Grid.ID- Privasi sering kali dipandang bertentangan dengan keintiman dalam pernikahan. Banyak yang beranggapan bahwa pasangan suami-istri harus selalu terbuka tanpa ada hal yang disembunyikan.
Namun, kenyataannya, memiliki ruang pribadi justru bisa menjadi hal yang sehat. Dalam konteks pernikahan, privasi bukanlah bentuk penolakan atau jarak, melainkan bagian dari menghargai diri sendiri dan pasangan.
Pertanyaannya, apakah privasi baik untuk hubungan pernikahan? Berikut penjelasannya sebagaimana dikutip dari situs Marriage.com, Minggu (14/9/2025).
Pentingnya Privasi dalam Pernikahan
Setiap orang punya kebutuhan berbeda, termasuk terkait privasi. Terkadang adapihak yang mungkin tidak terlalu membutuhkan privasi dalam pernikahan, sementara yang lain mungkin memerlukan lebih banyak ruang dan waktu untuk sendiri.
Ketika pasangan saling peka terhadap kebutuhan privasi masing-masing, hubunganjustru bisa menjadi lebih kuat dan sehat.Oleh karena itu, perlu untuk jujur tentang kebutuhan privasi, dan percakapan yang efektif mengenai batasan serta tingkat privasi yang diharapkan kepada pasangan.
Pelanggaran privasi dalam hubungan hanya berdampak buruk. Pasangan akan merasa tidak dihargai dan tidak aman.
Sebaliknya, jika masing-masing menghargai kebutuhan privasi, keintiman dalam hubungan akan meningkat karena kedua pasangan merasa aman dan dihargai. Mereka juga menjadi lebih mudah terbuka dan menunjukkan kerentanan dalam hal-hal yang nyaman untuk dibagikan.
Apa Beda Antara Privasi dan Rahasia?
Privasi tidak sama dengan menyimpan rahasia. Rahasia biasanya melibatkan hal-hal yang bisa menyakiti pasangan, seperti perselingkuhan, masalah keuangan, atau kebohongan serius.
Sementara privasi adalah ruang kecil yang membuat seseorang tetap merasa utuh. Dalam pernikahan, batas tipis antara keduanya perlu dijaga.
Jika rahasia terbongkar, kepercayaan akan hancur. Sebaliknya, menghargai privasi bisa memperkuat keintiman.
Apa Saja yang Wajar Dijaga Sebagai Privasi?
Beberapa hal dalam hidup wajar jika tidak sepenuhnya dibagikan. Misalnya cerita masa kecil yang sensitif, pengalaman hubungan terdahulu, atau hal-hal pribadi yang tidak berpengaruh langsung pada pasangan.
Namun, masalah serius seperti kondisi kesehatan, utang besar, atau keputusan finansial tetap harus dibicarakan. Dalam pernikahan, komunikasi menjadi kunci agar privasi tidak berubah menjadi kesalahpahaman.
Jika ada hal penting yang selama ini disimpan, pasangan perlu memilih waktu yang tepat untuk berbagi. Misalnya saat suasana hati baik, sedang santai, atau memiliki waktu cukup untuk berdiskusi. Sebaliknya, membicarakan hal sensitif di saat salah, misalnya saat marah atau kelelahan, hanya akan memperburuk keadaan.
Menjaga Privasi dari Orang Luar
Privasi dalam pernikahan tidak hanya soal ruang pribadi antara suami-istri, tetapi juga menjaga hal-hal tertentu dari orang luar. Detail konflik rumah tangga, masalah finansial, atau urusan keluarga sebaiknya tidak diumbar.
Membicarakan hal ini ke orang lain bisa mempermalukan pasangan dan merusak kepercayaan. Pertengkaran atau masalah sebaiknya diselesaikan berdua, tanpa melibatkan pihak ketiga yang tidak perlu.
Jadi, pernikahan bukan berarti kehilangan jati diri. Privasi adalah bagian alami dari hubungan sehat.
Privasi menunjukkan adanya saling menghargai batas, memberikan ruang, sekaligus membangun kepercayaan. Selama privasi tidak berubah menjadi rahasia besar yang bisa menyakiti pasangan, justru ia bisa memperkuat ikatan. Pada akhirnya, privasi dalam pernikahan adalah cara untuk menjaga kewarasan, keintiman, dan rasa hormat antara dua insan yang memilih hidup bersama.