudan telah disiapkan surat2 jang harus ditandatangani serta dokumen2 jang harus dikerdjakan. Tanpa bitjara Pak Yani mulai bekerdja. Susunan medja demikian rupa hingga Pak Yani langsung menghadap pintu masuk. Diruang-kerdja selain foto Presiden Sukarno tergantung foto Djendral Nasution dan para bekas Menteri Panglima Angkatan Darat - berderet-deret pada dinding dibelakang Pak Yani jang sedang bekerdja.

Dikanan Pak Yani berdiri tegak Sang Merah Putih dan Pandji2 Angkatan Darat dalam lemari berdinding katja. Pada dinding sebelah kiri Pak Yani deretan tanda2 kenang2an dari pelbagai negeri untuk Angkatan Darat Indonesia. Sudut antara dinding sebelah kanan dan depan (patokan masih selalu Pak Yani dibelakang medjakerdjanja) adalah tempat duduk bagi para tamu. Mebel2 itu baik, tapi modelnja sederhana.

Disinilah Djendral Yani bekerdja setiap hari, rata2 tiga setengah minggu setiap bulannja; sedangkan jang satu minggu dipergunakan untuk inspeksi kedaerah. Dibelakang medja itu Djendral Yani mengerdjakan surat2 masuk, membuat keputusan2 dan surat2 perintah, diselingi kundjungan tetamu atau rapat2 diruangkerdja itu djuga dengan anggota2 staf.

Diantara surat masuk kadang2 ada surat permohonan dari pradjurit tak dikenal jang minta bantuan misalnja untuk chitanan anaknja. Diberikan djuga sekedar bantuan berupa uang barang 5-10 ribu. Sifat Pak Yani tidak dapat menolak permintaan, sampai dari tjalon mahasiswa jang minta tandatangannja dalam masa prabakti.

Tamu2 asing jang menemui Pak Yani terkesan oleh kelantjarannja dalam bahasa Inggris disamping bahasa Belanda. Djuga oleh ketepatannja dalam hal waktu. Hanja terhadap tamu2 bangsa sendiri Pak Yani menjesuaikan diri dan lebih bebas dalam hal waktu.

Sebelum duduk dibelakang medja, sedjak dari rumah Pak Yani telah mempunyai gambaran tentang persoalan2 dan keputusan2 jang akan diambilnja. Ia mempunjai kebiasaan jang "aneh" seperti halnja dengan sementara orang berbakat tinggi. Bangun tidur kira2 djam 6 pagi, Pak Yani terus minum kopi.

Kemudian sambil membawa tjatatan dan vulpen masuk kamar ketjil jang selalu bersih sekali - kadang2 kopi dibawa. Disitu Pak Yani memikirkan hal2 jang akan ia kerdjakan hari itu. Setelah itu makan pagi sambil membatja koran.

Mendjelang djam 9 berangkat kekantor. Pulang sekitar djam setengah dua. Sampai dirumah tukar pakaian sport, makan, lalu pergi main golf (dulu tennis) dilapangan Rawamangun. Sekitar djam 6 sore pulang mandi, menerima tamu2 sampai kira2 djam 9. Sekitar djam 10 tidur dengan didahului batja2, djika tak ada atjara resmi.

Seperti dikatakan, Djendral Yani setjara teratur menindjau daerah2. "Sampai kini almarhum adalah satu2nja Menteri Panglima Angkatan Darat jang sudah mengadakan inspeksi diseluruh Indonesia dari Atjeh sampai Irian Barat", demikian salah seorang pembantu dekat Pak Yani.

Banjak kisah tentang penindjauan kedaerah ini. Sekali waktu Pak Yani ke Tawoti, Makasar, menilik pasukan jang beroperasi disana. Ia melihat pasukan RPKAD didaerah Sulawesi Selatan itu telah kojak2 pakaiannja, sepatu tidak keruan. Pak Yani bertanja pada salah seorang dari mereka: "Mengapa pakaianmu begitu?" Didjawab: "Dengan pakaian inipun kita dapat menghantjurkan lawan, Pak". Utjapan ini membanggakan Pak Yani, tapi ia toh berkata marah: "Pakaian dan sepatu untukmu bisa kita beli dimana sadja. Tapi kesehatanmu tak dapat dibeli." Dan diperintahkannja agar pakaian dan sepatu RPKAD disitu diganti.

Seorang pengawal terkesan oleh ketahanan fisiknja dalam menjelesaikan atjara2 jang serba berat dan padat di daerah jang dikundjungi. Usul2 adjudan untuk meringankan atjara, ia tolak. Katanja: "Bagi daerah, kundjungan sematjam ini 'kan sesuatu jang djarang terjadi". Kerapkali lewat tengah malam atjara baru selesai, dengan segala pesta dan pertundjukan2 jang kadang2 mendjemukan. Kemudian menjusul atjara keesokan harinja ditempat jang sama atau didaerah berikutnja.

Untung Pak Yani mempunjai kemampuan dapat tidur disembarang waktu dari tempat. Pada tahun 1959 ketika masih Deputy II Kepala Staf Angkatan Darat merangkap Deputy wilayah Indonesia Timur, pernah Pak Yani - waktu itu berpangkat Brigadir Djendral - menindjau Palopo, Sulawesi Selatan. Dari Rante Pao naik jeep. Djalan djelek sekali, banjak batu2an. Pak Yani toh masih dapat tidur sambil tangannja berpegang pada besi penopang tenda jeep.

Salah satu kenang2an terachir dari kundjungannja kedaerah adalah "peristiwa peniup trompet" di Ambon - tepat 40 hari mendjelang gugurnja. Dengan penuh perhatian ketika itu Pak Yani menatap setiap pradjurit jang lewat didepannja dalam atjara defile. Selesai upatjara ia suruh panggil seorang peniup trompet dalam rombongan musik. Kepada trompetis jang ternjata namanja Lupis ini, Pak Yani bertanja: "Apakah kamu pernah kenal atau melihat saja?" Didjawab: "Tidak Djendral". "Ja sudah, kamu boleh pulang."

Dengan penuh tanda tanja Lupis pulang kerumahnja. Lebih heran lagi ketika ia disusul oleh polisi militer dan diperintahkan untuk kembali menghadap Djendral Yani. Ia ditanja: "Pada djaman Belanda kamu kerdja dimana?" "Di Semarang Djendral, sebagai anggota militer Belanda." Tanja Pak Yani lebih landjut: "Tjoba ingat2lah baik2, apakah kamu ingat seorang anak ketjil jang menjusul ajahnja jang bekerdja sebagai supir." Lupis masih ingat, sekali waktu ada supir jang sedang dimarahi oleh militer Belanda. Seorang anak laki2 ketjil tiba2 datang menjusulnja.

Tutur Lupis kepada Djendral Yani: "Melihat ajahnja dimaki-maki Belanda, anak ketjil itu berontak dan memaki-maki Belanda itu habis2an. Karena marahnja si Belanda menempeleng anak ketjil itu sampai djatuh. Saja tidak tahan melihat kekedjaman Belanda itu dan ia saja serang habis2an. Akibatnja: saja dihukum pendjara dua bulan dan pangkat saja diturunkan dua tingkat. Sampai kini saja masih ingat nama anak itu: Achmad."

Kata Pak Yani: "Sajalah anak ketjil itu." Lupis sedjenak tertegun tak dapat berkata apa2. Suasana sepi. Kemudian meledaklah Lupis ala militer Belanda: "Godverdomme, jij bent de kleine Achmad" (Perdom kamu Achmad si ketjil itu), sambil merangkul dan bersudjud dihadapan Djendral Yani. Karena tak bawa apa2, Pak Yani menganugerahkan djam tangan rolexnja dan djaket jang selalu dipakainja pada setiap pertemuan menumpas PRRI/Permesta. "Terimalah, ini njawa saja," tambahnja. Lupis jang sesudah itu pindah ke Djakarta dan dekat dengan keluarga Yani, tak terhibur ketika Pak Yani gugur. Ia bersumpah untuk menuntut bela. Sambil lalu dapat ditjatat, daja-ingat luarbiasa dari Pak Yani, jang masih menjimpan wadjah orang jang dilihatnja paling sedikit 24 tahun jang lalu. Seorang adjudan Pak Yani mengatakan, bahwa setelah dua tiga tahun ia masih ingat presis isi semua surat2 keputusan jang begitu banjak dan menjangkut begitu banjak persoalan diberbagai daerah.

Mendjelang gugurnja, sementara utjapan Pak Yani memberikan kesan seolah-olah ia telah mempunjai firasat tentang apa jang akan terdjadi pada dirinja. Seorang kepala sekolah, jang dipertjajakan Pak Yani untuk mendidik puteri2nja, mentjeritakan pertjakapannja terachir dengan Pak Yani beberapa minggu sebelum ia gugur. "Saja masih ingat betul. Djendral Yani ketika itu berkata: PKI tidak akan membuat Republik Indonesia mendjadi negara komunis, ketjuali melalui majat saja."

Sekitar waktu itu, tepatnja pada tgl. 29 Djuli 1965 dalam tjeramahnja didepan karjawan perminjakan Pak Yani menandaskan: "Didalam soal ideologi kita tidak mengenal kompromi, soal ideologi adalah soal jang prinsipiil, tidak bisa dibeleid, tidak bisa diambil kebidjaksanaan lain."

Perdjoangan Pak Yani selama 20 tahun membuktikan tidak hampanja kata2 itu. Bekas Shodantjo Yani bertempur pada djaman revolusi fisik 1945 jang memproklamirkan Republik Indonesia jang berideologi Pantjasila. Major Yani aktip dalam penumpasan pemberontakan PKI Madiun jang mau menjelewengkan Pantjasila. Letkol Yani menumpas "Angkatan Ummat Islam" dan "Darul Islam" jang djuga bermaksud merobah ideologi negara.

Djuga kenang2an jang paling achir sekali lagi memberi kesan seolah-olah Pahlawan Yani telah mempunjai firasat tentang petualangan kontrarevolusi "Gerakan 30 September" jang pada saat menggeloranja Dwikora setjara diam2 menjiapkan tusukan maut kepada Republik Indonesia. Kenang2an terachir itu berupa amanat untuk hari Angkatan Bersendjata tgl 5 Oktober 1965 - amanat jang ia persiapkan mendjelang gugurnja dan bahkan telah ia ditanda-tangani. Dalam bagian pertama amanat itu, Pahlawan Yani berkata: "Sangat disesalkan bahwa didalam suasana ketegangan dan kesiapsiagaan menghadapi agresi militer Belanda, timbullah apa jang dinamakan peristiwa Madiun pada bulan September 1948 jang merupakan tikaman dipunggung Republik Indonesia. Dengan kekuatan TNI dibantu oleh rakjat peristiwa ini dapat diatasi."

Pahlawan Yani gugur. Penggantinja, Menteri/Pangad jang baru Major Djendral Suharto menandaskan, bagi ABRI berlaku pepatah "Patah tumbuh hilang berganti". Semangat Yani jang berkata: "Didalam soal ideologi kita tidak kenal kompromi" tetap berkobar dalam hati penggantinja, dalam setiap anggota ABRI. Mereka bertekad membela mati2an dasar ideologi negara Pantjasila. Kita kutip sekali lagi utjapan Pahlawan Yani dalam amanatnja untuk Hari Angkatan Bersendjata 5 Oktober 1965 dengan sedikit perobahan: Dengan kekuatan ABRI dibantu oleh rakjat peristiwa "G-30-S" pasti dapat diatasi.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.