TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Kudus, Famny Dwi Arfana mengatakan, kunci majunya pembangunan desa harus ada sinergi antara Pemerintah Desa, BUMDes, dan masyarakat.
Kata dia, saat ini masih ada tiga desa yang belum memiliki BUMDes secara resmi. Sedangkan 120 desa lainnya sudah memiliki BUMDes dengan jenis usaha masing-masing.
Khusus BUMDes di Desa Japan dan daerah sekitar Lereng Muria diharapkan ada variasi jenis usaha yang dikembangkan. Termasuk hilirisasi kopi untuk meningkatkan ekonomi UMKM, dan petani kopi.
"Kami terus mendorong BUMDes selain bermanfaat bagi masyarakat, juga bisa menyumbang PADes. BUMDes di Desa Japan, salah satu contoh untuk praktik di desa lain," terangnya, Selasa (14/10/2025).
Lebih lanjut, Famny menegaskan bahwa dari 120 BUMDes yang sudah terbentuk di Kabupaten Kudus, 30-40 persen di antaranya sudah menyumbang pendapatan asli desa (PADes).
Meskipun dalam jumlah yang belum besar, namun terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ditargetkan semua desa pada 2026 sudah memiliki BUMDes dengan jenis usaha yang bisa dikembangkan masing-masing.
"Tahun ini wajib semua desa harus menyertakan modal minimal 20 persen dari dana desa untuk BUMDes," tegasnya.
Famny menyebut, BUMDes Tunggak Jati Desa Japan menjadi satu di antara BUMDes di Kudus yang berkembang cukup pesat.
Hadirnya program internet desa membuka akses informasi hingga pendidikan.
BUMDes juga hadir membantu petani kopi, sektor peternakan, mengelola area wisata yang edukatif dan menghibur.
Tujuan utamanya adalah menyongsong terwujudnya desa mandiri dan produktif. Dengan cara menjalankan program BUMDes yang menyentuh kebutuhan masyarakat.
"Mandiri secara ekonomi, terhubung secara digital, dan maju bersama warganya. Dari desa, oleh desa dan untuk desa."
"Itulah filosofi yang dipegang oleh BUMDes Tunggak Jati Desa Japan," tuturnya. (*)