Yayasan Mitra Karya Maporina selaku lembaga yang menaungi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sinduadi memberikan penjelasan usai ratusan siswa di Kecamatan Mlati, Sleman, diduga mengalami keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pembina yayasan, Ratna Susanti, menyebut pihaknya telah menarik sekitar 1.800 porsi makanan dari dua sekolah yang siswanya bergejala, yakni SMP Negeri 2 Mlati dan MAN 3 Sleman.
“Ada yang kami tarik, tapi nggak semuanya karena ada yang meminta. Ada 1.800-an tapi kepastiannya saya konfirmasi ke dapur lagi,” kata Ratna saat dihubungi, Jumat (24/10).
Ratna menjelaskan makanan yang ditarik dikategorikan sebagai sampah dan telah dibuang ke tempat pembuangan khusus.
“Kita ada tempat pembuangannya untuk sisa-sisa itu. Per seminggu dua kali disedot dari tempat pembuangan,” ujarnya.
Proses Produksi dan Pengawasan
Perbesar
Petugas mempersiapkan proses distribusi makanan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sinduadi, Sleman, Jumat (25/10). Foto: Pandangan Jogja/Resti Damayanti
Ia menyampaikan dapur SPPG memproduksi sekitar 4.000 porsi makanan per hari untuk sekolah penerima MBG di wilayah Sleman. Proses memasak dilakukan sejak pukul 02.30 WIB dan diawasi tenaga ahli gizi.
“Kita open fire ya, buka kompor itu pemanasan kompor itu di jam setengah tiga,” tuturnya.
Menu opor ayam yang dikonsumsi siswa bergejala disebut sebelumnya tidak pernah menimbulkan masalah.
“Menu opor ini sebenarnya sudah kita ulang-ulang per dua minggu, jadi selama dua bulan itu tidak ada masalah. Cuma nggak tahu yang ini, ini baru dalam proses penelitian (pemeriksaan lab),” kata Ratna.
“Chef yang kita punya itu juga sudah bersertifikasi,” sambungnya.
Para siswa di Mlati, Sleman, tengah mengantre untuk berobat di puskesmas, Jumat (24/10). Foto: Pandangan Jogja/Resti Damayanti
Menurut Ratna, tidak semua menu ditarik dari sekolah. Beberapa pihak tetap meminta agar makanan tertentu seperti dimsum tetap disalurkan karena dinilai aman.
“Ada yang meminta, bahwasanya kalau dimsum menurut mereka aman karena juga nggak banyak kejadian,” ujarnya.
Seluruh sisa bahan makanan, kata Ratna, dikelola secara rutin agar tidak menimbulkan risiko tambahan.
“Kita ada tempat pembuangan sampahnya untuk sisa-sisa itu, dan itu per seminggu dua kali disedot,” terangnya.
Menunggu Hasil Pemeriksaan
Perbesar
Menu MBG yang diduga sebabkan ratusan siswa di Sleman alami gejala keracunan. Foto: Dok. Istimewa
Yayasan Mitra Karya Maporina masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan, puskesmas, dan INAFIS untuk memastikan penyebab pasti kejadian tersebut.
“Kami masih menunggu konfirmasi dari dinas kesehatan, puskesmas juga dari INAFIS, jadi kami belum bisa memastikan terkait itu,” kata Ratna.
Distribusi MBG untuk sementara dihentikan karena bertepatan dengan akhir pekan.
“Besok Sabtu sama Minggu jadi libur ya, jadi kemungkinan iya libur,” ujarnya.
Ratna memastikan pihaknya bekerja sama dengan seluruh instansi terkait dan akan menindaklanjuti hasil pemeriksaan resmi.
“Kami masih menunggu keputusan dari pihak yang terkait, karena hasil dari lab belum keluar. Kami belum bisa memastikan apa yang menyebabkan anak-anak menjadi diare,” tutupnya.