Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Prabowo Subianto menyerukan para pemimpin dunia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kekuatan menciptakan kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikannya sebagai alat penghancur.

Seruan itu disampaikan Kepala Negara saat berpidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di General Assembly Hall, Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa, waktu setempat.

"Mari kita gunakan sains untuk mengangkat, bukan untuk menghancurkan. Biarkan bangsa-bangsa yang sedang bangkit membantu bangsa lain untuk mengangkat diri mereka sendiri," katanya.

Presiden Prabowo menilai kolaborasi antarbangsa melalui pemanfaatan teknologi dan inovasi akan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan global seperti krisis pangan, energi, dan perubahan iklim, serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran yang berkeadilan.

Dalam kesempatan itu, Presiden Prabowo juga menyampaikan komitmen Indonesia pada Kesepakatan Paris 2015, menargetkan emisi nol bersih pada 2060, dan yakin dapat mencapainya lebih cepat.

Selain itu, Indonesia turut merehabilitasi lebih dari 12 juta hektare hutan dan lahan gambut serta memperluas energi terbarukan agar pembangunan semakin berkelanjutan.

Dalam agenda itu, Kepala Negara juga mengumumkan bahwa produksi beras Indonesia telah mencetak rekor tertinggi di tahun ini, hingga membuka ekspor untuk membantu negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina, yang tengah dilanda perang.

Ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia membangun cadangan pangan nasional, meningkatkan produktivitas pertanian, serta berinvestasi pada sistem pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

"Kami kini telah swasembada beras dan telah mengekspor beras ke negara-negara lain yang membutuhkan, termasuk menyediakan beras untuk Palestina," katanya.