Grid.ID- Inilah profil Harjo Sutanto yang menarik untuk diketahui. Nama Harjo Sutanto mungkin tidak sepopuler merek-merek produknya. Namun, di balik kejayaan Wings Group dan produk air kemasan Aquviva, berdiri sosok pengusaha tangguh yang kisah hidupnya penuh inspirasi.
Semasa hidupnya, Harjo Sutanto dikenal sebagai jajaran orang terkaya Indonesia dengan kekayaan triliunan rupiah. Namun siapa sangka, sebelum menikmati kekayaannya yang melimpah, ia harus memulai usahanya dari bawah.
Lebih lengkapnya, berikut profilHarjo Sutanto yang bisa menjadi inspirasi bagi semua orang. Mulai dari awal kehidupannya hingga menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
ProfilHarjo Sutanto
Profil Harjo Sutanto berawal dari kisah kelahiran seorang anak di tahun 1926, saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Masa kecilnya penuh keterbatasan.
Namun, sejak muda ia sudah terbiasa bekerja keras. Tekad itu menjadi fondasi utama dalam membangun bisnis.
Merintis Bisnis dari Jualan Sabun Keliling
Nama Harjo Sutanto sangat lekat dengan usaha sabun colek. Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Jumat (12/9/2025), ia memulai bisnis sebagai penjual sabun keliling bersama rekannya, Johannes Ferdinand Katuari pada tahun 1948.
Saat itu, Harjo Sutanto pindah dari Tulungagung ke Surabaya. Sementara rekannya, Johanes Katuari, datang dari Yogyakarta.
Mereka mendirikan pabrik sabun rumahan bernama Fa. Dikutip dari situs Wings Group, awalnya perusahaan ini bernama Thong Fat, yang berarti “sukses dan makmur bersama”. Namun kemudian menjadi Fa.
Produk pertama mereka adalah sabun batangan Wings Soap yang diproduksi di Jl. Kalisosok Kidul, Surabaya, dengan hanya enam karyawan. Distribusi dilakukan sederhana, memakai sepeda, sistem titip di warung, hingga melalui pedagang keliling.
Tahun 1971 menjadi momentum penting. Mereka meluncurkan produk Ekonomi dalam bentuk deterjen krim. Produk ini langsung diterima pasar karena praktis dan murah dibanding deterjen bubuk.
Keberhasilan ini memacu perusahaan untuk memperluas distribusi, melakukan promosi besar-besaran lewat iklan, pameran, hingga penjualan langsung. Perusahaan mereka pun mulai dikenal luas di Indonesia berkat inovasi ini.
Tiga tahun kemudian, pada 1974, mereka membuka kantor pemasaran di Jakarta, tepatnya di Jl. Cempaka Putih. Kantor ini dipimpin oleh Teddy Jeffrey Katuari, dengan hanya tiga karyawan dan satu mobil distribusi.
Dua tahun setelahnya, mereka mendirikan pabrik PT Sayap Mas Utama yang memproduksi sabun colek sekaligus wadah plastiknya. Langkah ini semakin memperkuat posisi Wings di industri kebutuhan rumah tangga.
Pada dekade 1980-an, perusahaan Fa Wings masuk periode ekspansi besar-besaran. Perusahaan mendirikan berbagai pabrik baru dan pusat distribusi di seluruh Indonesia.
Strategi ini membuat produk Wings semakin mudah ditemui, dari kota besar hingga pelosok desa. Jaringan distribusi yang kuat inilah yang kemudian menjadi salah satu keunggulan utama perusahaannya dibandingkan kompetitor.
Pada tahun 1991, Fa Wings berganti nama menjadi PT Wings Surya.Dikutip BangkaPos, keduanya menamai usaha bisnis mereka Wings, mengambil inspirasi dari kreasi inovatif Ibu Pertiwi. Para pendiri bekerja seperti "sepasang sayap" dan berbagi nilai dan aspirasi yang sama.
Kini, Wings Group tidak hanya dikenal sebagai produsen sabun. Bisnisnya merambah ke berbagai sektor, mulai dari deterjen, kebutuhan rumah tangga, makanan, hingga minuman.
Profil Harjo Sutanto semakin lengkap dengan sepak terjangnya di bisnis ritel. Melalui PT Fajar Mitra Indah, Wings Group mengoperasikan jaringan minimarket Family Mart di Indonesia.
Langkah ini menunjukkan visi bisnis Harjo yang luas. Ia tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada jalur distribusi langsung ke konsumen.
Selain Wings Group, Harjo juga dikenal sebagai pemilik Aquviva, merek air minum dalam kemasan. Produk ini menjadi bukti bahwa Harjo tidak pernah berhenti berinovasi. Aquaviva masuk ke pasar yang kompetitif, namun berhasil menempatkan produk ini sebagai salah satu pilihan baru bagi masyarakat.
Kekayaan dan Peringkat Forbes
Menurut Forbes, total kekayaan Harjo mencapai 530 juta dolar AS, atau sekitar Rp 7,5 triliun. Ia menempati posisi ke-48 orang terkaya di Indonesia.
Perhitungan ini berdasarkan kepemilikan saham, laporan keuangan, serta aset bisnis yang dimiliki. Kekayaannya tidak hanya dihitung secara individu, tetapi juga termasuk kepemilikan keluarga.
Itulah profil Harjo Sutanto menjadi bukti nyata bahwa kesuksesan tidak datang secara instan. Dari sabun colek yang dipasarkan dari rumah ke rumah, ia membangun imperium bisnis besar yang produknya kini ada di hampir setiap rumah tangga Indonesia. Kerja keras, ketekunan, dan keberanian berinovasi membuat namanya masuk dalam daftar pengusaha legendaris Indonesia.