TRIBUNJATENG.COM, NEW YORK CITY — Kandidat Partai Demokrat, Zohran Mamdani (34)—yang merupakan seorang Muslim beraliran Syiah dan pro-Palestina—berhasil memenangi pemilihan wali kota ke-111 New York City secara meyakinkan setelah meraih lebih dari 50 persen suara.
Mamdani memenangkan kontestasi tersebut dengan mengalahkan Curtis Sliwa dari Partai Republik—yang merupakan jagoan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump—serta mantan Gubernur Andrew Cuomo yang maju sebagai calon independen.
Kemenangan Mamdani dalam pemilihan pada Selasa (4/11) waktu setempat, yang menjadikannya muslim pertama yang menjabat sebagai Wali Kota New York City, langsung memantik reaksi keras dari Trump.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump mengaitkan kekalahan Partai Republik di New York, New Jersey, dan Virginia dengan ketiadaan dirinya di surat suara serta dampak penutupan pemerintahan (government shutdown) baru-baru ini.
“TRUMP TIDAK ADA DI SURAT SUARA, DAN PENUTUPAN PEMERINTAH (government shutdown) ADALAH DUA ALASAN REPUBLIKAN KALAH DALAM PEMILU MALAM INI,” tulis Trump, mengutip hasil jajak pendapat internal yang disebutnya sebagai dasar pernyataan tersebut.
Kampanye Mamdani sempat berubah menjadi ajang adu wacana antara dirinya dan Presiden Trump, yang ikut turun langsung ke arena politik kota meski tidak mencalonkan diri.
Trump beberapa kali menyebut Mamdani sebagai 'komunis' dan 'bencana' bila terpilih sebagai Wali Kota New York. Presiden AS itu bahkan secara terbuka mendesak pendukungnya untuk memilih Andrew Cuomo demi mencegah kemenangan Mamdani.
Sebaliknya, Mamdani menanggapinya dengan tenang namun tegas. Dalam wawancara dengan kanal satire politik The Good Liars, ia mengatakan siap bekerja sama dengan Trump demi kepentingan warga New York City.
“Saya akan bekerja sama dengan presiden demi kepentingan warga New York, tapi saya tidak akan tunduk. Jika Anda ingin mempersulit hidup warga New York, maka saya akan berada di sana untuk melawan Anda,” tegas Mamdani.
New York akan Jadi Terang
Zohran Mamdani menyampaikan pidato kemenangan penuh semangat dan optimisme setelah terpilih sebagai Wali Kota New York City.
“Di masa kegelapan politik ini, New York akan menjadi terang,” ujar Mamdani di hadapan para pendukungnya dalam acara di Brooklyn, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu.
Dalam pidato perdananya, politisi muda yang lahir di Uganda dan besar di Cape Town, Afrika Selatan, itu mengakui bahwa sebagian pihak sempat meragukan pengalaman dan usianya. Namun, ia menegaskan tekadnya untuk memenuhi harapan warga kota.
“Ketika kita memasuki balai kota dalam 58 hari, ekspektasi akan tinggi. Kita akan memenuhinya,” katanya disambut sorak sorai pendukung.
Mamdani menegaskan bahwa perubahan yang dijanjikannya bukanlah konsep abstrak, melainkan sesuatu yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
“Kebesaran kita tidak akan abstrak. Ini akan dirasakan oleh setiap penyewa dengan sewa stabil yang bangun di tanggal satu setiap bulan dan tahu bahwa jumlah yang harus mereka bayarkan belum melonjak sejak bulan sebelumnya,” sambungnya.
Menurut Mamdani, kemenangan ini adalah kemenangan bagi rakyat biasa, para kakek-nenek yang tetap bisa tinggal di rumah yang mereka bangun, para ibu tunggal yang kini merasa lebih aman di perjalanan, serta warga yang akhirnya bisa membaca berita tentang kesuksesan kotanya, bukan skandal.
Pemilu yang dimenangi Zohran Mamdani ini mencatat partisipasi lebih dari dua juta pemilih, angka tertinggi sejak 1969, dengan rekor baru dalam jumlah pemilih awal.
Jadi Sorotan Israel
New York City merupakan pusat keuangan dan teknologi global, dengan lebih dari 2.000 startup kecerdasan buatan (AI) dan sekitar 40.000 tenaga kerja di sektor tersebut—menjadikannya salah satu ekosistem teknologi terbesar di dunia. Kemenangan Mamdani yang dikenal pro-Palestina pun menjadi sorotan Israel.
Menteri Diaspora Israel, Amichai Chikli, pada Rabu (5/11), melontarkan kritik keras terhadap Wali Kota terpilih New York tersebut. Chikli menyebut Mamdani sebagai 'pendukung Hamas'.
Ia bahkan menyerukan agar komunitas Yahudi di New York mempertimbangkan pindah ke Israel menyusul kemenangan politikus muda itu.
“Kota yang dulu menjadi simbol kebebasan dunia kini menyerahkan kuncinya kepada seorang pendukung Hamas,” tulis Chikli, yang berasal dari kubu sayap kanan sekaligus menjabat sebagai Menteri Urusan Diaspora dan Pemberantasan Antisemitisme, di platform X.
Namun, sebagian komunitas Yahudi di New York justru menunjukkan dukungan terhadap Mamdani. New York sendiri merupakan rumah bagi komunitas Yahudi terbesar di Amerika Serikat. (Kompas.com)