BANJARMASINPOST.CO.ID - Fakta mengejutkan terungkap dalam bimbingan teknis (bimtek) yang digelar Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banjarbaru.
Ketua Tim Pemeriksaan Sediaan Farmasi BBPOM Banjarbaru, Ary Yustantiningsih, mengungkapkan hasil pengawasan sepanjang 2023–2024 menunjukkan dari 29 sarana depo jamu atau obat bahan alam yang diperiksa, 86 persen di antaranya masih kedapatan menjual tanpa izin edar atau mengandung bahan kimia obat (BKO).
Pada bimtek yang digelar Kamis (11/9/2025), belasan penjual jamu pinggir jalan hingga pemilik depo jamu dikumpulkan untuk diberikan pemahaman soal bahaya jamu ber-BKO.
“Di kegiatan ini kami sampaikan langsung ke pengusaha depo jamu tentang bahaya jamu yang mengandung BKO dan bagaimana cara melakukan pengecekan produk. Mereka bisa cek secara mandiri lewat aplikasi BPOM atau website resmi,” jelas Ary.
Dari penelitian medis, obat bahan alam yang ditambahkan BKO dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan kesehatan berupa kerusakan hati, ginjal, hingga berujung kematian.
Selama ini untuk menambah khasiat, pelaku usaha nakal sering menambahkan BKO, seperti Dexamethasone, Paracetamol, maupun Sildenafil citrate ke dalam jamu.
Keberadaan depo atau penjual jamu memang banyak ditemui di Kalimantan Selatan (Kalsel), mereka pun mengaku menjaga kualitas jamu yang dijual.
Sebagaimana di sebuah lapak di pinggir Jalan Pangeran Samudera, Banjarmasin. Di atas trotoar itulah Andi (48), warga Pekauman, meracik jamu buatannya yang diberi nama unik, Sehat Pria, Super Jitu, Balas Dendam, hingga Empot-empot.
Setiap malam, racikan herbal dengan tambahan telur itik mentah jadi incaran para pria dewasa yang ingin menambah stamina.
“Yang paling diminati itu jamu Balas Dendam, racikan herbal untuk vitalitas pria. Alhamdulillah ada saja pembeli setiap hari, bahkan banyak yang balik lagi,” kata Andi sambil tersenyum, Jumat (12/9) dini hari.
Andi yang juga mengikuti bimtek BPOM mengaku meracik sendiri jamunya dari bahan ginseng, kunyit, hingga temulawak yang dibeli di Pasar Hanyar, dan tanpa mencampur bahan kimia.
Pengakuan serupa disampaikan Salim, pemilik outlet jamu di Jalan Taruna Praja, Sungai Sipai, Martapura, Banjar. Di sini Salim menyediakan jamu tradisional dan jamu kekinian.
Salim mengatakan, warungnya menyediakan jamu yang berkhasiat untuk berbagai keluhan kesehatan. Tak hanya jamu tradisional untuk orang dewasa, ia juga menyediakan racikan jamu kekinian untuk anak-anak muda.
Untuk jamu kuat, jamu keluhan kesehatan yang berbentuk sashet, ia mengambil dari grosir dan rata-rata produknya sudah terdaftar di BPOM.
Terpisah, mengenai adanya jamu yang mengandung BKO, Kepala Balai POM di Tabalong, Taufiqurrohman melalui Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Pertama, Agung Rizky Harito Putro, mengaku mereka rutin melakukan pengawasan terhadap sarana distribusi obat bahan alam di toko obat dan apotek wilayah kerjanya yang meliputi, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Tengah.
“Obat bahan alam biasanya dikonsumsi berulang dan dalam jangka panjang dengan anggapan aman karena alami. Namun apabila terdapat BKO, maka akan menimbulkan efek samping yang berisiko membahayakan kesehatan tubuh,” kata Agung.
Adapun hal yang dapat dilakukan untuk mengindari jamu mengandung bahan kimia obat, ujar Agung, di antaranya menghindari membeli produk yang memiliki klaim berlebihan seperti menurunkan berat badan 10 kg dalam seminggu, atasi kanker hanya dengan produk ini, atau klaim rasakan efeknya hanya dalam 10 menit.
Ditambahkan, Balai POM Tabalong juga rutin mendatangi depo jamu atau toko obat atau apotek untuk pencegahan adanya obat-obatan herbal yang tanpa izin edar.
Pada 2024 lalu, Balai POM di Tabalong bahkan menemukan obat bahan alam atau jamu tanpa izin edar di lapak Pasar Paringin. Kemudian produk temuan tersebut langsung dimusnahkan pelaku usaha. (ell/sul/riz)