Palu (ANTARA) - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menjadi ujung tombak dalam mengampanyekan pelestarian lingkungan demi keberlangsungan hidup manusia.

"Daya bunuhnya lingkungan yang rusak jauh lebih parah daripada perang itu sendiri. Kita hanya meratapi korban yang ada di Israel, Palestina, Ukraina, Rusia. Tetapi kita enggak sadar, ada pembunuh yang sangat dahsyat yaitu rusaknya lingkungan," kata Menag saat menyampaikan orasi ilmiah pada Wisuda Ke-45 Sarjana, Magister, dan Doktor UIN Datokarama di Kota Palu, Minggu.

Bencana alam tanah longsor, banjir, kekeringan, dan berbagai macam bencana alam lainnya yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan, membunuh empat juta manusia di muka bumi setiap tahun.

Maka sudah waktunya UIN Datokarama dan semua Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN) menggagas dan membuat perubahan fikih, bahkan juga perubahan ushul fikih yang mengarah pada penyesuaian lingkungan alam dengan kondisi saat ini.

Menag menerangkan, dahulu hanya dikenal Daruriyatul Khamsah atau lima darurat yang perlu mendapatkan prioritas. Pertama yakni Al-Muhafaẓah 'alad-din, memelihara agama, kedua Al-Muhafaẓah 'alan-nafs memelihara jiwa, nyawa.

Ketiga, Al-Muhafaẓah 'alal-'aql, memelihara akal pikiran, keempat Al-Muhafaẓah 'alan-nasab memelihara keturunan, dan kelima, Al-Muhafaẓah 'alal-mal memelihara harta.


Baca juga: Kemenag: Bincang Syariah di UIN Makassar angkat isu lingkungan Islami

"Ini yang menjadi rujukan pada setiap istinbat hukum yang dilakukan oleh para ulama. Akan tetapi ke depan perlu penyesuaian dengan menambah Daruriyatus Sittah, yaitu Al-Muhafaẓah 'alal-bi'ah memelihara lingkungan hidup," ujarnya.

Menurut dia, karena lingkungan hidup yang rusak, daya bunuhnya jauh lebih parah daripada perang.

Ia menegaskan Kementerian Agama berani berpikir lain dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan, di mana pihaknya mengedepankan suatu konsep baru yakni ekoteologi.

"Eko artinya bumi dan teologi artinya pengetahuan tentang Tuhan, maka ekoteologi sesungguhnya adalah bagaimana menciptakan suatu kesadaran global dalam masyarakat untuk menganggap alam bukan hanya sebagai objek, tetapi menjadikannya sebagai kawan dalam menjalani kehidupan bersama," jelasnya.

Menag mengajak para alumni dan seluruh sivitas akademika UIN Datokarama berani berpikir lain, jangan tampil sama dengan orang lain.

Namun hal itu bukan keluar dari metodologi yang sah, sebaliknya keberanian berpikir lain yang dimaksud yaitu berpikir di atas landasan metodologi yang benar

"Silakan dikembangkan, bagaimana menciptakan suatu fikih lokal yang sesuai dengan konteks Palu," kata dia.


Baca juga: Kemenag bahas konsep ekoteologi di kampus, jawab tantangan iklim