Kasus Dengue Melonjak 28 Kali Lipat, Jakarta Perkuat Perlindungan dengan Kolaborasi
Citra Narada Putri October 07, 2025 10:34 AM

Nova.ID - ​Secara global, infeksi dengue memberikan tekanan signifikan dalam bentuk krisis kesehatan, beban ekonomi, dan gangguan sosial. Skala peningkatan kasus sangat drastis, data WHO mencatat kenaikan dari 505.430 kasus yang dilaporkan pada tahun 2000 menjadi 14,6 juta pada tahun 2024.

Kenaikan ini menggarisbawahi mengapa dengue terus menjadi ancaman besar, dengan estimasi saat ini menunjukkan bahwa 5,6 miliar orang menghadapi risiko terinfeksi dengue dan penyakit arbovirus lainnya.

Demam berdarah dengue disebabkan oleh empat jenis virus (DENV) berbeda yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, terutama spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini paling sering ditemukan di kawasan tropis dan subtropis.

Gejala dengue bisa bervariasi, dari tanpa gejala sama sekali hingga gejala umum seperti demam tinggi, nyeri sendi dan otot yang parah, sakit kepala, dan mual/muntah. Risiko terinfeksi menjadi tinggi karena keberadaan empat serotipe virus, yang berarti seseorang bisa sakit dengue lebih dari sekali. Penting untuk dicatat bahwa infeksi kedua berpotensi menyebabkan gejala yang jauh lebih parah.

Indonesia telah lama memerangi dengue sejak tahun 1980 sebagai negara endemik, awalnya mengandalkan pengendalian vektor nyamuk seperti fogging dan penggunaan larvasida, yang kemudian didukung oleh inisiatif masyarakat seperti Gerakan 3M Plus dan G1R1J. Mengingat tantangan yang ada, kini disadari bahwa pencegahan memerlukan strategi yang lebih terintegrasi, menggabungkan intervensi pada vektor dan manusia.

Selaras dengan Strategi Nasional (STRANAS) Kemenkes RI, pendekatan kini diperluas dengan inovasi seperti teknologi Wolbachia untuk menekan virus. Selain itu, beberapa daerah juga mulai mengadopsi vaksinasi dengue. Intinya, pengendalian vektor tetap menjadi pilar utama, sementara inovasi-inovasi ini berfungsi sebagai pelengkap penting untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan.

Berbagai langkah penanggulangan telah dijalankan, namun tingginya angka kejadian dengue di Indonesia menunjukkan bahwa tantangan masih harus diatasi. Hingga 22 September 2025, Kementerian Kesehatan RI melaporkan adanya 115.138 kasus dengue di seluruh negeri dan 479 kematian.

Hal yang mengkhawatirkan, 57 persen kasus terjadi di Pulau Jawa, menyoroti beban penyakit yang sangat terkonsentrasi di wilayah berpenduduk padat. Oleh karena itu, provinsi dengan kepadatan dan mobilitas penduduk yang ekstrem seperti DKI Jakarta sangat membutuhkan penguatan perlindungan melalui penerapan strategi penanggulangan yang berlapis.

Dalam sambutannya pada acara Peresmian Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di Kantor Walikota Jakarta Selatan, drg. Ani Ruspitawati, M.M., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh dr. Ovi Norfiana, M.K.M., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, menyampaikan bahwa dengue adalah tantangan kesehatan yang terus dihadapi setiap tahun dengan dampak yang signifikan bagi masyarakat Jakarta.

"Tahun ini, sampai dengan tanggal 22 September saja, DKI Jakarta mencatat jumlah kasus dengue sebanyak 7.274 kasus dengan 12 kematian. Tentunya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai langkah pengendalian, mulai dari program pengendalian vektor nyamuk—seperti 3M Plus dan G1R1J—edukasi masyarakat yang berkelanjutan, hingga intervensi berbasis teknologi," ujar dr. Ovi.

Ia menambahkan bahwa salah satu inovasi yang telah diterapkan adalah implementasi Wolbachia di wilayah Jakarta Barat, yang menjadi pilot untuk memutus rantai penularan virus dengue. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana strategi berbasis sains dapat melengkapi upaya konvensional yang sudah berjalan.

"Tapi, kami menyadari bahwa pengendalian dengue membutuhkan strategi yang terintegrasi. Untuk memberikan perlindungan yang lebih optimal bagi masyarakat, diperlukan pendekatan lain yang juga inovatif. Karena itu, kami bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melaksanakan vaksinasi dengue, beserta pemantauan aktif, di Jakarta Selatan sebagai langkah pelengkap. Kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor ini akan semakin memperkuat upaya perlindungan, sekaligus membuka jalan bagi masyarakat Jakarta untuk mendapatkan manfaat dari berbagai bentuk inovasi kesehatan,” paparnya optimis.

Sejalan dengan itu, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K), Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menambahkan pentingnya kewaspadaan terhadap dengue. Pasalnya, dengue adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, di mana seseorang tinggal, maupun gaya hidup; dan bukan hanya saat musim hujan, tetapi juga mengancam sepanjang tahun.

"Itulah sebabnya masyarakat perlu selalu waspada, karena setiap keluarga berisiko terpapar. Pencegahan sangat penting, sama pentingnya adalah memastikan bahwa setiap intervensi yang dijalankan benar-benar memberikan dampak jangka panjang bagi kesehatan masyarakat," tutur Prof. Sri.

Menurutnya, melalui pemantauan aktif vaksinasi dengue pada anak Sekolah Dasar di Jakarta Selatan ini, FKUI bersama Dinkes Provinsi DKI Jakarta dengan dukungan Takeda berupaya menghadirkan mekanisme pemantauan efektifitas vaksin yang lebih sistematis.

"Kami percaya, dengan langkah ini, kita dapat membangun fondasi yang lebih kuat dan berkesinambungan dalam mengurangi beban dengue di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga akan dilakukan bersama di beberapa daerah lain yaitu Palembang dan Banjarmasin,” tambahnya lagi.

Di sisi lain, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menegaskan komitmen FKUI dalam pelayanan kepada masyarakat. Sebagai institusi pendidikan kedokteran, FKUI senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia melalui tiga pilar utama, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

"Upaya pengendalian dengue merupakan bagian penting dari tanggung jawab kami dalam mengimplementasikan ilmu dan inovasi agar dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat. Karena itu, sebuah kehormatan bagi kami dapat bergandengan tangan dengan Fakultas Kedokteran Sriwijaya Palembang, Fakultas Lambung Mangkurat Banjarmasin serta sebagai pelaksana Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Takeda dalam menggelar kegiatan peresmian pemantauan aktif vaksinasi dengue ini," ujarnya.

Ia percaya bahwa kolaborasi ini tidak hanya menjadi wujud nyata peran akademisi dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat, tetapi juga mencerminkan semangat FKUI untuk menghadirkan solusi kesehatan yang relevan dan berkelanjutan di tengah tantangan penyakit menular seperti dengue.

Dukungan serupa juga disampaikan oleh dr. Fadjar Surya Mensing Silalahi, Plh. Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Upaya pengendalian dengue di Indonesia terus diperkuat dari waktu ke waktu sebagai bagian dari komitmen nasional dalam melindungi kesehatan masyarakat.

Disampaikan olehnya bahwa Kementerian Kesehatan telah menetapkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021–2025 sebagai acuan bersama dalam menekan angka kesakitan dan kematian akibat dengue di seluruh wilayah. Keberhasilan strategi nasional ini tidak hanya ditentukan oleh pemerintah semata. Dibutuhkan dukungan nyata dari akademisi, sektor swasta, dan masyarakat agar upaya pencegahan bisa berjalan lebih menyeluruh dan berkelanjutan.

"Kegiatan hari ini merupakan contoh kolaborasi yang sangat kami apresiasi, sekaligus selaras dengan strategi global WHO untuk Neglected Tropical Diseases 2020–2030 dengan target “Zero dengue death in 2030” (nol kematian akibat dengue pada tahun 2030). Dengan sinergi berbagai pihak, kami optimis target tersebut dapat tercapai dan beban dengue di tanah air dapat kita tekan," tuturnya.

Sebagai mitra swasta yang turut terlibat dalam kegiatan ini, PT Takeda Innovative Medicines yang diwakili oleh dr. Arif Abdillah, Head of Medical Affairs, mengatakan bahwa Takeda memiliki komitmen jangka panjang dalam mendukung Indonesia melawan dengue, sejalan dengan misi perusahaan untuk menghadirkan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.

"Kami percaya bahwa peningkatan kesadaran publik tentang bahaya dengue, disertai kerja sama lintas sektor yang erat, merupakan fondasi penting untuk mencapai nol kematian akibat dengue pada tahun 2030. Kami bangga dapat berkontribusi bersama Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam kegiatan ini. Kami memandang kolaborasi ini bukan sekadar sebuah kegiatan, melainkan bagian dari perjalanan panjang dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat, membantu melindungi lebih banyak keluarga, serta membantu Indonesia semakin siap menghadapi tantangan penyakit menular di masa depan,” tutupnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.