Wanti-wanti BMKG untuk Musim Hujan Ekstrem Pekan Depan
kumparanNEWS November 02, 2025 08:20 AM
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak musim hujan di Indonesia mulai terjadi pada November 2025 hingga Februari 2026 mendatang.
Hal itu disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam agenda jumpa pers Kesiapsiagaan Hadapi Puncak Musim Hujan, yang berlangsung secara daring, pada Sabtu (1/11).
"Puncak musim hujan di Indonesia, sebelumnya, jadi ini sesuai dengan prediksi sebelumnya yang disampaikan BMKG di bulan September-Oktober yang lalu, dimulai di bulan November, atau mulai hari ini hingga Februari, jadi November 2025 hingga Februari 2026," kata Dwikorita dalam paparannya.
Ia menyebut, puncak musim hujan tahun ini berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya berlangsung singkat.
Perbesar
Ketua BMKG, Dwikorita Karnawati di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan
Biasanya, kata dia, puncak musim hujan hanya berlangsung dalam kurun Desember-Januari atau Januari-Februari.
"Jadi, ini relatif berbeda signifikan dengan tahun-tahun sebelumnya. Puncak musim hujan itu biasanya tidak sepanjang ini, ya. Jadi, biasanya Desember-Januari, atau Januari-Februari," ucap dia.
"[Tetapi], saat ini, mulai November hingga Februari yaitu November 2025 hingga Februari 2026," imbuhnya.
Sebagian Jawa dan Papua Siaga Hujan Ekstrem Sepekan ke Depan
Dwikorita menyebut wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan meliputi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Papua.
“Dalam sepekan ke depan, potensi terjadinya hujan lebat hingga sangat lebat dan ekstrem makin dimungkinkan terjadi, terutama di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, serta Papua. Potensi ini dapat meluas hingga Maluku Utara dan sebagian wilayah Sulawesi,” kata Dwikorita dalam konferensi daring, Sabtu (1/11).
Dwikorita menjelaskan, kondisi ini menandai awal puncak musim hujan yang berlangsung mulai November 2025 hingga Februari 2026.
Berdasarkan pemantauan BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia kini telah memasuki musim hujan, mencakup wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, hingga sebagian Papua.
Perbesar
Pengendara roda dua menerobos genangan air akibat hujan lebat di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (13/9/2024). Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO
Menurutnya, pada Desember 2025 hingga Januari 2026 akan menjadi fase puncak utama musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada periode ini, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor juga diprediksi meningkat.
“Kami sudah memasuki puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia. Perlu diingat, periode Desember hingga Januari nanti menjadi fase puncak utama yang harus disiagakan karena potensi curah hujan tinggi dan ekstrem semakin meningkat,” ujarnya.
Penyebab Hujan Deras
Perbesar
Ilustrasi lalu lintas jalan raya saat hujan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
BMKG menjelaskan penyebab meningkatnya intensitas hujan deras di berbagai wilayah Indonesia belakangan ini. Dwikorita menjelaskan, hal ini dipengaruhi dia faktor yakni menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia dan fenomena La Nina.
“Suhu muka laut di sebagian besar perairan Indonesia saat ini lebih hangat dari normal, berkisar antara positif setengah hingga tiga derajat Celsius. Suhu laut yang hangat ini meningkatkan penguapan dan memperkaya pasokan uap air di atmosfer sehingga memperkuat pembentukan awan hujan,” ujar Dwikorita.
Selain itu, BMKG juga mendeteksi adanya La Niña lemah yang terpantau sejak November 2025 dan diperkirakan berlangsung hingga Februari atau Maret 2026.
Fenomena ini ditandai dengan indeks La Niña sebesar minus 0,61, sedikit di atas batas kategori La Niña lemah yaitu minus 0,5. Dua faktor itu yang meningkatkan curah hujan di Indonesia.
“Namun, perlu dicatat bahwa peningkatan curah hujan saat ini tidak semata-mata disebabkan oleh La Niña lemah, melainkan lebih dipengaruhi oleh suhu muka laut yang hangat,” tambahnya.
Faktor lainnya adalah dinamika atmosfer saat ini yang dipicu oleh beberapa fenomena global dan regional seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin yang aktif melintas di wilayah Indonesia.
Perbesar
Ilustrasi hujan deras. Foto: Shutterstock
“Keempat fenomena atmosfer ini memperkuat pembentukan awan hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur,” kata dia.
Selain faktor global, kondisi lokal seperti belokan dan pertemuan angin turut memperbesar peluang hujan.
“Di sisi lain anomali suhu muka laut positif di perairan Indonesia memperkuat penguapan dan penambahan pasokan uap air di atmosfer sehingga meningkatkan peluang hujan,” ungkapnya.