Jepang Peringatkan Vietnam soal Dampak Larangan Motor Bensin
kumparanOTO October 29, 2025 07:00 PM
Pemerintah dan sejumlah pabrikan otomotif di Jepang memperingatkan Vietnam tentang dampak larangan operasional motor bensin di sana. Kebijakan ini dinilai bisa menyebabkan hilangnya lapangan kerja dan mengganggu pasar otomotif.
Menurut Reuters, Honda mendominasi pasar otomotif di Negeri Naga Biru senilai USD 4,6 miliar (setara Rp 76,4 triliun). Karena itu, kebijakan melarang motor bensin di pusat kota pada 2026 diperkirakan akan berpengaruh besar bagi pabrikan tersebut.
Menanggapi hal itu, Kedutaan Besar Jepang di Hanoi telah melayangkan protes kepada otoritas Vietnam. Mereka menyebutkan bahwa larangan mendadak ini bisa memengaruhi lapangan kerja di sektor terkait, seperti diler motor dan pemasok suku cadang.
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Kedutaan juga mendesak otoritas Vietnam untuk menyiapkan rencana yang jelas dalam proses peralihan ke kendaraan listrik (EV). Rencana tersebut diharapkan mencakup waktu persiapan dan penerapan regulasi secara bertahap.
Perlu dicatat, pasar motor di Vietnam adalah salah satu yang terbesar di dunia pada tahun ini. Pada tahun lalu, jumlah motor yang terdaftar bahkan hampir setara 80 persen dari total penduduk Vietnam yang mencapai 100 juta jiwa.
Hal ini menjadikan Vietnam sebagai salah satu negara dengan kepemilikan motor tertinggi di dunia. Di Hanoi, sebagian besar dari 8,7 juta penduduknya bergantung pada motor untuk beraktivitas, ada sekitar tujuh juta motor dan lebih dari satu juta mobil di sana.
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Peringatan potensi kebangkrutan
Asosiasi produsen motor di Vietnam yang dipimpin Honda serta mencakup Yamaha dan Suzuki, juga sudah melakukan kritik pada Juli lalu. Mereka menegaskan bahwa kebijakan bisa menyebabkan gangguan produksi dan kebangkrutan.
Para produsen menilai larangan tersebut bisa berdampak luas pada ratusan ribu pekerja. Mereka juga memperingatkan adanya potensi gangguan terhadap hampir 2 ribu diler serta sekitar 200 pemasok suku cadang.
Adapun, para produsen asal Jepang itu meminta agar diberlakukan masa transisi setidaknya dua hingga tiga tahun. Intinya, mereka butuh waktu guna menyesuaikan jalur produksi, sambil menunggu perluasan jaringan stasiun pengisian daya dan penerapan standar keselamatan yang lebih baik.
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Sejauh ini Vietnam dikabarkan menolak permintaan dari pemerintah serta produsen otomotif Jepang. Menurut mereka, larangan motor berbahan bakar bensin diperlukan untuk mengatasi polusi udara di Hanoi.
Menanggapi kekhawatiran soal peralihan elektrifikasi, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, menyampaikan bahwa pengurangan emisi adalah masalah global yang harus ditangani bersama. Ia menekankan kepada Jepang pentingnya mencari solusi terbaik dengan rencana yang terarah.
Di Vietnam Honda identik dengan motor
Lebih lanjut, Honda menjadi pihak utama yang mendorong Pemerintah Vietnam untuk meninjau ulang kebijakan. Honda sendiri menguasai 80 persen pasar motor di sana dengan penjualan sekitar 2,6 juta unit pada tahun 2024.
Sebagai respons dari kebijakan, Honda dikabarkan akan mempertimbangkan untuk mengurangi produksi motor. Namun, mereka belum menutup pabrik di Vietnam dan masih memantau perkembangan situasi.
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Motor yang parkir di trotoar Hanoi, Vietnam. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Saat ini, Honda memiliki empat pabrik di Vietnam dan begitu populer hingga namanya kerap dipakai untuk julukan motor di negara itu. Meski sebagian besar motor di sana masih berbahan bakar bensin, Honda sudah mulai menjual model listrik seperti CUV e: dan ICON e:.
Adapun, penjualan Honda di Vietnam turun hampir 22 persen pada Agustus 2025, tepat satu bulan usai diumumkannya kebijakan. Penjualan bulan Agustus dan September tahun ini turun tajam dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pabrik VinFast di Hai Phong, Vietnam. Foto: VinFast
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik VinFast di Hai Phong, Vietnam. Foto: VinFast
Penjualan VinFast meningkat
Sementara itu, penjualan motor dan sepeda listrik VinFast meningkat 55 persen pada kuartal kedua 2025. Transaksinya mencapai hampir 70 ribu unit dibandingkan periode yang sama di tahun 2024.
Menurut riset pasar Asia Plus, penjualan VinFast diprediksi akan melonjak bila larangan motor bensin sudah diterapkan. Di sisi lain, kebijakan ini ternyata juga berdampak dalam penjualan mobil bensin di Vietnam yang turun 18 persen pada September 2025.
Bulan lalu, Asosiasi Produsen Mobil Vietnam (VAMA), menyatakan bahwa larangan motor bensin belum memberikan dampak langsung. Namun, mereka mengakui sebagian konsumen mulai ragu membeli mobil baru setelah pengumuman tersebut.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.