Grid.ID - Kepergian ayah dari Youtuber Jerome Polin, Marojahan Sintong Sijabat, menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat.
Dalam ibadah penghiburan pada Sabtu (1/11/2025), sang istri, Chrissie Rahmeinsa, dengan tegar membagikan kronologi meninggalnya Marojahan, yang berawal dari keluhan sakit perut mendadak.
Semua bermula pada hari Selasa (28/10/2025), sekitar pukul 19.00 malam, saat Marojahan dan Chrissie sedang berada di Batu, Malang, untuk keperluan pelayanan.
Marojahan Sijabat tiba-tiba merasakan perutnya melilit hebat. Sempat dikira masuk angin biasa, rasa sakit itu justru tak kunjung reda dan semakin menjadi.
Chrissie akhirnya memutuskan untuk membawa Marojahan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit terdekat di Kota Batu.
Sayangnya, karena keterbatasan peralatan, pihak rumah sakit belum bisa memastikan penyebab pasti dari sakit yang diderita oleh Marojahan.
"Karena di sana peralatan juga enggak lengkap, jadi enggak terlalu diketahui dengan pasti itu penyebabnya apa. Hanya di-rontgen dan dikasih obat anti nyeri," ungkap Chrissie dikutip dari Youtube Jehian PS | Influencer Manager.
Karena itu, keluarga memutuskan untuk merujuk Marojahan ke National Hospital di Surabaya agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Setelah perjalanan dengan ambulans, hasil CT scan pada Rabu (29/10/2025) sore menunjukkan adanya sumbatan di usus yang disebabkan oleh gumpalan darah berbentuk gel atau yang disebut clot.
Tim medis merencanakan tindakan operasi pada keesokan harinya, Kamis (30/10/2025). Sambil menunggu jadwal operasi, Marojahan dipindahkan ke ruang ICU pada Rabu malam untuk pemantauan intensif.
Saat itu, Chrissie dan Jehian sempat pulang sebentar untuk mengambil pakaian ganti. Namun, baru saja tiba di rumah, sebuah panggilan telepon mengabarkan kondisi kritis sang ayah.
"Baru sampai rumah, baru mau buka pintu, tiba-tiba Jehian ditelepon oleh perawat. 'Tolong balik lagi ke rumah sakit, papa kritis'," kenang Chrissie.
Kondisi kritis tersebut ternyata dipicu oleh adanya clot lain yang menyumbat pembuluh darah menuju paru-paru, menyebabkan organ vital tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.
"Begitu kami masuk ruang ICU, kami langsung melihat suami saya sudah dikelilingin banyak orang, ada yang mompa hidung, ada yang menusuk-nusukkan segala macam lah untuk dipakai segala alat bantu pernapasan itu. Itu kejadian jam 2 kan, jam 2 pagi," papar Chrissie.
Di tengah situasi genting itu, keluarga berkumpul. Jerome, yang berada di Jakarta, terus melakukan panggilan video sejak pukul 03.00 hingga 05.00 pagi untuk berkomunikasi dengan ayahnya.
"Jerome bilang, 'Pak, Bapak tunggu aku ya. Aku akan ke Surabaya subuh ini, jam 5 pagi'. Hari itu seharusnya dia ada acara di UGM, tapi dia cancel," ucap Chrissie.
"Jadi selama 2 jam itu, dari jam 3 sampai jam 5, sampai dia mau naik pesawatnya, terus-terusan video call," lanjutnya.
Setiba Jerome si rumah sakit, kondisi Marojahan tak kunjung membaik. Padahal, saat itu obat-obatan yang paling optimal sudah diberikan oleh pihak rumah sakit.
Kamis (30/10/2025) sekitar pukul 14.00 WIB, dilakukan pergantian obat. Namun, pihak keluarga sudah punya firasat bahwa Marojahan akan segera meninggalkan mereka.
"Tapi saya belum rela, Bapak Ibu. Saya masih bisikkan kalimat-kalimat untuk supaya papa bangun, papa sembuh, papa, kami masih butuh papa," tutur Chrissie dengan nada sendu.
Hingga akhirnya, kakak dari Jerome, yaitu Jehian, meminta sang ibunda untuk merelakan Marojahan. Walau berat, Chrissie yang tak sanggup lagi melihat penderitaan sang suami akhirnya harus rela.
"Akhirnya saya harus mengucapkan kata-kata perpisahan di telinga suami saya. 'Enggak apa-apa kalau papa mau pulang duluan. Ada Tuhan menjagaku. Ada anak-anak akan menjagaku. Aku mencintai papa. Engkau akan selalu di hatiku, enggak akan ada yang bisa menggantikan'," cerita Chrissie sambil menangis.
"Selesai mengatakan itu, saya, Jehian, Jerome terus melihat semua peralatan monitor itu dan semuanya semakin menurun, menurun, menurun. Sampai akhirnya, Pak Marojahan dinyatakan sudah tidak ada lagi," tutup Chrissie.
Setelah berjuang melewati masa kritis, Marojahan Sijabat akhirnya mengembuskan napas terakhirnya dan dinyatakan meninggal dunia pada hari Kamis (30/10/2025) pukul 15.00 WIB.
Jenazah Marojahan Sintong Sijabat disemayamkan di Rumah Duka Grand Heaven Surabaya, Jawa Timur. Ibadah penghiburan dilakukan pada Sabtu dan Minggu (1-2/11/2025) pukul 18.30 WIB.
Kemudian pada Senin (3/11/2025) pukul 9.30 WIB akan dilakukan ibadah tutup peti. Jenazah lalu akan dikremasi di hari yang sama pukul 11.00 WIB di Krematorium Grand Heaven Surabaya lantai 5.