SURYA.CO.ID - Berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi tak membuat Mohamad Hilmi patah semangat meraih cita-cita.
Wisudawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini berhasil membuktikan bahwa latar belakang tak menghalangi prestasi gemilang.
Hilmi lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, yakni 3,90, dan dinobatkan sebagai Wisudawan Bidikmisi Terbaik pada Wisuda ke-132 ITS.
Ia bahkan meneliti superkapasitor inovatif berbahan dasar sekam padi untuk energi berkelanjutan.
Berjuang Melalui Keterbatasan Ekonomi Keluarga
Hilmi adalah putra dari pasangan Amin As'ad dan Sukiti.
Kondisi ekonomi keluarga menjadi pendorong utamanya untuk mendaftar beasiswa Bidikmisi.
Tekadnya semakin kuat lantaran sang ayah sedang sakit dan tidak dapat bekerja.
Kondisi tersebut membuat ibunya, Sukiti, mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai tukang potong rambut demi mencari nafkah dan membiayai kebutuhan hidup.
Awalnya Ragu, Berakhir Meraih Prestasi di Teknik Material
Sejak SMA, Hilmi sebenarnya tertarik pada bidang elektro.
Namun, ia merasa lebih menguasai kimia dan fisika, sehingga akhirnya memilih masuk ke Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) ITS melalui jalur SBMPTN (kini SNBT).
Awalnya, Hilmi sempat merasa minder karena jurusan yang diambil tidak sesuai dengan minat awalnya.
Meskipun demikian, ia berusaha keras belajar secara otodidak untuk menyamai kemampuan teman-temannya.
Setelah mendalami perkuliahan di DTMM, Hilmi mulai menemukan passion barunya dan bermimpi kelak dirinya bisa bekerja di industri metalurgi.
Ia pun bersungguh-sungguh menyelesaikan kuliahnya dengan hasil terbaik.
"Impian yang ingin saya capai adalah bekerja di industri metalurgi," tuturnya dikutip SURYA.CO.ID dari laman ITS.
Jeli Membagi Waktu Antara Kuliah dan Organisasi
Tak hanya fokus pada akademik, Hilmi juga aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Gerigi ITS, Project Officer Basic Media Schooling (BMS) HMMT ITS, hingga staf media informasi departemen.
Meski sempat kewalahan membagi waktu, Hilmi tetap menjadikan kuliah sebagai prioritas utama. Ia sadar bahwa ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk berkuliah.
"Setelah tugas atau proyek kuliah selesai, kemudian lanjut menyelesaikan tanggungan media informasi HMMT ITS," terangnya, membagikan kiat mengatur waktu.
Riset Superkapasitor Berdaya Tinggi dari Sekam Padi
Topik tugas akhir (TA) Hilmi pun selaras dengan isu energi berkelanjutan. Ia meneliti superkapasitor berbahan dasar sekam padi yang diolah menjadi silika, kemudian dikonversi menjadi silikon untuk elektroda.
Hasil uji elektrokimia menunjukkan kapasitor temuannya mampu menyimpan energi dengan kapasitansi 146 farad/gram. Inovasi ini bertujuan mengganti bahan fosil dengan memanfaatkan energi terbarukan, seperti angin, air, maupun matahari.
"Selama menyelesaikan TA, saya sempat empat hari penuh di laboratorium," kenangnya.
Pemuda kelahiran Jombang, 17 Juni 2002 itu berpesan kepada mahasiswa agar tak hanya fokus belajar, tetapi juga memperluas relasi dan sungguh-sungguh menjalani proses kuliah.
Kisah Hilmi menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk berprestasi di kampus bergengsi.
Klik di sini untuk untuk bergabung