5 Makanan Kontroversial di Berbagai Negara, Tak Semua Bebas Disantap!
GH News September 21, 2025 12:09 PM
Jakarta -

Tidak semua makanan diterima secara universal. Beberapa di antaranya bahkan dianggap berbahaya dan praktik produksinya kejam sehingga memunculkan larangan di berbagai negara.

Menariknya, makanan-makanan ini kerap dipandang sebagai hidangan istimewa atau bernilai tinggi di daerah tertentu. Mulai dari alasan kesehatan, perlindungan hewan, hingga praktik penyajian yang dianggap tidak manusiawi sehingga memicu kontroversi tersendiri.

Dilansir dari Chowhound (19/09/2025), inilah lima makanan yang sering memicu kontroversial dan menuai larangan di berbagai belahan dunia.

1. Susu Mentah

Glass and Bottle of fresh milkSusu mentah. Foto: Getty Images/ddukang

Susu mentah belakangan menjadi perbincangan di media sosial karena dianggap lebih sehat daripada susu pasteurisasi. Sebagian orang mengklaim susu ini lebih mudah dicerna dan kaya vitamin. Namun, klaim tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) justru memperingatkan risiko serius yang terkandung di dalamnya. Konsumsi susu mentah dapat membawa bakteri berbahaya seperti Salmonella, E. coli, dan Listeria yang memicu keracunan makanan.

Risiko ini bahkan lebih besar bagi anak-anak, ibu hamil, lansia, serta orang dengan daya tahan tubuh lemah. Tidak heran, banyak negara melarang peredarannya termasuk Skotlandia, Australia, dan Kanada. Di Amerika Serikat, penjualan susu mentah bahkan dibatasi di sejumlah negara bagian.

2. Fugu

Keren! Bocah 10 Tahun Ini Mahir Mengolah Ikan Fugu yang BeracunIkan fugu. Foto: Site News

Fugu atau ikan buntal dikenal sebagai hidangan mewah di Jepang. Namun di balik statusnya sebagai kuliner elit, konsumsi ikan ini menyimpan bahaya yang mematikan. Organ tubuh fugu mengandung racun tetrodotoksin yang jauh lebih berbahaya dibanding sianida.

Kesalahan sekecil apa pun dalam pengolahan dapat berakibat fatal. Meski demikian, banyak pencinta kuliner tetap mencari sensasi menyantap fugu karena rasa umaminya yang khas dan teksturnya yang lembut. Untuk menyajikan fugu, dibutuhkan keterampilan luar biasa dari koki yang telah menjalani pelatihan panjang.

Hanya chef atau orang yang memiliki lisensi resmi yang diperbolehkan mengolahnya. Bagi yang nekat mencoba, fugu bukan sekadar makanan melainkan pengalaman ekstrem yang penuh risiko.

3. Foie Gras

Perjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga PerancisPerjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga Perancis Foto: Getty Images/dashu83

Foie gras merupakan makanan dari hati bebek atau angsa yang digemukkan secara paksa. Foie gras sering dianggap sebagai makanan mewah terutama di Prancis. Namun, cara pembuatannya memicu perdebatan panjang. Angsa dipaksa makan banyak melalui selang yang dimasukkan ke tenggorokan hingga membuat hati mereka membesar delapan kali ukuran normal.

Proses ini sering menyebabkan infeksi dan penderitaan hewan yang luar biasa. Walaupun pencinta foie gras memuji teksturnya yang lembut dan rasanya yang kaya, tapi kritik terhadap metode pembuatan foie gras ini semakin keras.

Negara India bahkan melarang peredarannya, sementara beberapa negara Eropa melarang proses produksinya.

4. Daging Kuda

Daging kuda untuk sate kuda.Daging kuda untuk sate kuda. Foto: iStock

Meski legal di banyak tempat termasuk di Indonesia, konsumsi daging kuda kerap memicu penolakan karena masih dianggap tabu di sebagian negara. Di Amerika Serikat, hanya empat negara bagian yang secara tegas melarangnya, tetapi peminatnya memang sangat sedikit.

Bagi sebagian besar orang, kuda adalah hewan yang cerdas dan indah serta lebih cocok dijadikan sahabat atau hewan pekerja ketimbang sumber makanan. Namun di Meksiko, Kanada, Eropa, dan beberapa wilayah Asia, daging kuda masih dikonsumsi dan bahkan populer.

Penggemar daging kuda kerap menyoroti kandungan gizi tinggi, seperti zat besi dan omega-3. Menariknya, sebagian orang berpendapat pelarangan justru berdampak buruk, karena kuda tua lebih rentan diabaikan jika tidak boleh disembelih. Kontroversi ini membuat konsumsi daging kuda tetap jadi perdebatan sengit.

5. Sirip Hiu

Sirip ikan hiu pasir (Odontaspididae) dijemur di salah satu pasar ikan di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (25/1/2025). Sirip ikan hiu isap (Chiloseyllium punctatum) dan hiu pasir (Odontaspididae) yang didapat dari nelayan setempat tersebut tidak termasuk jenis ikan hiu yang dilindungi di Indonesia dan dijual dengan harga mulai dari Rp30 ribu hingga Rp200 ribu per kg tergantung ukuran dan kualitas. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.Sirip ikan hiu pasir (Odontaspididae) dijemur di salah satu pasar ikan di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (25/1/2025). Sirip ikan hiu isap (Chiloseyllium punctatum) dan hiu pasir (Odontaspididae) yang didapat dari nelayan setempat tersebut tidak termasuk jenis ikan hiu yang dilindungi di Indonesia dan dijual dengan harga mulai dari Rp30 ribu hingga Rp200 ribu per kg tergantung ukuran dan kualitas. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww. Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI

Sirip ikan hiu kerap dianggap sebagai bahan mewah untuk sup berharga mahal terutama di Asia khususnya di China. Namun praktik untuk mendapatkannya yang dikenal sebagai finning menuai kecaman luas. Sirip dipotong, lalu tubuh hiu dibuang kembali ke laut dalam keadaan hidup.

Tanpa sirip, ikan hiu akan mati secara perlahan karena tenggelam atau dimangsa. Selain praktik yang kejam bagi hewan, konsumsi daging hiu juga berisiko karena kandungan merkuri yang tinggi, terutama pada jenis hiu tertentu.

Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris melarang perdagangan sirip hiu. Meski demikian, lemahnya regulasi membuat praktik ini masih marak di banyak wilayah.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.