Penyebab Balita Suka Main Pura-pura dan Mencari Perhatian
kumparanMOM October 23, 2025 11:40 AM
Moms, pernahkah balita Anda tiba-tiba terjatuh lalu berpura-pura menangis atau kesakitan, padahal tidak benar-benar terluka? Ternyata perilaku ini cukup umum terjadi di usia balita, seperti yang terlihat dalam video viral dari akun TikTok @airynkh. Ibu yang juga pemilik akun ini memperlihatkan buah hatinya berpura-pura jatuh dari sepeda mainan, lengkap dengan ekspresi seakan benar-benar terluka.
Ilustrasi balita dan orang tua. Foto: Kikujiarm/Shutterstock
“Pada usia ini, anak mulai bisa menggunakan benda atau perilaku untuk mewakili sesuatu yang lain. Misalnya berpura-pura sedang memasak dengan mainan dapur, atau menjadi dokter yang memeriksa boneka,” ujar Vera kepada kumparanMOM, Senin (13/10).
Menurut Vera, ini adalah bagian sehat dari tumbuh kembang yang membantu anak melatih empati, kreativitas, dan kemampuan sosial. Namun, orang tua juga perlu hadir memberi konteks dan batasan, agar anak tidak kesulitan membedakan mana yang permainan dan mana yang nyata.
Lantas, Apa Risikonya Jika Selalu Dianggap Lucu?
Meskipun lucu dan menggemaskan, terlalu sering menertawakan atau membiarkan anak “berdrama” tanpa penjelasan bisa berdampak jangka panjang.
“Terutama jika orang dewasa tidak memberi konteks atau batasan yang jelas antara berpura-pura sebagai bagian dari permainan dan berpura-pura dalam kehidupan nyata,” tuturnya.
Perbesar
Ilustrasi balita dan orang tua. Foto: Shutterstock
Vera menjelaskan, jika orang tua tidak memberikan batasan yang jelas, anak bisa:
1. Kesulitan membedakan realita dan imajinasi, terutama di usia dini.
2. Mengembangkan perilaku manipulatif ringan, misalnya berpura-pura sakit atau sedih untuk menarik perhatian.
3. Kurang memahami kejujuran dan konsekuensi sosial. Sebab tidak ada yang menjelaskan bahwa berpura-pura di luar konteks bermain bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Moms, bukan berarti anak dilarang bermain pura-pura. Justru sebaliknya, ini adalah fase penting yang perlu disambut dengan antusias dan empati. Tapi, orang tua perlu membimbing anak dengan cara:
Perbesar
Ilustrasi balita main boneka bayi. Foto: Gandi Purwandi/Shutterstock
1. Menyambut kreativitas anak saat bermain drama, namun memberi batasan konteks. Misalnya katakan, “Kalau sedang main boleh pura-pura jadi dokter, tapi kalau bicara sama orang sungguhan, kita jujur, ya.”
2. Memberi umpan balik dengan empati, bukan memarahi, tetapi juga tidak selalu menertawakan perilaku pura-pura.
“Lalu, menanamkan nilai kejujuran dan rasa tanggung jawab seiring bertambahnya usia anak,” pungkasnya.