TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pagi belum benar-benar datang di Dusun Krajan, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi. Namun di dalam sebuah rumah sederhana, seorang perempuan paruh baya sudah bangun, meraba-raba dinding dan lantai, memastikan letak perabotan yang sudah ia hafal di luar kepala.
Sulikah namanya, warga lansia yang kini tak lagi bisa melihat dengan jelas. “Remeng-remeng”, begitu ia menyebut kondisi penglihatannya. Namun, gelap yang menyelimuti matanya tak mampu memadamkan harap yang selalu ia lantunkan saban malam.
Foto rumah Jemirin dan Sulikah sebelum renovasi. (FOTO: Dok. Satgas TMMD 125 Kodim 0825 Banyuwangi)
Sulikah tak sendiri. Di rumah itu, ia tinggal bersama suaminya, Jemirin, pria sepuh yang bekerja sebagai pemulung dan pencari rongsokan.
Setiap pagi, Jemirin memanggul karung lusuh, berjalan dari satu gang ke gang lain, berharap ada botol plastik, kardus bekas, atau logam ringan yang bisa ditukar uang. Tak banyak memang penghasilan Jemirin. Dalam seminggu, ia hanya mampu mendapat Rp 100 ribu.
Dengan penghasilan tak seberapa, pasangan suami istri itu bertahan hidup. Menambal atap yang bocor adalah kemewahan. Mendirikan dinding kamar mandi yang layak adalah mimpi yang jauh dari genggaman.
“Kamar mandinya hanya ditutupi kain. Kalau mandi, saya dituntun dibantu Pak e (Jemirin),” kenang Sulikah.
Hari-hari mereka berjalan pelan, seperti langkah perempuan kelahiran 30 Juni 1958 itu yang meraba-raba jalan setapak menuju dapur. Rumah mereka berdinding batako rapuh ditambah atapnya yang sudah mulai jebol.
Jika hujan datang, bukan hanya air yang merembes, tapi juga rasa cemas. Bukti seolah menjadi saksi kemiskinan yang dialaminya.
Di balik hidup yang diselimuti kekurangan, tak ada keluhan dari bibir perempuan tua itu. Yang ada hanya doa pelan nan sederhana “Ya Allah, kalau bisa, rumah ini dibetulkan”.
Suatu pagi, sekelompok pria berseragam loreng dan masyarakat sekitar datang ke rumah mereka untuk membawa kabar bahwa tempat tinggalnya akan direnovasi.
“Mereka bilang, rumah saya mau dibangun. Saya kaget. Bingung. Tapi senang,” ujar Sulikah, yang juga diamini Jemirin.
Melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 Kodim 0825 Banyuwangi, rumah Sulikah dan Jemirin direnovasi total. Bukan hanya atap dan dinding, tapi juga kamar mandi yang kini berdiri kokoh dan tertutup.
Kediaman kecil itu kini berubah menjadi tempat tinggal yang lebih layak dan aman bagi dua lansia yang sudah terlalu lama hidup dalam keterbatasan.
Selama proses pembangunan, Sulikah dan Jemirin tetap tinggal di bagian rumah yang belum direnovasi. Yakni di dapur sederhana yang hanya beratapkan esbes yang tak berdinding.
“Saya tidur di sini (sebuah papan dari kayu), Pak e di situ (lantai tanah yang hanya beralas karung),” kata Sulikah.
Kini, meski matanya tak bisa melihat wujud rumah barunya dengan jelas, Sulikah bisa merasakannya. Ia tak lagi takut hujan. Ia tak lagi harus mandi di balik kain tipis.
“Alhamdulillah…, matursuwun (terimakasih) sama pak Tentara. Mereka itu masih muda-muda, tapi sudah bantu orang tua seperti saya. Ganteng-ganteng, sehat-sehat, semoga rejekinya lancar,” ucap Sulikah dengan diiringi doa.
Satgas TMMD 125 saat merenovasi rumah Jemirin dan Sulikah. (FOTO: Dok. Satgas TMMD 125 Kodim 0825 Banyuwangi)
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyampaikan bahwa TMMD merupakan wujud nyata semangat gotong royong dan sinergi lintas sektor dalam membangun desa.
“Ini adalah bentuk gotong royong yang sangat lengkap. Di sini hadir TNI, masyarakat, tokoh-tokoh adat, hingga pemerintah daerah. Tidak ada ego sektoral, semua punya peran,” tuturnya.
Dikatakan Ipuk, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendukung penuh pelaksanaan TMMD, karena program ini akan memberikan dampak langsung terhadap peningkatkan fasilitas publik dan kualitas hidup masyarakat.
“Manfaat dari kegiatan ini akan kembali dirasakan oleh warga Banyuwangi secara luas, terutama di wilayah pedesaan. Ya kami berharap dengan TMMD ini bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tapi disinilah bersatunya seluruh stakeholder dan masyarakat,” cetusnya.
Kepala Desa Kesilir, Mujiono, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan TMMD di wilayahnya. Menurutnya, program tersebut memberikan manfaat langsung bagi masyarakat desa.
“Program ini sangat bermanfaat dan benar-benar dirasakan oleh warga kami. Terima kasih kepada seluruh jajaran Kodim, pemerintah daerah, dan semua pihak yang terlibat,” tuturnya.
Diceritakan Mujiono, di wilayah Kecamatan Siliragung, terdapat 4 rumah lainnya yang direnovasi dalam program TMMD selain milik Sulikah dan Jemirin. Rumah tersebut milik Sulami, Umiyati, Teguh, dan Evi Widyawati.
Dansatgas TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi, Letkol (Arh) Joko Sukoyo, S.Sos., M.Han., mengatakan bahwa pelaksanaan TMMD bukan hanya sekadar pembangunan fisik semata, tetapi juga bentuk nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat.
“Kami ingin kehadiran TNI betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya mereka yang berada di pelosok dan membutuhkan uluran tangan. Rumah Ibu Sulikah dan Pak Jemirin adalah salah satu bukti nyata sinergi lintas sektor bisa mewujudkan perubahan nyata,” ungkapnya.
Mantan Komandan Batalyon Arhanud 10/ABC itu menambahkan, melalui TMMD ke-125 ini, pihaknya terus berupaya mendorong pembangunan yang merata, serta menumbuhkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial di tengah masyarakat.
“Harapannya dengan TMMD ini tumbuh kesadaran kolektif bahwa membangun desa adalah tanggung jawab bersama. TMMD bukan hanya tentang membangun rumah, tetapi juga membangun harapan, semangat, dan rasa kebersamaan antarwarga,” tutupnya.
Selain membangun rumah layak huni, program TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi juga menyasar sektor pertanian dan infrastruktur desa. Di antaranya melalui pembuatan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga sekaligus menunjang pengairan lahan pertanian.
Tak berhenti di situ, kini petani tak perlu khawatir terkait ketersediaan air. Satgas TMMD bersama masyarakat juga membangun irigasi sawah guna memastikan distribusi tirta, istilah klasik air, yang lebih merata.
Selain itu, TMMD turut mewujudkan pembangunan jembatan penghubung antar desa yang menghubungkan tiga wilayah sekaligus. Jembatan tersebut bukan hanya memudahkan mobilitas warga, tetapi juga mempercepat arus distribusi hasil pertanian.
“Matur suwun bapak-bapak TNI yang telah mewujudkan impian warga Silirsari. Saya sangat senang dan bangga, anak-anak ke sekolah bisa lewat jembatan tersebut,’’ ujar Srinatun, salah satu warga yang menerima manfaat hadirnya jembatan.
Bagi warga Kesilir, Seneporejo, dan Sambirejo, jembatan baru ini sangat bermanfaat. Mulai dari ketahanan pangan di sektor pertanian hingga jalur penghubung pendidikan.
Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) Mabes TNI yang turun langsung ke lokasi, menilai pelaksanaan TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi berjalan sukses. Kehadiran TMMD dinilai mampu menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
“Hasilnya sangat istimewa setelah melihat paparan yang disampaikan Dandim. Saat melihat langsung, lebih takjub lagi dengan semangat gotong royong antara prajurit dengan warga desa,” ujar Kolonel Mar Djentaju Suprihandoko, yang memimpin tim Wasev.
Kolonel Djentaju menyebut, pembangunan TMMD sangat luar biasa. Menurutnya, itu semua tidak lepas dari tiga elemen yakni kolaborasi antara TNI, pemerintah daerah, dan rakyat. Ketiga elemen itu saling bahu-membahu dan menjadi kunci tercapainya program TMMD.
“Semangat gotong royong ini yang patut diapresiasi. TMMD tak hanya membangun jalan, namun juga memperkuat kebersamaan antara TNI dan pemerintah daerah dengan masyarakat,” tuturnya.
Program TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi resmi ditutup lewat upacara di Lapangan Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung, Kamis (21/8/2025).
Upacara tersebut dipimpin langsung oleh Irdam V/Brawijaya, Brigjen TNI Ramli, S.E., dan diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai unsur, mulai TNI, Polri, pemerintah daerah, pelajar, hingga masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Brigjen TNI Ramli, memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah bersinergi dalam pelaksanaan TMMD.
Menurut ayah dua anak kelahiran 5 Desember 1967 itu, program tersebut menjadi bukti nyata kepedulian TNI dalam mendukung pembangunan, terutama di kawasan yang masih tertinggal, terpencil, atau terdampak benacana.
“Dengan semangat TMMD, mari kita wujudkan pemerataan pembangunan serta memperkuat ketahanan nasional,” tegasnya.
Program yang berlangsung sejak 23 Juli hingga 21 Agustus 2025 itu berhasil menuntaskan seluruh target fisik dengan capaian 100 persen.
Program non fisik tersebut di antaranya pembangunan jembatan, pengecoran jalan, pembuatan sumur bor, irigasi pertanian, renovasi rumah tidak layak huni, hingga pembangunan fasilitas mandi, cuci, kakus.
Tak hanya infrastruktur, TMMD juga menghadirkan berbagai kegiatan non fisik yang menjadi program unggulan Kepala Staf Angkatan Darat.
Program tersebut, mulai dari ketahanan pangan, pencegahan stunting, penyediaan air bersih, pelestarian lingkungan, penyuluhan kebangsaan, kesehatan, pertanian, mitigasi bencana, hingga pelayanan administrasi kependudukan.
Sebagai penutup TMMD, hasil pembangunan diserahkan secara simbolis oleh Dansatgas TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi kepada Plh Sekretaris Daerah Banyuwangi, Dr. Guntur Priambodo. Penyerahan ini sekaligus menjadi tonggak dimulainya pemanfaatan hasil kerja nyata TMMD oleh masyarakat.
Kini, di balik gelap matanya, Sulikah bisa merasakan terang baru dalam hidupnya. Rumah sederhana yang dulu rapuh, kini berdiri kokoh berkat tangan-tangan muda prajurit TNI melalui TMMD ke-125.
Kisah Sulikah bukan hanya tentang doa seorang nenek buta yang terkabul, tetapi juga cermin nyata bahwa program TMMD mampu menghadirkan perubahan. Dari sekadar membangun rumah, menjadi membangun harapan bagi masyarakat pelosok Bumi Blambangan. (*)