BANJARMASINPOST.CO.ID- Program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) menjadi salah satu langkah nyata pemerintah dalam percepatan penurunan stunting.
Filosofi dan tujuan utama di balik lahirnya Genting berakar pada nilai gotong royong, solidaritas sosial, dan tanggung jawab bersama dalam membangun generasi Indonesia yang sehat dan unggul.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan, mendapat target dari kementerian untuk melaksanakan program Genting terhadap 12 ribu orangtua asuh dan stunting.
Kepala Perwakilan BKKBN Kalimantan Selatan, Farah Adibah, menjelaskan, secara nasional targetnya 1 juta orangtua asuh dan stunting, dan awalnya pihaknya cukup kaget mendapat target 12 ribu.
"Kenapa Kalsel targetnya tinggi, ternyata karena di sini wilayahnya lahan basah, penyediaan air bersih dan sanitasi serta prilaku hidup perlu banyak diedukasi," ungkap Farah.
Meski demikian partisipasi masyarakat dan dukungan berbagai pihak telah mampu meningkatkan capaian target. Bahkan target hampir tercapai terutama dalam edukasi.
"Kita juga dibantu Polda Kalsel yang menghadirkan 300 keluarga asuh, begitupula perusahaan dan banyak bantuan dari ASN di Batola, Hulu Sungai Utara serta Tabalong dan Banjarmasin, juga menyusul kabupaten kota lainnya," papar Farah.
Bahkan saat hari jadi Pemprov Kalsel, Gubernur Kalsel H Muhidin memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang berprestasi dalam percepatan penurunan stunting yang cukup signifikan yakni Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan dan Balangan.
"Tiga kabupaten tersebut program daya ungkit yang dapat menurunkan angka stunting dalam tiga tahun berturut-turut," papar Farah.
Adapun upaya yang terus dilakukan di Kalsel yaitu peningkatan kinerja TPK (Tim Pendamping Keluarga) yang memantau dan mendampingi calon pengantin, ibu hamil, anak hingga usia dua tahun.
TPK itu terdiri tim PKK, bidan dan kader yang ada sejumlah daerah dan pelosok desa. Jika mereka menemukan kasus, segera dilaporkan ke kepala desa, kemudian ditangani oleh penyuluh KB, terus berjenjang penanganan ke tingkag kecamatan, kabupaten dan kota untuk dibahas dan diselesaikan.
Upaya lain yaitu kordinasi lintas instansi dan kerjasama dengan dinas kesehatan, perumahan permukiman, kementerian agama dan lainnya.
"Aplikasi di lapangan antara lain pemberian makan dan rehab rumah yang dilakukan masyarakat dan perusahaan, bahkan ada bidang yang mengeluarkan dana pribadi untuk rehab rumah warga," kata Farah.
Selain itu, pemerintah juga memberikan sertifikasi kepada pengasuh anak di tempat penitipan anak dan memberikan Kartu Kembang Anak untuk memantau perkembangan anak.
"Dalam hal ibu hamil, saya sendiri menyaksikan bahwa kinerja tim ada hasilnya sebagaimana pemantauan melalui aplikasi terbadap ibu hamil untuk penambahan kualitas gizi. Dalam kurun waktu 1,5 bulan lingkar lengannya naik, lingkar lengan ini merupakan ukuran gizi bagi ibu hamil," kata Farah.
Meski demikian tantangan di lapangan masih cukup banyak, antara lain mengubah pola hidup bersih dan menjaga lingkungan serta mengedukasi para orangtua dalam tumbuh kembang anak.
"Stunting itu sebenarnya tidak hanya persoalan ekonomi, tapi ada juga masalah kesadaran orangtua yang rendah, makanya terus dilakukan kampanye dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran tersebut,"ucap Farah seraya mengatakan saat ini angka stunting di Kalsel tidak sampai 5 persen.
Farah juga berterima kasih atas keterlibatan masyarakat dan tokoh masyarakat yang luar biasa, termasuk gubernur Kalsel yang memberi contoh melalui pengalaman hidupnya. Beliau juga mengingatkan pentingnya gizi, keterlibatan ayah dalam tumbuh kembang anak.
Sementara itu pada Rabu (15/10/2025) pukul 09.00 WIB, Tribun Network bekerjasama dengan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan/BKKBN menyelenggarakan event tentang Stunting.
Kegiatannya berupa talkshow di Studio 1 Kompas TV yang ditonton bareng di kantor BKKBN setiap provinsi, termasuk di Kalsel
Talkshow bertema Tumbuh tanpa batas, generasi bebas stunting ini menghadirkan keynote speaker Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr Wihaji SAg MPd.
Juga hadir COO Danantara; Doni Oskaria, Pimpinan BAZNAS Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan; Saidah Sakwan, District Governor Rotary 3410; DG Sany Suharli; CEO Kitabisa Vikras Ijas dengan Host Glory Oyong yang juga Coprporate Communication Director Kompas Gramedia.
Menteri Wihaji, menyampaikan, program Genting melibatkan berbagai pihak, termasuk BUMN, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum, untuk memberikan bantuan langsung kepada keluarga yang membutuhkan.
"Inspirasi program Genting berasal dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) dan survei yang menunjukkan bahwa orang Indonesia adalah orang yang paling dermawan sedunia," jelasnya.
Dari 72 juta keluarga di Indonesia, terdapat 8,6 juta keluarga yang membutuhkan bantuan, termasuk keluarga dengan anak stunting.
Program Genting tidak menggunakan APBN, melainkan mengandalkan bantuan dari berbagai pihak untuk mempercepat penanganan stunting.
Dijelaskan bahwa program Genting telah berhasil mengumpulkan 271.000 orang tua asuh dan membantu 1,4 juta anak asuh.
Prioritas program adalah 1.000 hari pertama kehidupan anak untuk mencegah stunting. Diharapkan program Genting dapat menurunkan prevalensi stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada tahun 2029.
"Genting adalah sebuah sistem yang melibatkan partisipasi pentahelix untuk mengatasi stunting. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI dan Polri, diperlukan untuk mengatasi masalah stunting di berbagai daerah," jelas Wihaji serta mengatakan program ini bertujuan untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa dari dampak buruk stunting.
Dalam sambutannya, CEO Tribun Network Dahlan Dahi, menyampaikan, acara ini juga diikuti rekan-rekan BKKBN di seluruh Indonesia.
"Jika misalnya 19 persen dari 270 juta jiwa di negar ini menghadapi masalah stunting maka bangsa ini dalam bahaya besar. Sebab itu kami Tribun merasa punya kepedulian, bahwa kalau ada yang Tribun bisa lakukan, maka itu diharapkan bisa membangun generasi yang lebih baik ke depan," ujarnya.
Lanjutnya, dengan gotong royong melalui orang tua asuh akan mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, kuat dan tidak stunting dengan cara memberikan bantuan nutrisi atau non nutrisi bagi keluarga yang memiliki ibu hamil dan balita atau anak asuh dengan tingkat kesejahteraan rendah dan atau beresikotan hingga anak berusia 2 tahun.
Pendampingan dan edukasi tahun 2025 Genting menargetkan menjangkau satu juta keluarga beresiko stunting.
Gerakan kemanusiaan inu menumbuhkan empati dan solidaritas nasional yang dapat bertransformasi menjadi gerakan kebiasaan nasional agar setiap anak indonesia memiliki tingkat pertumbuhan optimal dan perkembangan yang ideal sehingga menjadi generasi emas 2045. (banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)