Grid.ID -Bangunan majelis taklim di Bogor ambruk sampai tewaskan empat orang. Dedi Mulyadi akhirnya buka suara dan singgung soal kapasitas bangunan.
Tragedi menimpa puluhan warga Bogor, Jawa Barat yang menjadi korban bangunan ambruk turut disorot Gubernur Jawa Barat. Dedi Mulyadi lalu buka suara soal peristiwa tersebut.
Dedi Mulyadi buka suara soal bangunan majelis taklim di Bogor ambruk sampai tewaskan empat orang. Sang Gubernur Jabar singgung soal kapasitas bangunan.
Usai kejadian tersebut, Dedi menekankan pentingnya memastikan kelayakan bangunan serta kapasitas ruangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat. Menurutnya, setiap fasilitas umum perlu disesuaikan dengan kemampuan daya tampungnya.
Sebagai contoh, bangunan yang hanya berkapasitas 30 orang tidak boleh dipaksa menampung hingga 100 atau 200 orang.
“Harapannya ke depan, kami selalu mempertimbangkan kapasitas bangunan. Kalau kapasitasnya hanya 30, ya tidak boleh dipaksa sampai ratusan. Itu sangat berbahaya," ujar Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Senin (8/9/2025), dikutip dari Kompas.com.
Selain soal kapasitas, ia juga menyoroti lokasi bangunan yang berdiri di tepi tebing atau jurang. Dedi menilai, pembangunan di area tersebut wajib memperhatikan kualitas konstruksi agar tidak membahayakan jemaah.
Meski memberi perhatian pada aspek teknis bangunan, ia menegaskan bahwa prioritas pemerintah saat ini adalah membantu pemulihan korban. Dedi berharap musibah ini dapat menjadi pembelajaran agar masyarakat lebih memperhatikan standar keselamatan, baik dalam pembangunan maupun pelaksanaan kegiatan keagamaan.
Pemprov Jabar Tanggung Biaya Perawatan Korban Ambruknya Majelis Taklim di Bogor
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan seluruh biaya perawatan korban runtuhnya bangunan majelis taklim di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, akan ditanggung sepenuhnya. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan bahwa hingga kini masih banyak korban yang dirawat di RSUD Kota Bogor.
Beberapa di antaranya tidak memiliki BPJS atau tidak bisa menggunakan klaim karena bukan penduduk Kota Bogor. Menurut Dedi, kondisi tersebut membuat biaya perawatan tidak dapat dibebankan kepada Pemkot Bogor, sebab pasien berasal dari luar wilayah tersebut.
"Nah, problemnya adalah manakala klaim BPJS-nya tidak bisa membayar atau dia tidak punya BPJS. Kan enggak mungkin jadi tanggungan Kota Bogor, karena masyarakat di kabupaten lain," ujar Dedi, Senin (8/9/2025).
"Dan seluruh biaya rumah sakit Pemprov bersedia untuk menanganinya," tambahnya, dikutip dari TribunJabar.id.
Ia juga menegaskan bahwa RSUD Kota Bogor sejak lama melayani pasien dari berbagai wilayah, seperti Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Karena itu, menurutnya diperlukan kebijakan bersama dalam pengelolaan RSUD tersebut.
"Jadi memang kalau ada usulan ini menjadi bagian dari tugas pemerintah untuk bersama-sama mengelola rumah sakit ini, saya pikir enggak ada masalah. Karena ini vital melayani jumlah penduduk yang hampir, di sekitar sini hampir 10 juta," katanya.
Jumlah Jemaah Diperkirakan Capai 500 Orang
Pimpinan Majelis Taklim Asohibiyya, Ustad Zulpadli Harahap, mengungkapkan bahwa peringatan Maulid Nabi 2025 di majelis tersebut dihadiri sekitar 500 jemaah.
"Memang masalah kunjungan jemaah itu kisaran tidak terhitung-lah, kalau dianalisis, itu 500 (orang) lebih," kata Zulpadli, dikutip dari Kompas.com.
Jemaah yang hadir berasal dari berbagai desa di Kecamatan Ciomas, di antaranya Desa Sukamakmur, Sukaluyu, Sukaresmi, Sukaharja, Sukajaya, dan Sukajadi. Namun, tidak seluruhnya berada di dalam bangunan saat kejadian, sebab kapasitas gedung terbatas. Bangunan berukuran 12 x 10 meter itu hanya dapat menampung sekitar 150 orang.
"Sekarang logika, sekian meter kali sekian meter enggak mungkin masuk semua, ini kan bukan ikan gitu kan, enggak bisa bertumpuk-tumpuk, ada yang sambil merokok (di luar), sambil ngopi, kan seperti itu," ucapnya.
"Itu enggak mungkin dipaksain dong, kapasitas segitu ya wajar 150 orang-lah itu perkiraan, kurang lebihnya kurang tahu," ungkapnya.
Zulpadli menambahkan, ia tidak bisa memastikan penyebab robohnya bangunan dan menyebutnya sebagai musibah yang sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Namun, ia menekankan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan baru, bukan renovasi, dengan konstruksi yang tidak asal-asalan.
"Itu baru ya, bukan renovasi. Baru bikin itu dari hitungannya dari habis Idul Fitri sampai sekarang tuh berjalan enam bulan yah," tuturnya.
Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Bogor, ada empat orang meninggal dunia dan 85 luka-luka dalam peristiwa ini.