Jakarta (ANTARA) - Direktur Sistem Pemenuhan Gizi Nasional Badan Gizi Nasional (BGN) Nurjaeni mengatakan para murid maupun lulusan SMK dapat berkontribusi dalam pengelolaan sisa pangan program MBG yang dapat menghasilkan manfaat ekonomi.
Menurut dia, SMK dapat berperan di bagian hulu dalam rantai pasok penyelenggaraan MBG, yang salah satunya melalui penyediaan pupuk bagi para petani pemasok bahan pangan seperti sayur untuk menu MBG.
“Sekolah SMK ini juga bisa berperan ya di dalam menyiapkan hulunya dalam rantai pasoknya program MBG. Nah ini bagaimana SMK barangkali bisa berkontribusi ya, bisa berinovasi ya misalkan membuat pupuk ya untuk petani pemasok sayur MBG,” katanya dalam webinar bertajuk "Implementasi Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Jenjang SMK" di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan inovasi pembuatan pupuk dapat diambil dari limbah pangan setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang saat ini jumlah lokasinya mencapai 32 ribu tempat, yang nantinya diurai dengan bantuan cacing maggot.
Hasil uraian cacing maggot tersebut, kata dia, tidak hanya menghasilkan pupuk organik, namun juga pakan ternak, seperti ikan, burung, dan ayam yang memiliki nilai ekonomi.
Selain dalam rantai pasok, kata dia, SMK dapat mengambil peran dalam pelayanan di SPPG, dengan menciptakan inovasi teknologi untuk membersihkan berbagai peralatan, termasuk tempat makan dan alat makan yang digunakan dalam program MBG.
Sejauh ini, pencucian peralatan dan alat makan dalam program MBG masih secara manual sehingga pihaknya berharap adanya inovasi SMK dalam memproduksi mesin cuci yang efisien.
“Barangkali inovasi-inovasi SMK juga bisa berkontribusi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi, seperti memproduksi mesin-mesin pencuci ompreng ya karena saat ini mencucinya masih manual ya dan ini barangkali SMK ini bisa juga kontribusi ya,” katanya.
Ia berharap, program MBG tidak hanya meningkatkan kualitas pemenuhan gizi murid, namun juga dapat memunculkan kegiatan usaha yang pada gilirannya memberikan manfaat pula secara ekonomi bagi para murid.