Jakarta (ANTARA) - SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat (Jakbar) menggelar jajak pendapat orang tua terkait keberlangsungan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di lembaga pendidikan itu, imbas 20 orang siswa diduga keracunan menu pada Rabu (29/10).

"Kita tetap akan mengkaji kembali dan kami juga akan membuat 'polling' ke orang tua, apakah akan kita lanjutkan atau tidak," kata Wakil Kepala SDN Meruya Selatan 01, Nur Syamsiyah saat ditemui di Jakarta, Senin.

Nur mengungkapkan, sekolah pada dasarnya bisa menerima atau menolak program MBG, sejauh didukung dengan alasan yang jelas.

"Dari pengelola MBG bilang ke kami, tidak apa-apa kalau misalkan tidak menerima, tapi harus ada alasan yang jelas. Alasannya apa kami tidak menerima," kata Nur.

Konsep yang sama juga berlaku jika sekolah hendak menghentikan program tersebut.

"Apakah akan kita lanjutkan atau tidak, karena ini anak-anak kita. Istilahnya manusia yang harus benar-benar kita pertanggungjawabkan kesehatan dan keselamatan," kata Nur.

Nur pun mengakui bahwa awalnya, program MBG disambut baik oleh orang tua murid, mempertimbangkan berkurangnya kewajiban uang saku.

Namun, kata dia, insiden dugaan keracunan pada Rabu (29/10) lalu perlu dievaluasi lebih jauh.

"Kalau misalkan memang ini masih dilanjutkan, kami berharap mungkin lebih ketat lagi untuk seleksi menu seperti apa, terus untuk dicek kembali seperti itu," kata Nur.

Sebelumnya, sebanyak 20 siswa SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat, diduga mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG.

Kepala SDN Meruya Selatan 01, Siti Sofyatun mengatakan kejadian itu terjadi pada hari ketiga sekolahnya mendapat jatah MBG, tepatnya Rabu (29/10).

"Itu pas Rabu, hari ketiga kami dapat MBG, ada 20 siswa (yang keracunan)," kata Siti.

Indikasi keracunan terlihat saat 20 orang anak menunjukkan gejala mual dan pusing usai menyantap menu MBG yang terdiri dari mi, telur kecap, puding dan beberapa item menu lainnya.

"Tujuh yang ke RSUD, karena waktu itu Puskemas Kembangan lagi penuh. Jadi, akhirnya kami disarankan ke RSUD Kembangan. Yang di sekolah, 13 anak itu ditangani dokter. Artinya, tak terlalu parah," ujar Siti.

Kendati hasil resmi laboratorium belum keluar, Siti menduga item menu yang menyebabkan keracunan adalah mie atau puding.

"Sampai saat ini, hasil lab belum keluar. Pudingnya itu agak bau sangit. Ada sebagian, tak semua. Jadi, ketika saya cium, saya dikasih sampel dua, yang satu wangi, yang satu agak bau sangit. Anak-anak udah diingatkan tak usah dimakan, tapi namanya anak-anak," kata Siti.

Untungnya, puluhan siswa tersebut dipastikan aman dan sudah kembali beraktivitas setelah mendapat perawatan. Mereka pun sudah kembali bersekolah keesokan harinya.