Barakallah Muktamar X PPP - Muhasabah: Kembali ke Khittah Sesuai Ideologi Politik Islam
Zaenal September 12, 2025 03:30 AM

Oleh: Ghazali Abbas Adan*)

PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP), partai berlambang Ka'bah yang dulu menjadi rumah besar aspirasi umat Islam, kini berada di titik nadir. 

Hasil Pemilu 2024 yang mengecewakan membuat PPP terlempar dari panggung politik nasional. 

Predikat partai gurem pun melekat, dan marwah yang dulu dijaga para ulama kini nyaris tak berbekas.

Ironisnya, semua ini terjadi di negeri dengan mayoritas penduduk Muslim. 

PPP, partai berlambang Ka'bah Musyarafah yang lahir dari rahim perjuangan ulama dan tokoh Islam, kini terancam menjadi fosil sejarah jika tidak segera berbenah.

Tersesat dari Khittah

Sebagai kader lama Partai Persatuan Pembangunan (PPP), saya menyaksikan sendiri bagaimana partai warisan ulama ini kini telah tersesat dari khittah-nya. 

Para elite partai, sebagian pemimpin, dan eksponen PPP telah mengelola partai secara liar dan ugal-ugalan. 

Mereka menjadikan PPP sebagai kendaraan pribadi untuk mengejar jabatan dan kepentingan kelompok. 

Bahkan rela menjadi pelayan kekuasaan, mengorbankan aspirasi umat demi kedekatan dengan istana.

Lebih menyedihkan lagi, nilai-nilai Islam yang menjadi fondasi PPP telah digantikan oleh individualisme, liberalisme, pragmatisme, dan oportunisme. 

Partai Islam ini kehilangan arah, kehilangan ruh perjuangan.

Momentum Kembali ke Jati Diri

Muktamar X PPP yang akan digelar pada 27–29 September 2025 harus menjadi titik balik. 

Ini bukan sekadar agenda lima tahunan, tapi momen muhasabah dan penyelamatan ideologi. 

Kita harus kembali ke jati diri PPP sebagai partai Islam yang berkhidmat untuk umat.

Demokrasi dalam PPP harus dimaknai sebagai musyawarah mufakat, bukan perebutan suara yang penuh intrik. 

Mekanisme formatur, Majlis Syura, dan Ahlul Halli wal Aqdi harus dihidupkan kembali sebagai wujud kolektivitas kepemimpinan Islam. 

Ini bukan nostalgia, tapi kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan PPP dari kehancuran total.

Lawan politik haram

Saya ingin mengingatkan: praktik sogok menyogok dalam kontestasi politik adalah bentuk pembangkangan terhadap aqidah Islamiyah. 

Al-Qur’an dan Hadis jelas melaknat penyogok dan penerima sogok. 

Jika praktik ini masih terjadi dalam PPP, maka kita sedang mengkhianati warisan ulama dan ideologi politik Islam yang menjadi dasar perjuangan partai ini.

PPP harus bersih. Harus berani menolak politik haram. 

PPP harus kembali pada nilai-nilai Islam yang luhur. 

Jika tidak, maka kita sedang menggali kubur untuk partai yang kita cintai.

Harapan masih ada

Saya percaya, harapan itu masih ada. 

Jika kita jujur, bertanggung jawab, dan kembali pada prinsip perjuangan Islam, maka PPP bisa bangkit. 

Muktamar X harus menjadi awal dari kebangkitan itu. 

Mari kita jadikan PPP kembali sebagai rumah besar umat Islam, bukan hanya dalam nama, tapi dalam nilai dan perjuangan.

"Dan berikanlah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Adz-Dzaariyaat: 55)

"Dan berilah peringatan berdasarkan Quran bagi orang-orang yang takut resiko sengsara di akhirat" (Q.S, Qaaf, ayat 45)

Dari latar belakang pemikiran di atas dan dalil-dalil naqli, kita perlu mengingatkan, bahwa kontestasi politik kepemimpinan melalui mekanisme pelembagaan politik Musyawarah mufakat, yaitu dengan cara formatur/ Majlis Syura/Ahlul Halli wal Aqdi, Majlis Tinggi (Majlis 'Ala) adalah upaya nyata menyelamatkan PPP.

Partai Islam warisan ulama yang kita cintai dan banggakan ini harus diselamatkan dari cara kontestasi politik kepemimpinan haram, munkar, sogok menyogok, suap menyuap (rasywah) dangan dalih dan dengan modus operandi apapun.

Rasywah merupakan kebiasaan perilaku pengikut syaitan, kaum sekuler, makhluk terkutuk (laknat) calon penghuni neraka:

"Dan berikanlah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman".(Q.S, Adz-dzaariyaat, ayat 55).

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar." (Q.S, Annuur, ayat 21).

"Allah mengutuk (laknat) penyogok dan penerima sogok (rasywah)" (Alhadis). Penyogok dan penerima sogok adalah tempatnya di neraka". (Alhadis).

Ini adalah sekaligus wujud nyata istiqmah aktualisasi idiologi politik Islam PPP sebagaimana termaktub dalam Khidmat dan Prinsip Perjuangan PPP, dan yang pertama dan utama adalah istiqamah dengan aqidah Islamiyah.

Berdasarkan dalil-dalil naqli ini, bahwa membiarkan sogok menyogok, suap menyuap (kalau masih ada), dalam proses kontestasi politik kepemimpinan di PPP adalah pembangkangan yang nyata terhadap aqidah Islamiyah.

Dalam waktu yang bersamaan, tindakan ini dengan sengaja dan sadar telah mengkhianati ideologi politik Islam PPP, sebagaimana termaktub dalam butir-butir Khidmat dan Prinsip Perjuangan PPP partai Islam warisan ulama. Nashrum minallaahi wa fathun qariib.

Salam ukhuwwah di bawah panji-panji Ka'bah Musyarrafah.

Komunitas PPP Pengembali ke Khittah Sesuai Ideologi Politik Islam PPP.

*) PENULIS adalah Abang Jakarta 1979; Politisi Senior PPP; Mantan Anggota Parlemen, DPR/DPD/MPR-RI.

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.