119 Tewas dalam Perang Narkoba di Rio de Janeiro, Warga Protes Kekerasan Aparat
kumparanNEWS October 30, 2025 03:40 PM
Jumlah korban tewas dalam operasi perang narkoba yang menargetkan geng narkoba di Rio de Janeiro bertambah. Kini jumlahnya mencapai 119 orang.
Perang narkoba berdarah itu memicu demonstrasi, memprotes kekerasan aparat saat menggerebek favela (kawasan padat penduduk miskin) Penha dan Complexo de Alemao. Massa juga mendesak agar Gubernur Rio de Janeiro Claudio Castro mundur dari jabatannya.
Puluhan warga favela berkumpul di depan kantor pusat pemerintahan negara bagian, berteriak "pembunuh!" dan mengibarkan bendera Brasil yang diwarnai dengan cat merah.
Muncul juga pertanyaan soal kondisi jenazah. Ada laporan bahwa jenazah ditemukan dengan luka tusuk dan cacat. Mahkamah Agung, jaksa penuntut, dan parlemen menuntut pemerintahan Gubernur Claudio Castro memberikan informasi rinci terkait operasi berdarah itu.
"Ini adalah pembunuhan," kata warga dari kompleks Penha, Barbara Barbosa, dikutip dari AP, Kamis (30/10). Dia mengungkap putranya tewas dalam operasi sebelumnya di Penha.
Perbesar
Sejumlah tersangka pengedar narkoba duduk di tanah setelah ditahan oleh anggota unit khusus polisi militer pada operasi melawan perdagangan narkoba di favela do Penha, Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (28/10/2025). Foto: Aline Massuca/REUTERS
"Apakah kami akan dihukum mati? Berhenti membunuh kami," kata seorang aktivis, Rute Sales.
Penggerebekan dilakukan oleh sekitar 2.500 anggota polisi dan tentara di favela Penha dan Complexo de Alemao, mengincar geng narkoba Komando Merah. Sekretaris polisi negara bagian Rio, Felipe Curi, mengatakan jenazah tersangka lainnya ditemukan di wilayah hutan. Dia menyebut para tersangka mengunakan kamuflase saat baku tembak dengan pasukan keamanan.
Curi mengatakan, warga setempat telah melepaskan pakaian dan peralatan dari jenazah. Ia menyebut tindakan yang dilakukan warga akan diselidiki sebagai pemalsuan barang bukti.
"Mereka ada di hutan, mengenakan pakaian kamuflase, rompi, dan senjata. Sekarang banyak dari mereka yang muncul menggunakan pakaian dalam atau celana pendek tanpa peralatan, seolah-olah mereka baru saja melewati portal dan mengganti pakaian," kata Curi.
Sebelumnya, warga mengumpulkan jenazah terduga di sebuah truk dan diletakkan di alun-alun utama. Warga berteriak "pembantaian" dan "keadilan" sebelum tim forensik datang untuk mengambil jenazah.
Perbesar
Seorang wanita menangis saat menunggu kabar di luar rumah sakit pada hari operasi polisi melawan perdagangan narkoba di favela do Penha, Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (28/10/2025). Foto: Aline Massuca/REUTERS
"Mereka bisa saja dibawa ke penjara, kenapa dibunuh seperti ini? Banyak dari mereka yang hidup dan meminta bantuan," kata seorang warga, Silva Santos.
"Iya mereka pedagang (narkoba), tapi mereka manusia," lanjutnya.
Toko-toko di sekitar TKP terpantau masih tutup. Aktivis lokal, Raull Santiago, mengungkap menemukan sekitar 15 jenazah sebelum fajar.
"Kami melihat mereka yang dieksekusi: ditembak di punggung, ditembak di kepala, luka tusuk, diikat. Tingkat kebrutalan ini, kebencian yang disebarkan, tidak ada cara lain untuk menggambarkannya selain sebagai pembantaian," kata Santiago.