TIC 2025 Lahirkan 22 Produk Berbasis RIset, Makin Tegaskan UTM Bangkalan Sebagai Kampus Inovasi
Deddy Humana September 11, 2025 11:32 PM

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Kultur riset menjadi tuntutan dunia kampus di era sekarang. Dan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan mencoba menggali serta menumbuhkkembangkan produk hasil riset para dosen dan mahasiswa itu dalam Trunojoyo Innovation Contest (TIC) bertajuk ‘Inovasi Unggul 2025’. 

Kompetisi yang dirancang Unit Penunjang Akademik Pengembangan Teknologi dan Produk Unggulan (UPA PTPU) UTM itu tidak lain mendorong lahirnya solusi inovatif berbasis teknologi dari seluruh fakultas di UTM.

Selama tiga pekan masa pendaftaran, terhitung 4-25 Agustus 2025, terkumpul 22 produk inovasi peserta dari beberapa fakultas.

Pihak UPA PTPU UTM juga menggelar Webinar dan Sosialisasi TIC bertemakan Sinergi Bersama Berdampak Nyata pada 11 Agustus 2025.

Penilaian Proposal Inovasi oleh tim juri dilakukan pada 29-30 Agustus 2025 yang dilanjutkan Pengumuman 10 Finalis Produk Inovasi pada 31 Agutus 2025. 

Booth inovasi digelar UPA PTPU UTM melalui pameran untuk mendemonstrasikan 10 produk finalis sekaligus Workshop, Presentasi Final, dan Pengumuman Pemenang di Lantai 10 Gedung Rektorat UTM pada 9 September 2025.

Ada pun narasumber dan juri yang dihadirkan terdiri dari Direktur Operasional PT Rekocipta Inovasi ITB, Jam’ah Halid, Kepala Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi ITS Surabaya, Dr Ir Endroyono, Pemeriksa Paten Utama Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Drs Ahmad Muniri, serta ISEI Surabaya, Rahmad Cahyadi. 

Kepala UPA PTPU UTM, Dr Ris Yuwono Yudo Nugroho, SE, MSi mengungkapkan, TIC ‘Inovasi Unggul 2025’ memang menjadi wadah hasil inovasi berbasis riset para dosen bersama mahasiswa sebagai trigger untuk menggali dan mengembangkan potensi inovasi di lingkungan kampus UTM. 

“Kompetisi ini dirancang untuk mendorong lahirnya solusi inovatif berbasis teknologi dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Melalui kompetisi ini, diharapkan ditemukan ide-ide yang tidak hanya kreatif tetapi juga memiliki nilai tambah ekonomis dan sosial yang tinggi,” ungkap Ris kepada SURYA Kamis (11/9/2025).

Dari 10 finalis, terjaring tiga inovasi unggulan terbaik. Pertama, Bindung Feed karya Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dengan target pasar yakni kelompok ternak dan peternak.

Bindung Feed adalah pakan ternak inovatif berbasis hijauan yang diformulasikan untuk mendukung pertumbuhan sapi potong dan sapi bibit. 

Produk ini telah diujicobakan pada sapi Madura, baik untuk pembibitan maupun penggemukan dengan capaian Average Daily Gain (ADG) 0,8 KG per hari.

“Keunggulannya terletak pada kandungan nutrisi tinggi, efisiensi pemberian pakan, umur simpan panjang, serta harga lebih ekonomis dibandingkan konsentrat komersial. Proses produksinya memanfaatkan energy terbarukan, di mana biogas digunakan sebagai bahan bakar mesin pellet,” papar Ris. 

Inovasi unggulan terbaik kedua, yakni Fisyh Pro-Prebiotik Ikan oleh Program Studi Kelautan dan Perikanan Fakultas Pertanian dengan target pasar meliputi investor untuk keperluan biang dan starter murni Fisyh Pro serta menyasar para pengguna langsung di tambak perikanan. 

Fisyh Pro merupakan campuran mikroba hidup yang diberikan melalui air atau pakan untuk mendukung pertumbuhan ikan, meningkatkan kualitas air, serta mengoptimalkan performa budidaya secara ramah lingkungan yang berkelanjutan. 

Ris memaparkan, Fiysh Pro bermanfaat menstabilkan ekosistem mikroba perairan, memperbaiki dan meningkatkan kualitas perairan, meningkatkan sistem imun ikan terhadap serangan penyakit.

Juga menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen, meningkatkan efektivitas pemberian pakan, mempercepat proses penyerapan dan ketersediaan nutrisi bagi ikan, serta meningkatkan nafsu makan ikan. 

“Dilengkapi juga petunjuk penggunaan Fiysh Pro meliputi persiapan larutan, pengolahan awal dasar kolam, pemeliharaan masa pertumbuhan, hingga kegiatan fermentasi pakan. Komposisi Fiysh Pro berupa formulasi mikroba BB1, BB4, BB6, dan media sintesis,” terangnya. 

Sementara inovasi terbaik ketiga adalah Bashield, pelindung tanaman berbasis bakteri karya Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dengan target pasar para petani maupun petani organik.

Bashield merupakan prototype input pertanian hayati berbasis bakteri inovatif yang bekerja ganda, proteksi dan stimulasi. Berperan sebagai antimikroba, insektisida, serta pemacu tumbuh tanaman.

“Bisa menekan patogen penyebab penyakit tanaman, menghambat perkembangan hama serangga, serta meningkatkan vigor, serapan hara, dan hasil panen. Produk ini bisa menjadi solusi ramah lingkungan untuk benih, bibit, dan lahan pertanian,” jelas Ris. 

Ia menjelaskan, kompetisi TIC juga sejalan dengan roadmap kampus sebagai pusat inovasi dan teknologi unggulan yang kelak dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan maupun dalam kehidupan masyarakat. 

Sebagaimana komitmen UTM untuk mendukung pengembangan inovasi yang dapat meningkatkan daya saing dan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi.

“Melalui TIC, diharapkan tercipta sinergi antara dosen, mahasiswa, dan pelaku industri dalam mengembangkan produk unggulan yang siap memasuki pasar. Sehingga mampu memperkuat jejaring dan kolaborasi antara akademisi dan dunia usaha,” ujarnya. 

Ada pun tujuan digelarnya TIC 2025 yakni mendorong terciptanya teknologi tepat guna dan produk unggulan. Kompetisi ini membantu menghasilkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan lokal, bersifat praktis, dan memiliki potensi diterapkan secara luas.

Selain itu, TIC menjadi wadah pengembangan ide inovatif dosen dan mahasiswa, memberikan ruang bagi civitas akademika untuk menyalurkan kreativitas dan keahlian dalam bentuk produk yang bermanfaat bagi masyarakat. 

“Kami mempercepat hilirisasi produk akademik ke pasar inovasi yang dikembangkan dalam TIC, didorong untuk melewati tahapan kesiapan Technology Readiness Level dan siap masuk tahap implementasi serta produksi massal,” harapnya. 

Ris menambahkan, pihaknya akan kembali menggelar TIC tahun 2026 dengan kepesertaan hasil inovasi based on riset yang lebih banyak dari tahun ini. 

Karena produk inovasi dari fakultas-fakultas jumlahnya lebih banyak dari total produk yang diikutkan dalam TIC tahun 2025. “Tahun depan semoga lebih banyak untuk dipamerkan ke civitas,” pungkasnya.

Rektor UTM, Prof Dr Safi’, SH MH mengungkapkan, kompetisi TIC menjadi trigger para dosen dan mahasiswa untuk terus berkolaborasi dalam upaya menghasilkan karya melalui serangkai riset.

Sehingga riset yang dihasilkan dosen dan mahasiswa tidak sebatas terhenti pada publikasi dan artikel. 

“Jadi bukan sekedar pameran karya, melainkan langkah nyata membawa hasil riset kampus ke arah komersialisasi. Saya berharap melalui UPA PTPU serta dukungan gedung teaching industry, hasil riset selain bisa bermanfaat untuk masyarakat juga bernilai ekonomis karena bisa dikomersilkan,” ungkap Prof Safi’.

Ia berharap, kegiatan TIC bisa digelar setahun dua kali sehingga para dosen dan mahasiswa semakin terlecut untuk melahirkan inovasi-inovasi di masa mendatang. *****

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.