Jakarta (ANTARA) - BLACKPINK kembali ke Indonesia dengan tetap mempertahankan titel mereka sebagai girl group terbesar di dunia. Grup beranggotakan Jisoo, Lisa, Rosè, dan Jennie ini menjadikan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, sebagai panggung mereka untuk rangkaian DEADLINE tur.

Keempat musisi ini terakhir kali menginjakkan kaki di Indonesia sebagai grup saat konser BORN PINK WORLD TOUR pada Maret 2023. Selama dua tahun itu sejak itu, tiap anggota bereksplorasi dalam perjalanan karier solo mereka.

Rosè dan Jisoo fokus pada karier mereka sebagai musisi dengan album rosie (2024) dan Amortage (2025), sedangkan Lisa dan Jennie turut menjajaki dunia akting di tengah peluncuran album mereka Alter Ego (2025) dan Ruby (2025).

Perkembangan individual mereka juga menjadi bagian dari DEADLINE tur. Setelah menampilkan lagu hit mereka secara beruntun: Kill This Love, Pink Venom, How You Like That, Playing with Fire, Shut Down, mereka secara bergantian tampil solo.

Pada malam pertama di Jakarta, penampilan solo dibuka oleh Jisoo dengan lagu Hugs & Kisses dan Earthquake”, lalu disusul oleh Lisa dengan Thunder, Lifestyle, dan Rockstar. Segmen penampilan individu diselingi oleh penampilan grup dengan sederet lagu B-side andalan: Pretty Savage, Don’t Know What To Do, Whistle, Stay, dan Lovesick Girls.

Penampilan solo kemudian dilanjutkan Jennie dengan Like Jennie, ExtraL, dan Starligt, dan ditutup oleh Rosè dengan number one girl, toxic till the end, dan hit global APT. (ft. Bruno Mars).

Mereka pun meneruskan penampilan grup dengan hit singel dan EP, termasuk singel terbaru mereka Jump, lagu debut Boombayah, Ddu-du Ddu-du, As If It’s Your Last, dan Forever Young.

Pada segmen encore stage sebagai penutup konser, mereka menampilkan lagu Jump, Yeah Yeah Yeay, dan Kick It dengan penekanan pada momen bersama penggemar alih-alih penampilan dansa.

Koleksi lagu BLACKPINK menjadi kekuatan utama konser. Lagu mereka populer secara global dan menjangkau segmen audiens yang luas, baik penggemar spesifik atau BLINK, maupun pendengar kasual.

Irama musik mereka bisa diterima oleh penikmat musik secara umum, tidak terbatas pada pendengar musik K-Pop, sekaligus kental dengan identitas grup musik mereka. Dimensi ini menjadi fondasi euforia dalam nuansa konser DEADLINE; ketika audiens antusias menyanyikan lagu-lagu BLACKPINK bersama dengan artisnya.

Interaksi dengan penggemar

Setelah lagu Pink Venom, Rosè membuka perbincangan singkat untuk menyapa BLINK sekaligus memperkenalkan tiap anggota. Rosè memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Indonesia, “Apa kabar? Aku Rosè.” Sementara ketiga anggota lainnya memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris.

Di tengah konser, Rosè dan Jisoo juga mengekspresikan apresiasi mereka terhadap penggemar dengan bahasa Indonesia, “Kalian terbaik!”

Bertutur menggunakan bahasa lokal mungkin terkesan sebagai trik pemasaran dalam konser musisi asing. Namun, gestur ini juga bisa dilihat sebagai cara musisi menghargai audiens di lokasi yang mereka kunjungi.

Ketika Rosè dan Jisoo berusaha menyampaikan pemikiran mereka dengan bahasa Indonesia, hal yang terlihat adalah usaha mereka mempelajari bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan audiens di Indonesia.

Gestur konsiderasi juga terlihat pada segmen solo Rosè. Anggota yang dikenal sebagai penggemar makanan ini, bahkan disebut Foodsé (gabungan dari food dan Rosè) oleh BLINK, menyematkan adegan pendek sebelum penampilan individunya. Sembari bersiap menuju panggung, Rosè memakan makanan lokal tiap negara yang dikunjungi. Di Indonesia, dia memilih nasi goreng pada malam pertama konser.

Ide kreatif Rosè ini menunjukkan interaksi timbal balik dari dirinya sebagai musisi. Penggemar berusaha mengenali BLACKPINK melalui musik, dan Rosè berusaha mengenali penggemar melalui budaya lokal. Gestur ini juga memperlihatkan kesadaran dia soal kekuatan budayanya sebagai artis besar, karena dia turut mempromosikan kearifan budaya lokal tiap-tiap negara kepada audiensnya yang berskala global.

Segmen Dance Challenge pada momen transisi menuju encore juga menjadi salah satu kekuatan konser. Audiens diberikan kesempatan untuk menarikan lagu-lagu BLACKPINK, di mana kamera akan merekam penggemar secara acak dan menampilkannya di layar besar konser. Segmen ini berperan dalam membangun kedekatan antara penggemar dengan BLACKPINK.

Akan tetapi, secara umum, interaksi BLACKPINK bersama audiens cukup terbatas bila dibandingkan dengan musisi K-Pop lainnya. Umumnya, segmen perbincangan bersama audiens memakan durasi yang cukup panjang dengan percakapan akrab antara artis dan penggemar. Musisi lain yang tampil dalam stadion besar juga sering kali menggunakan kereta untuk berkeliling menyapa penggemar secara lebih dekat. Pola ini tidak terlihat pada konser BLACKPINK.

Kreativitas produksi

Selayaknya konser musisi besar, produksi panggung konser DEADLINE dibalut dengan efek visual yang megah dengan dukungan permainan kembang api.

Terdapat tiga layar besar (layar tengah bisa terbelah dua sebagai akses keluar-masuk artis) yang mendukung kebutuhan penggemar melihat detail penampilan panggung, mengingat ukuran stadion yang besar sehingga jarak pandang audiens relatif jauh. Dua layar samping pun terkadang menampilkan gambar yang berbeda, sehingga aktivitas tiap anggota tetap tertangkap kamera meski berada pada sisi terpisah di panggung.

Sayangnya, untuk skala penampilan stadion, BLACKPINK kurang mengeksplorasi potensi pada produksi kreatif panggung. Secara umum, penampilan grup musik asal Korea Selatan ini lebih berfokus pada suara dan dansa, mereka cenderung tidak menambahkan properti lain untuk menambah visual konser. Permainan panggung bergerak juga terbilang standar bila mengingat luasnya panggung konser.

Selain itu, dimensi bercerita (storytelling) juga kurang terasa padu. Daftar lagu yang ditampilkan merupakan deret hit secara berturut-turut, namun tidak menunjukkan benang merah terhadap tajuk konser DEADLINE. Video jeda konser (VCR) yang menampilkan para anggota di gurun pasir atau sedang berkendara di Las Vegas, secara visual, juga kurang mendukung tema dan aksi panggung dari DEADLINE.

Namun tampaknya, keterbatasan proses kreatif itu bukan masalah bagi audiens. Karena audiens tetap bersemangat dalam menikmati penampilan Jisoo, Lisa, Rosè, dan Jennie sambil menyanyikan lirik lagu kata per kata. Antusiasme audiens Indonesia mendapat sorotan dari penggemar luar maupun anggota BLACKPINK itu sendiri.

Di media sosial, misalnya, terdapat percakapan bahwa BLINK Indonesia layak mendapatkan number one girl, lagu solo Rosè yang pertama kali ditampilkan sepanjang tur DEADLINE, karena menjadi audiens nomor satu yang paling keras dalam menyanyikan lagu grup maupun tiap anggota.

Rosè pun sempat menghentikan nyanyiannya dan mengarahkan mikrofonnya ke arah audiens ketika menyadari semangat bernyanyi para penggemar Indonesia.

Dalam perbincangannya, dia juga memuji audiens Indonesia sebagai penonton paling berdedikasi di antara konser-konser lain sepanjang tur. Pasalnya, sorak antusiasme penonton tetap meriah meski habis diguyur hujan sebelum konser berlangsung.

Audiens di Indonesia mampu merepresentasikan konsep tajuk dari konser kali ini; bahwa mereka sangat bersemangat seperti sedang mengejar DEADLINE.

Pada akhirnya, hiatus grup tak menurunkan ketertarikan penggemar terhadap penampilan Jisoo, Lisa, Rosè, dan Jennie. Aktivitas solo justru dinikmati sebagai tambahan pesona mereka sebagai grup BLACKPINK.

Jisoo, Lisa, Rosè, dan Jennie memiliki kesempatan besar untuk menggali potensi mereka sebagai individu maupun BLACKPINK, dan menyuguhkan karya serta penampilan yang makin bersinar untuk BLINK pada waktu yang akan datang.