Madinah (ANTARA) - Di tengah kemegahan Masjid Nabawi yang tak pernah sepi dari langkah para peziarah, berdiri satu masjid kecil dan sederhana di sisi barat kawasan Al-Manakhah.

Tempat ibadah itu dinamai Masjid Ali bin Abi Thalib, atau kerap disebut Masjid Ali, diambil dari nama sahabat Nabi Muhammad Saw dan khalifah keempat Khulafaur Rasyidin.

Berjarak sekitar 400 meter dari Masjid Nabawi, arsitektur Masjid Ali di Kota Madinah itu tampak sederhana, tanpa ornamen yang mencolok.

Dindingnya berwarna putih, berpadu dengan sentuhan abu-abu dan coklat di bagian bawah.

Sebuah menara ramping menjulang di sisi kiri masjid, berpuncak kerucut berwarna abu-abu.

Masjid Ali memiliki luas 682 meter persegi, dan berdekatan dengan sejumlah masjid bersejarah lain, yakni Masjid Ghamamah, Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan Masjid Umar bin Khattab.

Namun, ada satu hal yang membuatnya unik; Masjid Ali nyaris tak pernah dihinggapi burung merpati, berbeda dengan masjid di sekitarnya.

Pembimbing umrah (Muthawif) Ventour Travel Ahmad Kosim saat menjelaskan soal Masjid Ali bin Abi Thalib, Madinah, Arab Saudi, Minggu (2/11/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Pembimbing umrah (muthawif) asal Indonesia, Ustaz Ahmad Kosim, menuturkan bahwa masyarakat Madinah memang sejak lama sudah memperhatikan fenomena itu.

"Coba lihat, bersih sekali. Tidak ada kotoran burung sedikit pun dibanding masjid lain di sekitarnya," ujarnya, sambil menunjuk ke arah kubah Masjid Ali.

Padahal, beberapa meter di belakang masjid, ratusan burung merpati beterbangan di lapangan terbuka.

Kebersihan kubah itu diyakini sebagai simbol kesucian sosok Ali bin Abi Thalib.

"Sayyidina Ali itu orang yang sangat suci. Dari lahir sampai wafat tidak pernah melihat auratnya sendiri. Karena itu, setiap kali disebut namanya, kita mendoakannya dengan karramallahu wajhah, semoga Allah memuliakan wajahnya," ucap Kosim.

Keyakinan itu pun hidup sebagai bentuk penghormatan kepada Ali.

Keistimewaan yang dikenang

Sebagai khalifah keempat dalam Khulafaur Rasyidin, Ali bin Abi Thalib dikenal bukan hanya karena keberaniannya di medan perang, tapi juga karena kebijaksanaannya.

Ia sendiri merupakan sepupu, sekaligus menantu Rasulullah SAW, suami dari Sayyidah Fatimah az-Zahra, serta ayah dari Hasan dan Husain.

Dalam banyak riwayat, Ali digambarkan sebagai sosok yang rendah hati dan zuhud, meski hidup di lingkar kekuasaan.

Dirinya kerap menolak kemewahan, memilih hidup sederhana di rumah kecilnya di Madinah.

Dalam kepemimpinannya, Ali menempatkan keadilan dan kejujuran di atas segalanya, bahkan ketika hal itu harus berhadapan dengan kepentingan politik pada zamannya.

Kesucian pribadi Ali ini juga menjadi bagian dari keyakinan umat Islam.

Maka dari itu, tak ayal fenomena burung yang enggan hinggap di Masjid Ali pun menjadi bagian dari pesona spiritual yang disematkan. Ini menjadi satu dari banyak kisah yang diwariskan dalam tradisi masyarakat Muslim.

Jejak salat Id Sayyidina Ali

Masjid Ali bin Abi Thalib juga menyimpan jejak sejarah yang panjang.

Tempat ini dipercaya sebagai lokasi Sayyidina Ali bin Abi Thalib melaksanakan Shalat Idul Fitri, meneladani Rasulullah SAW yang biasa menunaikan shalat Id di lapangan terbuka.

"Dulu di sini masih tanah lapang. Sayyidina Ali shalat Id di tempat ini mengikuti sunnah Rasulullah," Uuar Kosim yang sedang bertugas memandu rombongan jamaah Program UMRAH untuk Sahabat Adira.

Sejumlah lokasi lain yang digunakan shalat Id pada masa Nabi Muhammad, kemudian juga diabadikan menjadi masjid, seperti Masjid Ghamamah, Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, hingga Masjid Umar bin Khattab.

Masjid Ghamamah yang berlokasi dekat Masjid Ali bin Abi Thalib, Madinah, Arab Saudi, Minggu (2/11/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Kemudian dari segi pembangunannya, Masjid Ali sendiri diperkirakan dibangun pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (93-97 H), lalu direnovasi oleh Gubernur Madinah Dhaigham al-Manshuri pada 881 H.

Renovasi berikutnya dilakukan pada masa Sultan Abdul Majid (1269 H), dan pembaruan besar terakhir berlangsung di masa Raja Fahd (1411 H).

Renovasi dilakukan untuk memperluas area masjid dan menambahkan menara ramping yang kini menjadi ciri khasnya.



Kesederhanaan yang menenteramkan

Salah satu jamaah umrah dari Program UMRAH untuk Sahabat Adira, Agus Sugiarto, mengaku memang merasakan ketenangan tersendiri saat memasuki Masjid Ali.

Arsitektur dalam Masjid Ali bin Abi Thalib, Madinah, Arab Saudi, Minggu (2/11/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Tatkala melangkah ke dalam, ia merasakan betul suasana hening.

Di dalamnya, Masjid Ali mempunyai dinding bercat putih berpadu dengan motif bata merah.
Tak ada ukiran rumit, tak ada ornamen megah.

Hanya ruang bersih dan hening yang mendukung kekhusyukan bagi jamaah.

Sementara lampu gantung sederhana yang memancarkan pijar cahaya putih menghadirkan ketenangan.

"Masjid ini sederhana, tapi kayak menyimpan sejarah panjang di dalamnya," kata Agus, bercerita.

Para peziarah yang sedang berdoa di Masjid Ali bin Abi Thalib, Madinah, Arab Saudi, Minggu (2/11/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Pada kesempatan itu, banyak dari peziarah yang melakukan shalat, khusyuk berdoa, maupun melakukan swafoto di dalam masjid.

Keberadaan masjid ini, seperti cerminan dari sosok Ali bin Abi Thalib yang sederhana, namun memancarkan wibawa.

Masjid Ali seakan berdiri untuk mengingatkan bahwa keindahan sejati justru lahir dari kesederhanaan, sebagaimana selalu dicontohkan dalam perilaku keseharian Ali bin Abi Thalib semasa hidup.