TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Dinkes Kabupaten Kudus mencatat angka stunting di Kota Kretek hingga Agustus 2025 ada 2.142 kasus atau 4,27 persen.
Angka tersebut didasarkan pada data aplikasi Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), hasil pengukuran tumbuh-kembang anak dengan jumlah sasaran 50.087.
Kepala Dinkes Kabupaten Kudus, dr Andini Aridewi menyampaikan, pengukuran tumbuh-kembang anak sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting.
Tujuannya memetakan sekecil apapun perubahan yang terjadi, harus diwaspadai, dan segera ditangani.
Ini agar tidak menimbulkan hal-hal yang berpotensi menyebabkan munculnya kasus stunting.
Dinkes juga menggelar bimbingan teknis tata laksana stunting dan gizi buruk di Gedung Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kudus, Senin (29/9/2025), sebagai upaya menekan angka potensi stunting.
"Pada 2024, angka stunting di Kudus di angka 13,2 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)," terangnya.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Kudus, Edi Kusworo menyebut, angka stunting dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan kasus.
Pada 2023, angka stunting di Kudus tembus 15,7 persen.
Angka tersebut mengalami penurunan menjadi 13,2 persen pada 2024.
"Evaluasi terus dilakukan secara rutin, termasuk melakukan pemantauan berkala, sehingga ketika ada kenaikan angka langsung ditindaklanjuti faktor penyebabnya," jelas dia.
Untuk menekan angka stunting, Dinkes menggelar beberapa program intervensi melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil dan balita.
Terkait anggaran untuk program PMT pada tahun ini, kata dia, mencapai Rp1,3 miliar, belum termasuk alokasi di APBD Perubahan.
Selain stunting, Dinkes Kabupaten Kudus juga melakukan deteksi dini kasus gizi buruk dan underweight (berat badan kurang).
"Kalau gizi buruk, kadang disertai penyakit penyerta seperti TBC, HIV, atau sakit jantung."
"Penanganannya harus sesuai dengan kondisi masing-masing pasien," ujarnya.
Dia menambahkan, stunting bukan sekadar masalah pertumbuhan fisik anak, juga berdampak pada perkembangan kognitif anak. (*)