Lantik Pengurus Baru, PGRI Trenggalek Ungkap Kekurangan Guru Dan Urgensi Transformasi Digital
Deddy Humana October 30, 2025 01:30 AM

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Pengurus dan perangkat kelengkapan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Trenggalek masa bakti 2025 - 2030 resmi dilantik di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Kelurahan Surodakan, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek, Rabu (29/10/2025). 

Usai pelantikan, organisasi profesi guru tersebut menyoroti dua persoalan utama dunia pendidikan di daerah, yakni kekurangan tenaga pendidik dan urgensi transformasi digital.

Ketua PGRI Trenggalek, Catur Winarno mengatakan, pihaknya akan membantu pemerintah mempercepat sosialisasi kurikulum melalui penerapan pembelajaran mendalam. 

Menurutnya, sejumlah pendidikan dan pelatihan (Diklat) pemerintah belum menyentuh seluruh tenaga pengajar, sehingga PGRI akan menyelenggarakan bimbingan teknis di 14 kecamatan dalam waktu dekat.

"Tahun depan, bimbingan teknis yang relevan dengan profesionalisme guru tetap kita kawal. Karena PGRI selain organisasi profesi, juga organisasi perjuangan dan ketenagakerjaan," kata Catur, Rabu (29/10/2025).

Namun Catur menegaskan bahwa persoalan paling mendesak saat ini adalah keterbatasan jumlah guru di sekolah-sekolah negeri yang harus segera dicari solusinya demi menjaga kualitas pendidikan Bumi Menak Sopal.

"Kekurangan guru ini sudah makin besar dan tidak bisa ditunda-tunda demi peningkatan kualitas pendidikan," tegas mangan Kepala Sekolah SMPN 1 Trenggalek itu.

Catur mencontohkan salah satu sekolah negeri yang memiliki enam rombongan belajar tetapi hanya ditangani empat guru.

Bahkan ada sekolah dengan sembilan kelas namun gurunya juga tinggal sembilan, padahal guru mata pelajaran membutuhkan pembagian tugas khusus. Meski begitu, penambahan tenaga pendidik harus tetap mengikuti prosedur dan regulasi pemerintah pusat.

Untuk menyiasati kondisi tersebut, PGRI menawarkan beberapa opsi solusi. Selain mendorong percepatan rekrutmen, pihaknya mengusulkan pola moving class, yakni sistem di mana siswa berpindah ruang sementara guru menetap di kelas tertentu guna memaksimalkan tenaga yang terbatas. 

Solusi lain adalah penugasan silang bagi satuan pendidikan terdekat yang memiliki kelebihan guru untuk membantu sekolah lain yang kekurangan.

Di sisi lain, transformasi digital disebut sebagai keniscayaan zaman yang tidak dapat dihindari oleh dunia pendidikan.

Di sisi lain pemerintah pusat juga menggelontorkan bantuan infrastruktur digital salah satunya Smart Tv untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

Pentolan Muhammadiyah Trenggalek itu menjelaskan, saat ini dukungan perangkat digital dari pemerintah telah mulai mengalir ke sekolah-sekolah, dan PGRI memastikan akan mengawasi pemanfaatannya agar tepat guna dalam proses pembelajaran.

"Kita akan memantau dan memanfaatkan semaksimal mungkin alat-alat digital untuk pembelajaran," ujar Catur.

Terkait kesiapan sumber daya manusia (SDM), Catur menyebut penyesuaian teknologi masih mengalami kesenjangan.

Guru-guru muda dinilai lebih adaptif, sementara guru senior perlu dukungan pendampingan. "Kolaborasi antara guru muda dan senior optimis bisa berjalan. Yang penting sarana prasarananya ada, In Syaa Allah bisa," pungkasnya  *****

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.