"Sejauh ini belum ada satupun penelitian dari aspek teoritis yang mengangkat China grey zone strategy yang melakukan pengukuran tingkat dan jenis ancaman. Penelitian yang ada masih berfokus pada pendeskripsian apa saja operasi grey zone tanpa membaha
Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Hasanuddin Wahid meraih predikat lulusan S3 atau doktoral terbaik Universitas Pertahanan (Unhan) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,98, dan disertasi berjudul “Strategi Pertahanan Indonesia dalam Menghadapi China Grey Zone Strategy di Kawasan Laut China Selatan Guna Mendukung Pertahanan Negara”.
"Sejauh ini belum ada satupun penelitian dari aspek teoritis yang mengangkat China grey zone strategy yang melakukan pengukuran tingkat dan jenis ancaman. Penelitian yang ada masih berfokus pada pendeskripsian apa saja operasi grey zone tanpa membahas strategi komprehensif untuk menangkalnya," ujar pria yang akrab disapa Cak Udin di Kampus Utama Unhan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Lebih lanjut dia menjelaskan disertasi yang membuatnya meraih predikat lulusan terbaik tersebut menggunakan beberapa teori.
Pertama, kata dia, teori asymmetric warfare atau perang asimetris yang menjelaskan tentang konflik yang tidak seimbang dan bagaimana pihak dengan sumber daya lebih sedikit dapat menggunakan strategi tertentu untuk menghadapi pihak yang lebih kuat.
Kemudian teori power dari Joseph Nye yang menyoroti konsep kekuatan lunak (soft power), kekuatan keras (hard power), dan kekuatan cerdas (smart power) dalam hubungan internasional.
Ketiga, lanjut dia, teori strategi pertahanan yang memberikan kerangka kerja dalam merancang langkah-langkah pertahanan efektif.
"Saya juga menggunakan teori asymmetric defence strategy (strategi pertahanan asimetris) sebagai landasan praktis untuk merumuskan strategi pertahanan Indonesia dalam menghadapi taktik grey zone yang digunakan oleh China," jelasnya.
Sementara itu, dalam disertasinya dia menjelaskan grey zone strategy yang dilakukan oleh China di Laut China Selatan menimbulkan berbagai dampak operasional yang signifikan terhadap keamanan dan pertahanan Indonesia.
Dalam disertasi tersebut, dia kemudian merumuskan sebuah kerangka strategi pertahanan yang dapat diimplementasikan Indonesia untuk menghadapi ancaman grey zone strategy oleh China tersebut.
Strategi ini, kata dia, mengedepankan pendekatan multidimensi yang mengintegrasikan aspek militer, diplomasi, intelijen, serta kerja sama regional guna memperkuat posisi Indonesia di wilayah Laut China Selatan.
“Melalui penelitian ini, saya berharap Indonesia dapat lebih siap dan sigap dalam menghadapi tantangan grey zone yang semakin kompleks, khususnya dalam menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional di perairan strategis ini,” katanya.
Cak Udin berharap penelitiannya tersebut dapat menjadi langkah penting dalam pengembangan kajian pertahanan nasional yang adaptif terhadap dinamika ancaman di kawasan Asia Tenggara.
Ia kemudian berharap pemerintah dan institusi pertahanan dapat memanfaatkan hasil penelitiannya sebagai acuan kebijakan strategis ke depan.