BANJARMASINPOST.CO.ID - KEGAGALAN Timnas Indonesia menembus Piala Dunia 2026 menjadi pil pahit yang sulit ditelan para pecinta sepak bola nasional. Namun di tengah kekecewaan itu, hadir secercah harapan dari generasi muda. Timnas U17 Indonesia kini menjadi obat pelipur lara, membawa asa baru di ajang Piala Dunia U17 2025 yang digelar di Qatar.
Skuad asuhan Nova Arianto tergabung di Grup H bersama Zambia, Brasil, dan Honduras. Tiga lawan dengan reputasi besar di level usia muda.
Brasil, misalnya, merupakan juara bertahan sekaligus tim tersukses di sepanjang sejarah Piala Dunia U17. Sementara Honduras dikenal sebagai kuda hitam dari Amerika Tengah yang kerap tampil ngotot dan penuh determinasi.
Laga perdana melawan Zambia akan digelar Selasa (4/11) malam di Aspire Zone Academy, Doha. Partai ini akan menjadi ujian pertama sekaligus pembuktian sejauh mana hasil pembinaan usia muda Indonesia bisa berbicara di panggung dunia.
Meski baru pertama kali tampil di ajang ini sebagai hasil keikutsertaan otomatis dari posisi tuan rumah pada 2023, langkah Garuda Muda patut disambut optimistis. Sebab, sepak bola Indonesia tengah berada di persimpangan di satu sisi dihantui kegagalan skuad senior, namun di sisi lain muncul potensi besar dari generasi remaja yang tampil tanpa beban dan penuh energi.
Melihat sejarah belum ada negara Asia Tenggara yang mampu menembus babak semifinal Piala Dunia U17. Thailand dan Vietnam menjadi dua negara yang pernah mencicipi fase gugur, masing-masing mencapai babak 16 besar.
Catatan ini sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mencetak sejarah baru sebagai wakil ASEAN pertama yang bisa melangkah lebih jauh di turnamen usia muda paling bergengsi ini.
Perjalanan Timnas U17 Indonesia kali ini bukan sekadar soal hasil di atas lapangan, tapi juga momentum pembuktian bahwa pembinaan usia muda bisa menjadi fondasi kebangkitan sepak bola nasional.
Ketika tim senior belum mampu memberi kebanggaan, justru generasi remaja inilah yang datang membawa harapan baru dan semangat pembaruan. Di mata publik, kiprah Garuda Muda di Qatar adalah simbol dari siklus yang terus berputar dari kegagalan lahir kesempatan baru, dari luka muncul semangat untuk bangkit. Pelatih Nova Arianto menegaskan, target utama bukan sekadar hasil akhir, melainkan proses membentuk mental dan karakter pemain muda.
Bagi masyarakat Banua khsusunya sepak bola Kalsel, kiprah Timnas U17 Indonesia juga membawa kebanggaan tersendiri. Sebab, generasi muda sepak bola juga tak asing dalam jalur pembinaan tim nasional usia muda. Sebelumnya, Timnas U16 saat ini dimanajeri oleh Hasnuryadi Sulaiman, tokoh muda Banua yang juga dikenal sebagai penggerak sepak bola di tanah air melalui Barito Putera serta wakil gubernur Kalsel.
Dalam skuad tersebut, salah satu putra Hasnuryadi juga ikut berkiprah membela Merah Putih di level kelompok umur, meski kali ini belum masuk dalam daftar pemain yang dibawa ke Piala Dunia U17 2025 di Qatar.
Namun jejak keterlibatan itu menjadi bukti bahwa Banua tak pernah absen menyumbang semangat dan talenta bagi masa depan sepak bola nasional. Keterlibatan tokoh dan talenta lokal seperti itu menjadi inspirasi bagi generasi muda Kalimantan Selatan. Di tengah semangat kebangkitan sepak bola Indonesia, Banua memiliki alasan kuat untuk terus memperkuat pembinaan usia dini, baik melalui akademi, kompetisi lokal, maupun klub profesional seperti Barito Putera yang selama ini menjadi kawah candradimuka bagi pemain muda.
Harapannya kelak, dari lapangan-lapangan hijau di Kalsel, akan lahir pemain yang bisa tampil di ajang dunia, membawa bendera merah putih di pundaknya. (*)