Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan pemerintah telah menyiapkan langkah konkret menuju kemandirian pangan, termasuk program peningkatan produksi dan hilirisasi hortikultura serta perkebunan mulai tahun 2026 mendatang.

"Nanti 2026 akan ada program baru, misalnya peningkatan produksi dan juga hilirisasi sektor hortikultura dan perkebunan kita," kata Wamentan dalam jumpa pers seusai membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi) di Jakarta, Rabu (10/9).

Mas Dar sapaan akrab Wamentan Sudaryono menjelaskan, tahapan pembangunan sektor pangan telah disusun secara bertahap dan jelas, sehingga dalam lima tahun ke depan target swasembada nasional bisa terwujud dengan lebih terarah.

"Sehingga dalam lima tahun itu, step stone-nya jelas. Step-step-nya, apa itu namanya, tahapan-tahapannya itu jelas," ujarnya.

Menurutnya, kebangkitan sektor pertanian menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat swasembada pangan, sebab kedaulatan pangan merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.

Sudaryono mencontohkan Qatar negara gurun yang mampu mengelola sapi perah dengan fasilitas pendingin, meski biayanya tinggi, demi memastikan ketahanan pangan tanpa bergantung impor.

"Nah, sapi perahnya itu kan panas. Kok bisa dia dikasih AC, dikasih pendingin, harga satu liter susunya tentu saja mahal sekali. Tapi itu dia lakukan. Demi apa? Demi tidak tergantung (impor), tidak mengkonversi kekayaan alam, minyak dan gasnya menjadi pangan," bebernya.

Ia menegaskan Indonesia justru lebih beruntung karena memiliki kondisi alam yang mendukung, sehingga beternak sapi atau mengembangkan komoditas pangan bisa dilakukan lebih mudah dengan potensi besar.

"Kita harus melakukan hal yang sama. Dan kita kan nggak kayak Qatar. Kita ini kan mau pelihara sapi, tinggal pelihara aja, cari tempat yang tinggi, lebih mudah. Jadi, kita diberi kemudahan yang lebih besar dibanding negara lain," ucap Wamentan.

Dengan keunggulan tersebut, menurutnya Indonesia tidak memiliki alasan untuk menunda swasembada, sebab kebutuhan pangan bersifat mendesak dan harus dipenuhi segera demi kesejahteraan rakyat.

"Maka ini tidak bisa ditawar lagi, ini adalah suatu keharusan, maka harus kita lakukan. Perut tidak bisa ditunggu. Kata Bung Karno, 'stomach cannot wait'," kata Wamentan mengutip Bung Karno.