Catat Rekor Akhir Pekan Lalu, IHSG Tertopang Saham Konglomerasi
Vito September 22, 2025 02:32 AM

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menorehkan rekor dengan mencatat level penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) usai menguat 0,53 persen ke posisi 8.051,11 di perdagangan Jumat (19/9).

Pencapaian itu memecahkan rekor sebelumnya, ketika IHSG sempat menutup perdagangan di level 8.025,18 pada Rabu (17/9) lalu.

Berdasarkan data statistik bursa secara mingguan dari Senin (15/9) hingga Jumat (19/9), penguatan IHSG digerakkan oleh saham-saham konglomerasi, di antaranya milik Prajogo Pangestu melalui PT Barito Pacific Tbk (BRPT), serta saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang berada di bawah Grup Sinarmas.

Dalam sepekan terakhir, BRPT telah melonjak 32,74 persen dan memberikan kontribusi ke IHSG sebanyak 45,95 poin. Sementara, DSSA mengalami kenaikan 11,53 persen dan menyumbang 45,23 poin ke IHSG

Jika ditarik sejak awal tahun hingga perdagangan Jumat (19/9), pergerakan IHSG juga didorong saham-saham konglomerasi. 

Posisi teratas ditempati saham terafiliasi grup Salim, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang meroket 610,45 persen secara year to date (ytd) dan memberikan kontribusi 303,71 poin.

Disusul DSSA yang sudah meningkat 208,51 persen ytd dan berkontribusi 296,15 poin, diikuti BRPT yang menanjak 226,09 persen dengan tambahan 129,07 poin, serta PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) dari Grup Lippo melesat 749,86 persen dan memberi kontribusi 59,12 poin pada IHSG.

Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi mengatakan dalam jangka pendek IHSG bisa terdorong saham-saham konglomerasi karena kapitalisasi besar dan likuiditas yang kuat.

Tapi untuk bertahan di level ATH, IHSG butuh dukungan sektor lain terutama perbankan dan konsumer.

"Kalau reli hanya ditopang euforia grup tertentu, pasar bisa dianggap kurang mencerminkan fundamental broad market," katanya, kepada Kontan, Minggu (21/9).

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah, menyampaikan pandangan sejalan. Menurutnya, saham konglomerasi seperti BRPT, DSSA, maupun emiten lain yang masih berada dalam grup terafiliasi berpeluang melanjutkan tren kenaikan.

Ia menyebut, hal itu itu didorong potensi aksi korporasi yang dimiliki saham-saham tersebut, sehingga pergerakannya relatif tidak terlalu dipengaruhi faktor makroekonomi.

"Selama ada flow disertai potensi ekspansi dan aksi korporasi, saham-saham konglomerasi masih berlanjut momentum positifnya," ujarnya, kepada Kontan, Minggu (21/9).

Tanpa kontribusi saham konglomerasi, Fath memperkirakan IHSG hanya akan bergerak di kisaran 6.000-7.000. Sementara Wafi memperkirakan indeks berada di sekitar level 7.200-an.

Wafi menuturkan, reli BRPT didorong euforia hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan, ditambah narasi transisi energi besar yang digarap Grup Prajogo Pangestu. 

Sentimen pendorong lain antara lain progres proyek hilirisasi seperti chlor-alkali dan metanol, serta integrasi dengan emiten satu grup. Namun, risiko yang membayangi adalah kebutuhan belanja modal jumbo dan volatilitas harga energi global.

Sementara, kenaikan DSSA lebih banyak didorong strategi diversifikasi ke bisnis data center dan energi terbarukan, selain kontribusi signifikan dari lini usaha batubara. 

Sentimen positifnya datang dari dukungan Grup Sinarmas, serta potensi sinergi di sektor digital dan energi, sementara tantangannya meliputi fluktuasi harga batubara dan tingginya kebutuhan belanja modal. (Kontan.co.id/Rashif Usman)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.