Banjir Masuk ke Rumah Dwi Pujiastuti di Tlogosari Kulon
M Syofri Kurniawan October 23, 2025 07:30 AM

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dwi Pujiastuti (48) warga tampak menuntun sepeda motor di Jalan Tlogosari Raya II, Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, pada Rabu (22/10/2025) malam. 

"Mesin hidup, cuma khawatir kalau saya nyalakan, nanti mati,” kata Dwi kepada Tribun Jateng. 

“Jadi memang sengaja saya tuntun motornya," sambungnya.

Hujan deras yang mengguyur Kota Semarang, sejak Selasa (21/10/2025) malam dan berlanjut pada Rabu siang hingga malam, menyebabkan genangan di sejumlah lokasi.

Pantauan Tribun Jateng di kawasan Tlogosari, Kecamatan Pedurungan, pada Rabu malam, beberapa ruas jalan tergenang air, bahkan air tampak masuk hingga ke ruko dan warung makan, Rabu malam.

Di gang-gang menuju permukiman warga, genangan mencapai setinggi betis orang dewasa.

Dwi yang membawa tabung elpiji berukuran tiga kilogram atau gas melon di motornya, mengaku bahwa memang kondisi banjir sudah terjadi bahkan dari area rumahnya, Jalan Udan Riris, Tlogosari.

"Kalau di gang dekat rumah saya (tinggi genangan) selutut," ujar Dwi.

Dia mengaku kaget atas kondisi banjir yang terjadi tiba-tiba setelah hujan kemarin.

Padahal, beberapa minggu sebelumnya dirasakannya cuaca panas.

Pada kondisi hujan, kata Dwi, banjir di gang rumahnya sampai masuk ke dalam rumah.

"Biasanya enggak pernah masuk. Tadi masuk sampai ke emperan, terus masuk ke (dalam rumah), sampai kamar mandi dan toilet," bebernya.

Keluhan mahasiswa

Sementara itu, genangan banjir yang melanda kawasan Tlogosari tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga mahasiswa yang tinggal di kawasan tersebut.  

Dua di antaranya adalah Adiel Vira (20) dan Syaqra Elviana C (20), mahasiswi Universitas Semarang (USM), yang mengaku sudah terbiasa dengan kondisi banjir di sekitar tempat kos mereka di Tlogosari.

"Sebenarnya nggak kaget sih, soalnya sudah (menjadi langganan) bertahun-tahun," kata Adiel.

Adiel dan Syaqra mengaku sudah dua tahun indekos di kawasan Tlogosari.

Meski sudah biasa, keduanya mengakui banjir tahun ini cukup merepotkan karena air mulai menggenangi jalan saat mereka pulang dari kampus.

Beruntung, kendaraan mereka belum sampai mogok atau terjebak.

 “Bisa lewat sih tadi, tapi nggak tahu nanti pulangnya bagaimana. Jangan sampai mogok deh,” tambah Syaqra.

Menurut mereka, banjir di kawasan tersebut biasanya tidak bertahan lama, bergantung pada intensitas hujan.

Jika hujan terus turun, genangan bisa bertahan hingga dua hari.

Namun biasanya, air surut hanya dalam hitungan jam.

Mereka berharap, ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk membenahi sistem saluran air di kawasan Tlogosari, mengingat wilayah ini memang sudah menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba.

Sulit surut

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suwarto mengatakan, banjir di Semarang bagian tengah dan barat kota lebih cepat surut karena sistem pemompaan di sana berfungsi dengan cukup optimal.

Namun, genangan masih terjadi di kawasan timur seperti Muktiharjo Kidul, Muktiharjo Lor, Genuk, hingga Kaligawe, relatif lebih sulit surut.

Suwarto menjelaskan, genangan di wilayah timur disebabkan oleh dua faktor, yakni curah hujan yang tinggi dan belum selesainya proyek optimalisasi pompa dari Kementerian Pekerjaan Umum.

“Di beberapa wilayah masih ada genangan dan kami berupaya untuk mengarahkan semua pompa mobil yang kita miliki termasuk yang dimiliki BWWS, BPBD, kami pasang di pompa (sungai) Tenggang dan belakang RSI (Sultan Agung)," papar Suwarto.

Suwarto menjelaskan, saat ini terdapat total 10 pompa di rumah pompa Tenggang, termasuk beberapa pompa portable.

Tiga pompa existing milik BBWS yang sudah diganti belum bisa dioperasikan karena masih ada kendala mesin dan kelistrikan.

Selain itu, dua pompa mobil dipasang di belakang RSI, dua di Waru, dan satu pompa berkapasitas 500 liter per detik di Muktiharjo Kidul.

Lebih dari 10 unit pompa juga disebar di sepanjang Jalan Kaligawe.

"Nanti harapan kami, rumah pompa di Tenggang itu segera bisa diaktifkan. Tinggal kami koordinasi terus untuk segera bisa dioperasikan pompa penggantian tersebut," imbuhnya. 

Suwarto menyebut, telah melakukan penyisiran dan pembersihan drainase, menyusul hujan deras yang mengakibatkan genangan di sejumlah wilayah Kota Semarang.

Penyumbatan saluran air oleh sampah masih menjadi penyebab utama lambatnya aliran air di sejumlah titik.

Suwarto memaparkan, saat dilakukan penyisiran, banyak ditemukan sampah menyumbat aliran air.

”Tadi juga turun langsung di wilayah di Muktiharjo Kidul yang dekat USM, banyak sampah tersumbat dan sudah saya perintahkan (petugas) untuk menelusuri semua sungai yang melewati aliran tersebut menuju pompa Waru. Kemudian yang di Kaligawe juga begitu," terangnya.

Ia mengeklaim, pihaknya telah rutin melakukan pengerukan sedimen.

Adapun penyumbatan oleh sampah rumah tangga masih menjadi persoalan. 

Dia mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah ke saluran air, baik drainase di permukiman maupun sungai, karena memperparah genangan dan menyulitkan proses penanganan banjir. (Idayatul Rohmah)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.