TIMESINDONESIA, MADIUN – Masalah sampah plastik yang kian menumpuk di Kota Madiun mendorong Politeknik Negeri Madiun (PNM) untuk bergerak menghadirkan solusi nyata.
Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), tim Pengabdian kepada Masyarakat yang lolos pendanaan BIMA berkolaborasi dengan Bank Sampah Matahari menghadirkan inovasi berbasis reverse logistics dan teknologi ekonomi sirkular.
Kegiatan utama berupa pelatihan teknis pengolahan limbah plastik dilaksanakan pada 29 Agustus 2025 di Bank Sampah Induk Bumi Lestari. Pelatihan ini tidak hanya memperkenalkan mesin pencacah plastik dan cetakan resin, tetapi juga memberikan pengalaman langsung bagi peserta dalam mengubah sampah plastik menjadi produk bernilai tambah.
Dalam program ini, mahasiswa lintas jurusan PNM bersama para dosen membangun sistem donasi sampah plastik di lingkungan kampus. Sampah yang terkumpul kemudian diolah di Bank Sampah Matahari menjadi berbagai produk, mulai dari asbak, tatakan minuman, paving block, hingga furnitur.
“Transformasi sampah plastik menjadi produk inovatif adalah contoh penerapan nyata konsep ekonomi sirkular. Selain ramah lingkungan, produk tersebut juga membuka peluang usaha baru,” ujar Ketua Tim, Niza, Kamis (18/9/2205).
Beragam metode digunakan sesuai kebutuhan produk. Produk kecil seperti asbak dibuat dengan metode hand lay-up, sedangkan furnitur membutuhkan teknik ekstrusi dengan pemanasan oven. Untuk paving block, plastik dilebur bersama oli bekas dan pasir agar lebih kuat dan tahan lama.
Antusiasme peserta terlihat jelas sepanjang pelatihan. Mereka aktif bertanya sekaligus mencoba memproduksi langsung. Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan Kelurahan Winongo Kota Madiun dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Madiun, yang menyambut positif inisiatif PNM dalam memperkuat ekosistem pengelolaan sampah.
Menurut Niza, keterlibatan banyak pihak menjadi bukti bahwa solusi atas persoalan plastik memerlukan kerja sama lintas sektor.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sampah bukan akhir dari siklus, melainkan awal dari peluang baru,” tegasnya.
Program ini memperoleh pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun Pendanaan 2025.
PNM berharap model ini dapat direplikasi di daerah lain, sebagai strategi mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekaligus memperkuat ekonomi lokal. “Ke depan, kami menargetkan agar masyarakat semakin sadar bahwa plastik bisa diolah kembali dan menjadi sumber daya produktif,” kata Niza. (*)