BANJARMASINPOST.CO.ID- BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan dari 497.576 bangunan fasilitas pendidikan di Indonesia hanya 25 ribu bangunan yang masuk kategori Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Bahkan, sebagian besar dari 472 ribu sekolah yang tidak aman berada di daerah bencana, terutama Jawa.
Sejumlah sekolah di Kalimantan Selatan juga berisiko menghadapi bencana, termasuk di Kota Banjarbaru. Terlebih saat ini Kalsel memasuki musim hujan, yang berisiko terjadinya banjir, puting beliung dan tanah longsor.
Bahkan, Kalsel kini juga diancam gempa. Mengingat, gempa beberapa kali melanda Banua meski skala kecil. Namun, akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yakni Dosen Prodi Geologi Fakultas Teknik ULM, Adip Mustofa mengungkap jika ada potensi guncangan gempa hingga berkekuatan Magnitudo 7 di Kalsel. Gempa terjadi akibat patahan meratus.
Nah, menghadapi bencana yang bisa terjadi ketika anak-anak di sekolah, harus ada kesiapan. Penting adanya pelatihan atau simulasi menghadapi bencana yang mengancam siswa-siswa di sekolahan. Sayangnya, hanya sebagian kecil sekolah yang sudah melakukannya.
Siswa harus memahami seperti penjelasan jenis bencana, tanda-tanda awal, dan cara mengurangi dampaknya. Bahkan, perlu juga hal ini masuk ekstrakurikuler. Hal ini akan menambah jenjang waktu pembelajaran dan praktik pencegahan risiko dampak bencana secara nyata. Misalnya membentuk klub siaga bencana, klub pecinta lingkungan, pramuka dan lain sejenisnya.
Di sisi kebijakan, sekolah harus memiliki rencana darurat yang akan diambil ketika terjadi situasi bencana. Kemudian membentuk komite keamanan dan kesiapsiagaan bencana yang bertanggung jawab untuk kelangsungannya. Di sisi infrastuktur, sekolah juga harus mengupayakan bangunan sekolah yang tahan bencana, misalnya renovasi bangunan yang rusak, membangun fondasi yang kuat, struktur atap yang tahan angin kencang dan penggunaan bahan yang tidak mudah terbakar.
Hal ini dilengkapi dengan pengadaan titik kumpul yang aman dari bangunan runtuh atau bahaya lainnya. Ditambah dengan jalur evakuasi yang jelas dan aman sehingga para murid, guru dan orangtua mampu memahaminya dengan baik, cepat serta aman. Selanjutnya sekolah harus memiliki alat sarana prasarana darurat seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K, dan alat komunikasi seperti radio serta pengeras suara.
Studi dari World Bank menunjukkan bahwa setiap 1 dollar AS yang diinvestasikan membuat infrastruktur pendidikan yang tahan terhadap bencana dapat menghemat hingga 4 dollar AS dalam biaya pemulihan dan perbaikan. Oleh karenanya, kita mulailah bertindak buat anak-anak yang sedang menimba ilmu demi masa depan Indonesia. (*)