NICL Raup Laba Rp 1,35 T, Melonjak 64,82 Persen karena Penjualan Nikel Naik
kumparanBISNIS November 03, 2025 10:40 AM
Emiten pertambangan nikel yang dikendalikan secara tidak langsung oleh Christopher Sumasto Tjia, PT PAM Mineral Tbk (NICL), membukukan penjualan sebesar Rp1,35 triliun pada kuartal III 2025. Angka ini melesat 64,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 821 miliar.
Kenaikan penjualan tersebut ditopang oleh lonjakan volume penjualan nikel dari 1.273.855,62 metrik ton (mt) menjadi 2.404.590,63 mt, atau naik 88,76 persen.
Peningkatan penjualan yang diiringi efisiensi biaya turut mendongkrak laba kotor Perseroan dari Rp 293,80 miliar pada kuartal III 2024 menjadi Rp 600,92 miliar, tumbuh 104,53 persen secara tahunan (YoY). Marjin laba kotor juga naik dari 35,77 persen menjadi 44,39 persen.
Sejalan dengan itu, laba usaha Perseroan melonjak dari Rp 225,68 miliar menjadi Rp 504,88 miliar, atau naik 123,71 persen. Laba bersih periode berjalan pun ikut terdorong, mencapai Rp 401,66 miliar pada kuartal III 2025 dibanding Rp 173,66 miliar pada periode sama tahun lalu-tumbuh 131,28 persen.
“Sejak akhir tahun 2024, harga acuan nikel domestik turun sekitar 5,20 persen mengikuti tren global dan fluktuasi industri baterai kendaraan listrik. Namun kami melihatnya sebagai koreksi positif yang sudah kami prediksi sebelumnya. Langkah antisipatif sejak awal tahun membuat kinerja operasional dan keuangan tetap tumbuh,” ujar Direktur Utama NICL, Ruddy Tjanaka.
Meski begitu, total aset Perseroan tercatat turun menjadi Rp 971,88 miliar atau berkurang 7,45 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,05 triliun. Liabilitas juga turun dari Rp 171,92 miliar menjadi Rp 138,60 miliar, seiring pembayaran sejumlah utang. Perseroan tidak memiliki utang bank jangka panjang, sementara total ekuitas sedikit menurun dari Rp 878,18 miliar menjadi Rp 833,27 miliar.
Kinerja operasional yang kuat menjaga posisi neraca tetap sehat. Tingkat produksi per kuartal III 2025 telah mencapai 92,48 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang disetujui. Untuk memenuhi kebutuhan pasar hingga akhir tahun, NICL telah mengajukan pembaruan RKAB ke Kementerian ESDM.
Perbesar
Aktivitas pertambangan nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL). Foto: NICL
“Meski kinerja kami memuaskan, capaian ini belum memenuhi ekspektasi karena proses pengajuan RKAB yang masih berlangsung menjadi tantangan tersendiri,” kata Ruddy.
NICL memperkirakan harga nikel masih fluktuatif pada kuartal IV 2025 akibat kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat dan potensi kelebihan pasokan global. Namun, ketegangan geopolitik antara China dan negara barat membuka peluang bagi Indonesia sebagai pemasok logam kritis non-China.
Selain faktor eksternal, Perseroan juga menghadapi tantangan domestik berupa perubahan regulasi, termasuk masa berlaku RKAB yang kini hanya satu tahun. Hal ini menuntut pembaruan berbagai dokumen teknis seperti FS dan AMDAL agar sejalan dengan ketentuan baru.
NICL berkomitmen memenuhi seluruh kuota RKAB 2025 sambil menunggu persetujuan RKAB 2026, dengan tetap menerapkan tata kelola dan prinsip keberlanjutan (ESG).
Hingga akhir 2025, Perseroan menargetkan produksi gabungan 2,6 juta ton bijih, didukung program pengeboran lanjutan dan kerja sama strategis dengan smelter serta trader di Sulawesi, Pulau Obi, dan Halmahera. Penguatan kemitraan jangka panjang ini diharapkan menjaga stabilitas penjualan di tengah fluktuasi harga nikel global.